Raymon yang mengikuti Arumi akhirnya bisa melihat seorang anak lelaki yang begitu erat memeluknya. Anak yang memiliki kemiripan wajah dengan Raymon."Apa mungkin dia anakku?" pikir Raymon. Raymon akhirnya mengambil gadgetnya dan memotret Arumi dan anak tampan itu.Raymon pun memilih pergi. Ia tidak ingin jika mantan istrinya itu mengetahui keberadaannya yang sejak tadi mengikuti.Sesampainya di rumahnya, Raymon pun mengambil kembali gadgetnya. Ia melihat wajah Reyhan yang tadi diambilnya. Raymon memperhatikan dengan seksama. Melihat kembali fotonya. Juga foto Arumi yang masih tersimpan rapih di galerinya."Apa iya, dia anakku dan Arumi?" batin Raymon.Raymon pun mencoba kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan Arumi. Sebelum akhirnya mereka berpisah dan Raymon dipenjara.FLASHBACKArumi sudah lelah hidup miskin. Ia harus berjuang keras mencari uang dengan berjualan kue keliling yang bahkan hasilnya pun tidak bisa mencukupi kebutuhannya sehari-hari."Mas, mau sampai kapan kita b
Raymon berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ia mulai melakukan berbagai cara untuk mendekati Arumi kembali agar bisa mencari tahu siapa sebenarnya Reyhan.Mungkinkah Reyhan anak kandung Raymon?Waktu bergulir cepat. Raymon berhasil membuat Arumi kembali terpikat padanya. Namun, demi melancarkan rencananya, Raymon pun akhirnya bersedia membantu Arumi untuk merebut seluruh harta peninggalan Sahrul."Kamu serius?" tanya Arumi tak percaya."Iya. Kapan sih aku pernah bohong sama kamu?" jawab Raymon.Arumi dan Raymon pun akhirnya mencapai kesepakatan. Arumi bersedia rujuk kembali dengan Raymon, asalkan ia mau membantu menghabisi seluruh keluarga Rosma. Hingga pada akhirnya, Arumi dan Reyhan lah pemilik seluruh kekayaan Sahrul."Enggak masalah kalau aku harus menikah dengan Sahrul. Kalau semua sudah beres dan aku bisa mendapatkan semua harta Sahrul, ya tinggal ku tendang dia," ucap Arumi dalam hati."Enggak rugi juga aku membantu Arumi, nanti aku juga bisa mendapatkan hartanya.
Belum juga selesai pemakaman si kembar Sasa dan Sisi, Tia pun kembali dibuat syok atas kabar kematian Ani. Adik pertamanya itu menghembuskan napas terakhirnya di saat ia dan yang lain tengah sibuk mengurus pemakaman si kembar."Enggak. Ini nggak mungkin!" teriak Tia histeris. Tia menangis tiada henti hingga membuat Rosma dan Uki kebingungan. Begitupun dengan keluarganya yang lain."Ani ...." Rosma pun mengambil ponsel putri sulungnya itu. Benar saja dugaannya jika Ani sudah meninggal dunia. Ani menghembuskan napas terakhirnya sendiri tanpa ada yang menemaninya."Ani, maafkan ibu ...."Seusia pemakaman si kembar, Rosma bersama Tia dan Uki akhirnya kembali ke rumah sakit. Arumi dan Reyhan pun ikut menyusul. Ia ingin melihat sendiri saat satu persatu anak-anak Rosma itu meregang nyawa.Mobil yang di bawa Uki akhirnya sampai di pelataran rumah sakit. Mereka pun langsung bergegas turun dan masuk ke kamar perawatan Ani.Tubuh Ani sudah tertutup kain putih. Ia telah terbujur kaku dengan men
"Apa maksud kamu, Rosma?" teriak Arumi. Nampak jelas di wajahnya jika ia panik saat Rosma pun ikut mencurigainya."Kalau Tante nggak bersalah, kenapa panik?" celetuk Uki."Ah, sial!"Arumi yang sudah terpojok akhirnya memilih pergi ke kamarnya di lantai 2. Ia pun mulai berpikir untuk segera melenyapkan Uki. Satu-satunya anak kandung Sahrul yang tersisa."Aku harus ketemu Raymon besok. Dia harus segera menghabisi anak tengil itu," batin Arumi.Seminggu berlaluHari ini Affan pun memutuskan kembali ke rumah Rosma. Menanti jawaban dari Tia dan juga Rosma untuk menerima atau menolak lamarannya seminggu lalu.Di ruang tamu rumahnya, Rosma pun menyambut hangat calon menantunya itu. Di sanalah, ia akan menyaksikan sebuah jawaban dari Tia."Tia, gimana?" tanya Affan.Affan yang sudah tidak sabar pun langsung mendesak Tia untuk segera memberi jawaban atas lamarannya. Affan pun sudah menyiapkan mental jika ternyata Tia menolaknya."Apapun jawaban kamu, aku siap kok!" ujar Affan.Tia pun memanda
Kenangan buruk itu selalu menghantui kehidupannya. Laksmi tak pernah punya niat untuk kembali memiliki hubungan baru. Ia memutuskan menjadi single mom, bahkan di saat Affan sudah dewasa."Bu, aku mengerti ibu belum bisa memaafkan Bu Rosma, tapi tolong ijinkan kami tetap menikah, Bu ...." bujuk Affan saat kembali berbicara dari hati ke hati.Laksmi tetap diam. Ia tidak menolak, tapi juga tidak mengiyakan. Hanya airmata yang terus membasahi wajahnya. Banyak hal yang membuat Laksmi gundah. Ada dilema."Affan, kamu tolong juga mengerti perasaan ibu. Ibu Tia yang sudah merebut ayah kamu. Gara-gara dia adik kamu yang sedang ibu kandung meninggal. Terlalu sakit, Affan ...." ucap Laksmi. Laksmi pun memilih pergi, kembali ke kamarnya. Menangis sejadi-jadinya. Meluapkan semua kemarahannya, kecewa dan sakit hatinya pada Rosma.Namun, di satu sisi Laksmi juga sadar. Tia dan Affan tidak bersalah. Dua anak yang tidak berdosa ini berhak hidup bahagia. Tapi, bagaimana dengan perasaannya? Siapa yang
"Sudah puas kalian? Aku baik-baik aja kan?!" bentak Arumi.Arumi pun memutuskan pergi. Meninggalkan kediaman Sahrul itu dengan tergopoh-gopoh. Tanpa sepengetahuan yang lainnya, ia bergegas menuju rumah sakit."Aku harus segera sampai ke rumah sakit. Ah, aku nggak mau mati konyol!" gerutunya. Arumi pun terus berjalan di tengah malam, menunggu taksi yang juga tidak kunjung datang."Duh! Mana sih taksinya!" Arumi terus berjalan. Cukup jauh dari rumahnya, hingga di dekat pintu keluar komplek, lewatlah sebuah taksi. Arumi pun langsung menghentikannya."Pak, tolong cepat ke rumah sakit Medika. Saya keracunan makanan. Tolong cepat ya, Pak!" suruh Arumi yang sudah kesakitan karena racun yang mulai bereaksi."Tuhan, aku nggak mau mati sekarang!" batinnya. Arumi pun terus menyuruh sang supir untuk lebih mempercepat laju kendaraannya agar bisa segera sampai.----Akhirnya taksi yang membawa Arumi sampai di rumah sakit Medika. Dengan sisa tenaga yang ada, Arumi pun bergegas turun setelah membay
Affan dan Uki pergi tanpa tujuan yang jelas. Mencari Ibu Laksmi dan Tia yang entah berada di mana. Kedua wanita penting dalam kehidupan Affan itu tiba-tiba menghilang begitu saja."Ya Allah, bantu aku agar bisa menemukan ibu dan Tia," batin Affan.Sebagai seorang anak, Affan sudah merasa gagal. Tidak bisa menjaga ibunya dengan baik. Bahkan yang ia pikirkan hanya kebahagiaannya sendiri. Hanya kepentingannya sendiri. "Ibu, Affan janji. Kalau ibu ketemu, Affan akan menuruti apapun kemauan ibu. Kalaupun Affan harus melepaskan Tia, Affan ikhlas, Bu ...." batin Affan. Tanpa sadar, airmata itu membasahi wajah Affan. Dia mulai tidak fokus menyetir. Bahkan saat Uki menegurnya agar berhati-hati, Affan pun hanya diam."Mas Affan stop!" teriak Uki."Astaghfirullah!"Affan yang pikirannya sedang kacau, tidak fokus membawa kendaraannya hingga nyaris saja menabrak penyeberang jalan."Mas, biar aku aja ya yang bawa mobilnya. Mas kayaknya lagi nggak fokus. Takut terjadi apa-apa malah nggak bisa cari
Raymon akhirnya membawa makanannya ke dalam ruang penyekapan. Ia pun melepaskan ikatan tangan ketiganya. Agar mereka bisa makan dengan leluasa."Aku harus bisa mengambil rambut anak ini," batinnya.Rosma, Laksmi dan Tia yang tengah kelaparan pun akhirnya lengah dan tidak tahu ketika Raymon mengambil sampel rambutnya. Karena merasa sudah mendapatkan apa yang diinginkannya, Raymon pun langsung keluar."Kenapa kamu tinggal?""Mereka itu hanya tangannya yang dibuka. Mau lari ke mana? Hanya lewat sini satu-satunya jalan mereka keluar. Diam aja deh!" pekik Raymon.Raymon mulai pecah kongsi dengan istrinya itu. Entah mengapa ia punya keyakinan yang kuat jika hasil tes DNA akan mengatakan jika Reyhan adalah darah dagingnya."Awas kamu, Arumi. Kalau sampai terbukti Reyhan anakku, aku pasti akan membawa dia pergi sejauh mungkin dari kehidupan kamu!" batin Raymon.Setelah cukup lama, Raymon pun kembali ke ruangan penyekapan. Tapi, di luar dugaannya jika ketiga wanita itu menghilang. Lantas, ke m