Rosma hanya bisa tertunduk malu. Menangis. Menyesali semuanya. Rosma sadar, demi menuruti emosinya ia justru kehilangan anak kesayangannya. Anak yang ia rawat dari bayi. Walau Hafiz bukan terlahir dari rahimnya, tapi Rosma tidak pernah membedakan anak-anaknya."Mirna, maafin saya. Andai waktu bisa saya putar ulang, mungkin saya nggak akan pergi ke rumah Arumi menyaksikan pernikahan dia dan Mas Sahrul ...." lirih Rosma. Wajah Rosma sudah basah dengan air matanya yang tumpah. Namun, Mirna tetap tidak perduli. Mirna tetap dengan keputusannya untuk memperberat hukuman bagi Rosma yang telah menyesali perbuatannya."Rosma, kita bisa jadi saudara, demi Hafiz. Kalau kamu mau tetap menggugat aku, nggak masalah. Tapi tolong, aku hanya ingin kita mempunyai hubungan yang baik, itu saja!" tegas Rosma.Mirna hanya diam terpaku. Menatap wajah pembunuh anaknya itu dengan tatapan kebencian. Mirna sadar, jika ia juga telah berutang budi pada Rosma yang telah mengurus Hafiz dengan baik hingga peristiw
Kebebasan Rosma mungkin hanya sebatas impian. Mirna tetap kekeuh dengan keputusannya untuk melanjutkan tuntutannya. Bukan hanya pada Rosma, tapi juga Sahrul yang tengah berjuang dengan sakitnya.Dua minggu berlalu. Saat Tia baru saja datang ke kamar VVIP di mana ayahnya dirawat, tiba-tiba datanglah beberapa anggota kepolisian yang menghampirinya."Selamat sore!" ujar seorang di antaranya. Terlihat di nametag tertera nama Moeldoko."Sore.Ada apa ya, Pak?" tanya Tia. Tia mulai merasakan ketakutan. Ia masih sangat trauma manakala mengingat saat ibunya dibawa ketika selesai pemakaman Hafiz.Para anggota kepolisian itu akhirnya menjelaskan kedatangannya. Tia pun syok. Ia tidak menyangka jika ibu kandung Hafiz itu benar-benar melanjutkan rencananya. Bukan sekadar ancaman."Apa Tante Mirna yang melaporkannya, Pak?" tanya Tia. Sang anggota kepolisian itupun mengangguk.Pembicaraan pun terjadi. Tia yang berusaha agar ayahnya tidak dibawa pun akhirnya mengajak para aparat itu untuk menemui san
Beberapa tahun berlaluPada akhirnya, kebahagiaan seorang anak adalah ketika ia bisa hidup bahagia berkumpul bersama kedua orang tuanya secara utuh.Setelah banyak melewati banyak ujian kehidupan, Rosma akhirnya bebas. Ia akan segera menikmati udara segar. Kembali berkumpul dengan anak-anaknya.Tia pun sudah menyiapkan sebuah surprise untuk menyambut kepulangan ibu mereka. Rumah pun ditata sebegitu rupa hingga nampak cantik dan berbeda."Gimana, Ki, udah beres?" tanya Tia saat melihat persiapan yang dilakukan Uki dan teman-temannya."Beres, Kak."Tia bersama keempat adiknya pun bersiap menjemput ibunya di rutan. Mereka pun pergi menggunakan mobil milik Tia, hasil kerja kerasnya selama ini. "Go!"----Mobil yang dikendarai Uki akhirnya sampai di depan rutan. Mereka pun bersiap masuk. Ternyata Rosma sudah siap dan menunggu kedatangan mereka sejak tadi.Ditemani seorang sipir, Rosma pun kembali berpelukan dengan anak-anaknya. Sang sipir pun nampak turut bahagia melihat Rosma yang akhirn
Kehilangan suami sudah membuat Rosma merasa hidupnya tak lagi sempurna. Kebahagiaan yang ia harapkan pun kini sudah sirna. Namun, Rosma tetap berusaha tegar di depan anak-anaknya.Namun, di tengah kesedihannya, justru Arumi hadir dan membuat permasalahan baru di kehidupan Rosma dan anak-anaknya."Enggak! Saya nggak percaya kalau Rey ini juga anak ayah. Karena saat ayah kembali, ayah nggak pernah bercerita soal Reyhan!" pekik Tia malam itu."Tante hanya ingin merebut rumah ini aja kan? Jawab!" hardik Uki.Anak-anak Rosma itupun geram dibuatnya. Mereka tahu jika Arumi gila harta. Tidak mungkin ayah tidak menceritakan soal keberadaan Reyhan jika benar itu adalah anak kandungnya."Mana buktinya jika Reyhan anak kandung Mas Sahrul?" tanya Rosma."Ada kok.""Mulai hari ini, kami juga akan tinggal di sini. Karena Reyhan juga berhak di rumah ini, karena ini milik ayahnya!" ungkap Arumi.Anak-anak Rosma dan Sahrul itu jelas saja menolak keinginan Arumi untuk tinggal bersama. Bagaimana mungkin
Arumi sangat bahagia. Satu langkah awal rencananya berhasil. Ia kini bersama Reyhan sudah tinggal di rumah peninggalan Sahrul yang sangat luas. "Aku nggak akan membiarkan mereka menikmatinya sendiri. Kalau perlu, aku akan buat mereka keluar dari rumah ini dan hanya aku yang menjadi penguasa!" ucap Arumi tersenyum di depan kaca riasnya.Arumi sadar, ia sudah tidak banyak uang. Harus sesegera mungkin mendapatkan apa yang dia mau. Sahrul yang memiliki sebuah perusahaan konveksi, pasti meninggalkan banyak uang dan harta lainnya. Dan Reyhan, harus mendapatkan itu semua."Reyhan masih kecil. Jadi secara otomatis aku sebagai walinya yang akan menguasai semuanya," gumam Arumi."Besok aku harus bicara sama Rosma soal pembagian harta Sahrul. Aku nggak mau kalah cepat dari perempuan malam itu!" batin Arumi.----Malam ini Tia memilih tinggal sendiri di kost barunya. Rasa kecewanya pada sang ibu yang mengijinkan Arumi dan anaknya tinggal di rumah menjadi alasan Tia berpisah dari ibu dan keempat
Hati Tia gamang. Dia enggan kembali ke rumah karena muak melihat keberadaan Arumi yang juga membawa Reyhan..Namun, jika terus seperti ini justru akan membahayakan keluarganya sendiri."Sepertinya aku harus segera pulang. Biar dia tidak besar kepala," batin Tia.Malam itu juga Tia bersama Uki akhirnya pulang. Membawa barang seadanya. Tia pun sempat berpamitan pada Affan. Walau mungkin tidak bisa setiap saat berada di kostnya, Tia tetap akan membayar uang sewanya.Menggunakan mobilnya yang dikendarai Uki, Tia pun pergi meninggalkan kostnya. Kembali ke rumahnya dan memperjuangkan apa yang seharusnya menjadi hak adik-adiknya. "Arumi, aku nggak akan pernah membiarkan kamu menang. Jangan senang dulu. Aku pasti akan kembali dan mengacaukan semuanya," batin Tia.----Tia akhirnya sampai di rumah. Mendengar suara mobil yang memasuki halaman rumah, Arumi pun mengintip dari balik tirai."Ngapain anak haram itu datang lagi ke sini?" gumam Arumi. Arumi pun memutuskan keluar dari kamarnya.Rosma p
Raymon yang mengikuti Arumi akhirnya bisa melihat seorang anak lelaki yang begitu erat memeluknya. Anak yang memiliki kemiripan wajah dengan Raymon."Apa mungkin dia anakku?" pikir Raymon. Raymon akhirnya mengambil gadgetnya dan memotret Arumi dan anak tampan itu.Raymon pun memilih pergi. Ia tidak ingin jika mantan istrinya itu mengetahui keberadaannya yang sejak tadi mengikuti.Sesampainya di rumahnya, Raymon pun mengambil kembali gadgetnya. Ia melihat wajah Reyhan yang tadi diambilnya. Raymon memperhatikan dengan seksama. Melihat kembali fotonya. Juga foto Arumi yang masih tersimpan rapih di galerinya."Apa iya, dia anakku dan Arumi?" batin Raymon.Raymon pun mencoba kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan Arumi. Sebelum akhirnya mereka berpisah dan Raymon dipenjara.FLASHBACKArumi sudah lelah hidup miskin. Ia harus berjuang keras mencari uang dengan berjualan kue keliling yang bahkan hasilnya pun tidak bisa mencukupi kebutuhannya sehari-hari."Mas, mau sampai kapan kita b
Raymon berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ia mulai melakukan berbagai cara untuk mendekati Arumi kembali agar bisa mencari tahu siapa sebenarnya Reyhan.Mungkinkah Reyhan anak kandung Raymon?Waktu bergulir cepat. Raymon berhasil membuat Arumi kembali terpikat padanya. Namun, demi melancarkan rencananya, Raymon pun akhirnya bersedia membantu Arumi untuk merebut seluruh harta peninggalan Sahrul."Kamu serius?" tanya Arumi tak percaya."Iya. Kapan sih aku pernah bohong sama kamu?" jawab Raymon.Arumi dan Raymon pun akhirnya mencapai kesepakatan. Arumi bersedia rujuk kembali dengan Raymon, asalkan ia mau membantu menghabisi seluruh keluarga Rosma. Hingga pada akhirnya, Arumi dan Reyhan lah pemilik seluruh kekayaan Sahrul."Enggak masalah kalau aku harus menikah dengan Sahrul. Kalau semua sudah beres dan aku bisa mendapatkan semua harta Sahrul, ya tinggal ku tendang dia," ucap Arumi dalam hati."Enggak rugi juga aku membantu Arumi, nanti aku juga bisa mendapatkan hartanya.