"Hati-hati, Tuan. Jangan merindukan aku." Aku menyeka air mata kosong agar terlihat menyakinkan, seolah aku akan kehilangan Edmund saat dia pergi. Padahal, inilah yang aku nantikan.
Edmund hanya berekspresi datar. Dasar tuan brengsek!
Edmund ada perjalanan bisnis ke Dubai seperti yang dia bicarakan dengan Ayahnya, walau aku tidak mengerti pekerjaan apa yang dimaksud, levelku hanya sebatas budak Edmund. Menyedihkan sekali bukan?
Edmund akan menggunakan jet pribadi milik keluarganya, otakku menghitung-hitung berapa banyak uang yang mereka habiskan, tapi tidak sampai! Otakku hanya mampu menghitung sampai $1000 selain itu kosong.
Edmund sudah sangat rapi, hari ini dia memakai sopir dan mengantarkannya ke bandara, Edmund pergi sekitar tiga atau lima hari. Dan hari-hari itu bisa kugunakan untuk berpesta, dan bisa manja-manja seperti Emerald yang jorok. Aku akan pulang ke flat milikku dan melakukan kebiasaan buru
Aku berkaca di depan cermin. Midi dress dengan model kerah heart dan lengan puff sleeves, berwarna nude menambah kesan mewah dan sexy, aku merasa jadi kembaran Kendall Jenner, mungkin sedikit kaca mata hitam, dan heels berwarna nude, menambah semuanya kian sempurna.Dress ini adalah pilihan Daniel, dia mengirimkan untukku walau aku belum mengkonfirmasi padanya, dia benar-benar seorang laki-laki sejati. Semoga semua kebohongan ini tidak terbongkar.Aku cukup merasa percaya diri malam ini, memakai makeup, dan langsung menanyakan Daniel untuk bertemu di tempat yang dituju, tentu saja akan ada candle light dinner yang romantis.Aku memonyongkan bibirku seperti Kendal Jenner agar malam ini Daniel benar-benar terkesan dengan penampilanku."Kau memang cantik, Em. Kau harus jadi orang kaya dan bisa membalas semua perbuatan Edmund." Aku berkata sambil mengangkat kedua alisku, benar-benar berjanji!Manusia sampah seperti Edmund
Kami tiba di Dubai siang hari, matahari begitu terik, aku sangat mengantuk karena tidak tidur sama sekali, dan masih menyimpan dendam Edmund sialan itu!Bahkan seluruh dokumen untuk pergi ke luar negeri milikku sudah tersedia, aku baru tahu ternyata begini perjalanan orang kaya. Kami langsung menuju hotel Edmund menginap, aku mengira jika Edmund menetap di Burj Khalifa, tapi sepertinya bukan di situ.Masih menaruh dendam yang begitu besar pada laki-laki sialan itu, walau tubuhku terasa remuk dan mengantuk luar biasa. Aku hanya ingin tertidur walau di pinggir jalan. Jika di depanku ada jembatan aku akan meloncat dan membiarkan diriku terhanyut daripada bersama Edmund sialan itu.Kami tiba di penginapan Edmund yang hotelnya begitu besar dan megah, berada di sini membuatku semakin merasa kecil dan hina seperti seekor semut.Sudah waktu istirahat, Edmund sedang makan siang, jadi aku langsung menuju restaurant, melihat si bajingan itu s
Aku duduk di hadapan Edmund sambil mengoles mentega ke roti milikku, Edmund hanya menyesap kopi miliknya. Dia begitu ketagihan dengan kopi.Di depan kami sudah tersedia banyak makana terdiri dari pastry atau roti, mentega, selai, kopi, teh, susu, dan buah-buahan. Aku mengambil buah blueberry dan memasukan dalam mulut.Mungkin besok kami akan kembali ke California dan menjalani rutinitas yang penuh siksaan. Aku mendesah lelah, tapi tidak bisa berbuat banyak jika ini yang harus kulakukan. Mengambil buah-buahan dan meletakan di atas roti milikku, dan memakan dalam gigitan besar membuat Edmund terus memperhatikanku. Ada enaknya hidup dengan bastard ini, aku bisa mencoba berbagai makanan enak dan mahal, tanpa makan sandwich setiap hari dalam satu bulan penuh, walau penyiksaan batin yang kuterima luar biasa."Jadi, apa jadwal kita apa, Tuan?""Bukankah kau yang mengatur jadwalnya?" Oh ya, dia benar juga. Hanya saja, Edmund tidak memberi
Aku melihat gumpalan awan yang terlihat cantik, dengan warna putih walau mereka bisa saja berubah jadi monster, dan tiba-tiba menghisap diriku dalam lubang hitam dan aku mati, terbawa arus.Aku hanya melihat ke luar dengan perasaan yang hancur, perasaan yang mati. Aku menghindari Edmund sialan itu, walau sedang berada dalam jet mewah miliknya. Aku menyandarkan kepalaku di jendela pesawat dan merenungi nasibku yang tidak ada bagusnya.Edmund, bastard sialan itu benar-benar membuatku di neraka.Aku hanya tersenyum saat pramugari memberi makanan padaku, senyumannya hangat dan teduh, aku merindukan Mommy, terkadang aku hanya ingin kembali menjadi anak kecil."Mungkin kau ingin bergabung dengan Tuan Edmund?" Aku menggeleng, dan hanya kembali menatap ke luar. Laki-laki bajingan itu sedang berkumpul dengan beberapa kolega bisnisnya yang akan melakukan perjalanan ke Amerika. Walau dalam pesawat, aku bisa mendengar suara mereka tertawa bers
Kembali menjalani rutinitas yang lama-lama terasa bosan. Atau mungkin aku tak menyukai keberadaan Edmund di sekitarku, dia itu sangat berbahaya.Aku melirik melewati bulu mataku dan melihat laki-laki sial itu sangat serius, aku akhirnya menarik napas panjang."Buatkan aku kopi!" Tiba-tiba sosok itu sudah berdiri di depanku menjulang tinggi. Aku langsung terkejut dan mengurat dadaku, dia benar-benar membuatku menopause segera.Aku sudah membuatkan kopi untuknya, tapi jangan panggil Edmund sialan jika dia tidak menyiksaku, dan membuatku semakin merasa hina.Aku langsung berdiri dan keluar dari ruangan tersebut. Edmund sialan! Berkali-kali aku menyebut kata itu, karena begitu kesal padanya."Hi, girl's!" Aku berbalik dan melihat Sophie yang tersenyum lebar ke arahku. Jalang! Entah kenapa, otakku otomatis mengatakan seperti itu.Sebenarnya Sophie tidak melakukan hal kriminal, tapi keberadaannya sangat menyebal
Hidup bersama Edmund membuatku terasa merasa dia adalah rumahku. Aku menggeleng, dengan pemikiran konyol tersebut, dan menopang daguku.Hari ini lebih santai, aku hanya memakai kaos oblong berwarna putih, dan menguncir rambut asal, dengan bandu besar di kepala, hari ini adalah hari bersih-bersih. Sebenarnya, Edmund bisa menyewa orang untuk datang bersih-bersih, tentu saja dia tidak akan melakukan itu, jika, dia menganggap diriku budak yang bisa dipakai seenaknya.Aku menarik napas panjang, dengan nasib sialku.Mengintip ke arah Edmund yang juga mengganti pakain olahraga, dia akan melakukan gim di ruangan khusus. Aku menyipitkan mataku, mencari-cari sebuah benda yang bisa membuat dirinya kesal.Aku terkikik, saat pikiran konyol tentang menjatuhkan kulit pisang di treadmill dan Edmund terpeleset. Baiklah! Maafkan otakku yang terlalu banyak menonton Tom and Jerry."Apa yang kau lakukan?" Mata
Aku mengepalkan tanganku, sangat kesal, tapi entah kenapa bajingan ini membuatku tersenyum tanpa sadar."Kenapa, gadis bodoh? Kau sudah pintar sekarang?" ejek Edmund yang membuatku ingin memecah kepalanya pakai kapak."Kau sangat menyebalkan!" Edmund tersenyum miring, menyandarkan kepalanya di bangku berwarna merah, dengan gaya tangan di depan dada seolah menunjukkan kekuasaan yang dia punya.Aku menggigit kentang goreng dengan kesal. Selasa weekend, si bajingan ini ingin bersantai, tidak ingin ada urusan pekerjaan dan kami pergi makan burger, dan beberapa makanan cepat saji. Aku yakin, seumur hidupnya Edmund belum pernah mencoba ini atau makan di tempat seperti ini. Mereka pasti benar-benar menjaga pola makanan.Mood Edmund juga sedang bagus sekarang, dan saatnya untuk mengejek dirinya walau aku masih kesal, hanya saja terus berpura-pura bodoh sampai saatnya untuk pembalasan nanti. Aku menarik Pepsi milikku dan melihat ke arah Edm
Aku duduk dan memperhatikan barang-barang mewah yang berada di sekelilingku, aku harus mengakui jika ini luar biasa. Maksudku, ya aku memang hanya gadis miskin dan bisa menginjakkan kaki di butik terkenal dan menjadi langganan Kylie Jenner atau pun saudaranya yang lain, dari keluarga Kardashian.Aku pura-pura membaca majalah, agar tak terlalu terlihat norak, di hadapanku dan sekelilingku banyak pakaian mahal. Yas! Kalian tidak salah menebak, aku sedang berada di butik Emily—saudari Edmund, jika kalian masih ingat.Emily sedang sibuk dengan pelanggan yang datang, dan aku hanya jadi orang bodoh. Ingin bermain ponsel, tapi sengaja aku matikan karena tak mau Edmund brengsek mengangguku. Huh, bicara tentang banjingan itu memang tidak ada habisnya."Kau harus mencobanya, ini pasti sangat cocok denganmu." Aku hanya menganga, saat Emily sudah menarik tubuhku ke arah dress yang berdiri cantik berwarna baby blue. Lagi-lagi warna biru mengingatkan t
“Tentu. Minta lah apa saja padaku.” Astrid terlihat sungguh hati saat membenarkan dirinya memang berniat mengabulkan apa pun yang diminta Mase padanya.“Kenapa semudah itu?”Astrid tertawa sambil mengecup hidung mancung dengan tulang tinggi milik Mase. “Karena aku menyukai keterbukaanmu.”“Soal apa?” Mase membalas dengan kecupan di tempat yang sama. Menatap Astrid yang senyumnya seperti punya arti.“Dirimu. Tujuanmu.”Mase tersenyum lebar dengan tangan yang menggerayangi Astrid di mana saja dia bisa. “Aku belum memberitahumu tujuanku yang sebenarnya.”“Oh, kamu punya?” Entah dari mana rasa kepercayaan itu muncul. Jelas sekali bahwa Astrid membiarkan dirinya terlena, bahkan tidak masalah jika tertipu.Mase mengangguk. “Ingin tahu apa tujuanku mendekatimu?”“Katakan.” Cepat, Astrid mendekat untuk masuk ke pelukan Mase.“Teman—ah, rekan kerjaku, dia pernah mengalami masalah serius dengan sepupumu, Josh Layton.” Mase memeriksa raut Astrid yang terlihat terkejut, tapi keterkejutan yang cum
Emerald terkejut melihat suaminya sudah ada di rumah bahkan sebelum sore.“Lho, sudah pulang, Ed?” Dia mendekat untuk mendapatkan pelukan, sekalian ciuman singkat.“Aku berencana memberdayakan pulang lebih awal setiap hari kerja.” Edmund hanya bercanda. Menunjukkan candaannya lewat gelitikan di leher istrinya.“Aku tidak akan percaya itu,” balas Emerald pura-pura merajuk.Cecilia rupanya muncul dihadapan mereka berdua dengan wajah bingung dan rambut berantakan, sambil beberapa jemarinya mengucek mata. Dia baru bangun dari tidur siangnya, sementara Elijah masih di tempat kursusnya dan Ruby ada di kamar. Main sendirian.Emerald spontan menjauhi Edmund dan menghentikan candaan mereka. Bertanya pelan pada Cecilia yang rencanakan akan dijemput oleh Anye sebelum jam makan malam.“Hai, Cecil. Mau Aunty bantu kamu untuk mandi? Sebentar lagi Aunty Anye akan menjemputmu.”Walau Cecilia suka berada di rumah Edmund karena bisa setiap saat melihat Elijah, tapi dia lebih merasa ada di rumah, jika b
Benar, ‘kan? Mase akhirnya tahu segalanya tentang Anye Truvan. Dia tahu. Benar-benar tahu sampai ke akar-akarnya. Bagaimana Anye kehilangan keperawanannya dengan terpaksa, di usia delapan belas tahun, karena seorang pria bajingan bernama Josh Layton yang ternyata adalah mantan kekasih Anye dan seorang anak pejabat derah setempat waktu itu.Anye jarang pulang ke desanya hanya karena menghindari pria berengsek itu. Dan saat ini, Josh Layton ada dalam daftar musuh perusahaannya Edmund Bryan. Itu bagus sekali.Mase akan senang untuk ‘mengerjai’ Josh bersama Edmund.***“Cecilia, apa sandwichnya tidak enak?” Emerald cemas karena melihat roti isi sayur, tuna dan beberapa bahan segar lain di dalamnya itu, tidak tersentuh. Cecilia cuma minum susu.Ditatap oleh semua anggota keluarga Edmund, membuat Cecilia menciut, meski tidak termasuk dengan Elijah. Sudah cukup lama sampai terakhir kali dia bergabung dengan keluarga ini.“Mungkin kamu mau sereal?” Edmund, entah angin musim apa yang membawany
“Aku takut, Uncle.” Cecilia memegangi ujung kemeja Mase, ketika melihat kedatangan Edmund yang bagai malaikat pencabut nyawa di matanya.Mengusap lembut puncak kepala gadis teramat kuat versi penilaian Mase itu, dia berkata. “Jangan khawatir. Aunty Em—maksud Uncle, emme-nya Elijah tidak bisa datang kemari, karena Ruby terluka.” Mase memperhatikan kepala mungil mendongak itu dengan senyum.“Ruby terluka?” Cecilia terkejut. Dia juga peduli terhadap Ruby, meski siapa pun tahu jika dia lebih menginginkan Elijah apa pun ceritanya.Mase mengiyakan dengan kepala mengangguk dan senyum mengembang. Perasaan tenang dan damai sebagai calon ayah. Ah, jika dipikirkan lagi, apa Adeya bersedia?“Sekarang, pulang lah bersama edde-nya Elijah, okay? Uncle akan menjemputmu nanti setelah aunty Anye sudah lebih baik.”Cecilia ragu untuk memberi isyarat kepala mengangguk, tapi dia melakukannya juga. Walau hanya seorang bocah, tapi dia seolah belajar dengan sendirinya untuk tidak banyak tingkah, apalagi meng
Mencium dengan sepenuh hati. Jawabannya sudah tentu. Membuat Dane bahagia. Janji dalam hatinya akan segera terlaksana.Adeya suka saat berciuman dengan Dane, karena gairahnya begitu tertantang. Jangan ingatkan dia tentang Mase Geofran, sebab pria itu pun luar biasa baginya.Bolehkah dia memiliki keduanya?Dane mengecup kening Adeya setelah bibir mereka terlepas. Wajah keduanya dipenuhi dengan binar-binar cinta dan hasrat membara.Adeya tidak kuasa menahan debar jantungnya yang lebih ribut dan menjadi tidak karuan.Apa begini rasanya terlibat sesuatu yang dilarang dengan milik orang lain? Kenapa ada perasaan takut sekaligus menyenangkan yang berperang di dalam dirinya?“Apa yang kamu takutkan, Adeya?” Dane mengukir senyum manis dan lembut, ketika menyadari bahwa Adeya meremas kemeja yang dikenakannya dengan erat. Seolah semua ketakutan tersimpan di sana. Ketakutan yang tidak mudah hilang. Dane menyadari hal itu, meski masih saja bertanya.“Ah, itu ... itu, Pak.” Adeya menunduk. Sungguh
Dane tidak menginap di rumah orang tuanya, tapi berkeliaran entah ke mana. Dia suka bersepeda. Meninggalkan mobilnya di taman kanak-kanak Rosamund dan membawa keluar sepedanya dengan perasaan nyaman.Bersih, tanpa rokok dan alkohol. Dane Madden pria seperti itu, tapi dia tidak bisa menjamin untuk perilakunya yang lain.Sambil mengayuh, hal pertama yang ingin diingatnya adalah wajah Adeya Brington saat pertama kali mereka bertemu. Penjaga sekolah yang merekomendasikan Adeya padanya. Karena tak enak hati pada penjaga sekolah yang dianggap seperti kakek sendiri, dia menerima Adeya tanpa pikir-pikir.Sembilan hari setelah mereka dikenalkan satu sama lain, penjaga sekolah meninggal dunia karena serangan jantung.Wajah Adeya waktu itu, masih sama seperti saat ini. Tidak ada perubahan yang berarti.Adeya seperti seorang wanita yang tidak peduli sekitar, kecuali pada siapa dia harus merasa peduli, maka dia akan jadi yang paling perhatian.Kenapa dia baru merasa marah ketika ada orang lain yan
“Sejak tadi, Astrid.”Bibir tipis berwarna nude milik Astrid spontan tertutup rapat. Sudah salah memperhitungkan keadaan, dia juga harus siap diceramahi habis-habisan oleh suaminya, nanti di rumah.“Pak Kepala Sekolah, sebenarnya—”“Kamu bisa pulang sekarang,” potong Dane sebelum dia semakin marah karena ucapan Astrid yang ditujukan untuk Adeya, malah menyakiti perasaannya. Memang rasanya aneh. Karena tadi, ketika rencananya dia hanya akan jadi pendengar saja di ruangan rahasianya, malah berujung dengan dirinya yang tidak tahan atas penghinaan istrinya terhadap Adeya.Adeya menganggap bahwa pertarungan harga diri sudah cukup. Dia tidak akan mungkin menang dari seorang nyonya besar yang berasal dari dua keluarga hebat.Keluarganya sendiri dan keluarga suaminya. Mortimer dan Madden. Dua keluarga setelah Edmund Bryan yang berkuasa. Mereka semua ada dijajaran teratas.Meski terinjak-injak sekali pun, dia hanya perlu diam dan menahan diri. Tidak apa. Tidak mengapa. Karena sejak kecil, dia
Sudah dipastikan, Edmund punya pilihan pada akhirnya.Mase Geofran yang akan menjadi wali dari Cecilia Ranvil. Edmund sudah membicarakan hal ini sebelumnya dengan Mase dan pria itu setuju, setelah diberi waktu berpikir selama beberapa hari.Bahkan Anye Truvan ikut diboyong ke rumah baru Mase, untuk menjaga Cecilia selama dua puluh empat jam penuh.Ya, rumah baru. Edmund memberikan tempat tinggal satu rute perjalanan dengan kantor. Sehingga Mase tidak perlu cemas, jika datang terlambat. Cukup lima menit berjalan kaki dan hanya semenit naik mobil.Mase mau menerimanya, karena Elijah. Bukan karena bocah itu tahu tentang keadaan Cecilia, tapi dia tahu bahwa Elijah sangat menyayangi Cecilia Ranvil. Bahkan putra sulung Edmund itu belum tahu menahu mengenai hal ini.Rencananya, akan ada pesta penyambutan rumah baru dan kepulangan Cecilia dari tempat tinggalnya dulu yang mirip seperti panti asuhan, meski tampaknya lebih cocok disebut sebagai rumah perawatan.(Siapkan pesta penyambutan yang me
“Kenapa harus Uncle?”“Karena Uncle mau melakukannya.” Mase kira lebih mudah menghadapi Ruby, daripada Edmund. Nyatanya, berbanding sangat terbalik. Bahkan Kelly Hadden yang begitu banyak maunya, masih sanggup dia hadapi.“Uncle tidak perlu melakukannya.” Ruby merengut. Kesal bukan main, tapi ditahannya. Belakangan, penguasaan dirinya terhadap emosi sudah jauh lebih baik.Jadi, jangan beri kesan tidak menyenangkan atau Mase Geofran di depannya itu akan mengadu yang tidak-tidak pada Edde-nya.“Benar juga. Ya, sudah. Biar Uncle beritahu Edde-mu bahwa kamu menolak.” Mase sengaja lambat-lambat.Ruby dengan langkah kecilnya mengejar, lalu memeluk kaki Mase yang panjang. “Uncle, ayo pergi bersamaku.”Dengan senyum penuh kemenangan, Mase mengangguk. “Ayo.”***Miss Adeya Brington jadi pengganti Kelly Hadden. Menjadi pemimpin lebih tepatnya, untuk menjalankan kegiatan sosial. Meneruskan kebaikan Kelly Hadden yang tertunda karena kematian misterius wanita itu.Mase menghampiri Miss Adeya yang