"Apa maksud kamu, Rosma?" teriak Arumi. Nampak jelas di wajahnya jika ia panik saat Rosma pun ikut mencurigainya."Kalau Tante nggak bersalah, kenapa panik?" celetuk Uki."Ah, sial!"Arumi yang sudah terpojok akhirnya memilih pergi ke kamarnya di lantai 2. Ia pun mulai berpikir untuk segera melenyapkan Uki. Satu-satunya anak kandung Sahrul yang tersisa."Aku harus ketemu Raymon besok. Dia harus segera menghabisi anak tengil itu," batin Arumi.Seminggu berlaluHari ini Affan pun memutuskan kembali ke rumah Rosma. Menanti jawaban dari Tia dan juga Rosma untuk menerima atau menolak lamarannya seminggu lalu.Di ruang tamu rumahnya, Rosma pun menyambut hangat calon menantunya itu. Di sanalah, ia akan menyaksikan sebuah jawaban dari Tia."Tia, gimana?" tanya Affan.Affan yang sudah tidak sabar pun langsung mendesak Tia untuk segera memberi jawaban atas lamarannya. Affan pun sudah menyiapkan mental jika ternyata Tia menolaknya."Apapun jawaban kamu, aku siap kok!" ujar Affan.Tia pun memanda
Kenangan buruk itu selalu menghantui kehidupannya. Laksmi tak pernah punya niat untuk kembali memiliki hubungan baru. Ia memutuskan menjadi single mom, bahkan di saat Affan sudah dewasa."Bu, aku mengerti ibu belum bisa memaafkan Bu Rosma, tapi tolong ijinkan kami tetap menikah, Bu ...." bujuk Affan saat kembali berbicara dari hati ke hati.Laksmi tetap diam. Ia tidak menolak, tapi juga tidak mengiyakan. Hanya airmata yang terus membasahi wajahnya. Banyak hal yang membuat Laksmi gundah. Ada dilema."Affan, kamu tolong juga mengerti perasaan ibu. Ibu Tia yang sudah merebut ayah kamu. Gara-gara dia adik kamu yang sedang ibu kandung meninggal. Terlalu sakit, Affan ...." ucap Laksmi. Laksmi pun memilih pergi, kembali ke kamarnya. Menangis sejadi-jadinya. Meluapkan semua kemarahannya, kecewa dan sakit hatinya pada Rosma.Namun, di satu sisi Laksmi juga sadar. Tia dan Affan tidak bersalah. Dua anak yang tidak berdosa ini berhak hidup bahagia. Tapi, bagaimana dengan perasaannya? Siapa yang
"Sudah puas kalian? Aku baik-baik aja kan?!" bentak Arumi.Arumi pun memutuskan pergi. Meninggalkan kediaman Sahrul itu dengan tergopoh-gopoh. Tanpa sepengetahuan yang lainnya, ia bergegas menuju rumah sakit."Aku harus segera sampai ke rumah sakit. Ah, aku nggak mau mati konyol!" gerutunya. Arumi pun terus berjalan di tengah malam, menunggu taksi yang juga tidak kunjung datang."Duh! Mana sih taksinya!" Arumi terus berjalan. Cukup jauh dari rumahnya, hingga di dekat pintu keluar komplek, lewatlah sebuah taksi. Arumi pun langsung menghentikannya."Pak, tolong cepat ke rumah sakit Medika. Saya keracunan makanan. Tolong cepat ya, Pak!" suruh Arumi yang sudah kesakitan karena racun yang mulai bereaksi."Tuhan, aku nggak mau mati sekarang!" batinnya. Arumi pun terus menyuruh sang supir untuk lebih mempercepat laju kendaraannya agar bisa segera sampai.----Akhirnya taksi yang membawa Arumi sampai di rumah sakit Medika. Dengan sisa tenaga yang ada, Arumi pun bergegas turun setelah membay
Affan dan Uki pergi tanpa tujuan yang jelas. Mencari Ibu Laksmi dan Tia yang entah berada di mana. Kedua wanita penting dalam kehidupan Affan itu tiba-tiba menghilang begitu saja."Ya Allah, bantu aku agar bisa menemukan ibu dan Tia," batin Affan.Sebagai seorang anak, Affan sudah merasa gagal. Tidak bisa menjaga ibunya dengan baik. Bahkan yang ia pikirkan hanya kebahagiaannya sendiri. Hanya kepentingannya sendiri. "Ibu, Affan janji. Kalau ibu ketemu, Affan akan menuruti apapun kemauan ibu. Kalaupun Affan harus melepaskan Tia, Affan ikhlas, Bu ...." batin Affan. Tanpa sadar, airmata itu membasahi wajah Affan. Dia mulai tidak fokus menyetir. Bahkan saat Uki menegurnya agar berhati-hati, Affan pun hanya diam."Mas Affan stop!" teriak Uki."Astaghfirullah!"Affan yang pikirannya sedang kacau, tidak fokus membawa kendaraannya hingga nyaris saja menabrak penyeberang jalan."Mas, biar aku aja ya yang bawa mobilnya. Mas kayaknya lagi nggak fokus. Takut terjadi apa-apa malah nggak bisa cari
Raymon akhirnya membawa makanannya ke dalam ruang penyekapan. Ia pun melepaskan ikatan tangan ketiganya. Agar mereka bisa makan dengan leluasa."Aku harus bisa mengambil rambut anak ini," batinnya.Rosma, Laksmi dan Tia yang tengah kelaparan pun akhirnya lengah dan tidak tahu ketika Raymon mengambil sampel rambutnya. Karena merasa sudah mendapatkan apa yang diinginkannya, Raymon pun langsung keluar."Kenapa kamu tinggal?""Mereka itu hanya tangannya yang dibuka. Mau lari ke mana? Hanya lewat sini satu-satunya jalan mereka keluar. Diam aja deh!" pekik Raymon.Raymon mulai pecah kongsi dengan istrinya itu. Entah mengapa ia punya keyakinan yang kuat jika hasil tes DNA akan mengatakan jika Reyhan adalah darah dagingnya."Awas kamu, Arumi. Kalau sampai terbukti Reyhan anakku, aku pasti akan membawa dia pergi sejauh mungkin dari kehidupan kamu!" batin Raymon.Setelah cukup lama, Raymon pun kembali ke ruangan penyekapan. Tapi, di luar dugaannya jika ketiga wanita itu menghilang. Lantas, ke m
Seminggu berlaluHari ini media sosial dihebohkan dengan berita penemuan mayat seorang wanita berparas cantik di sebuah perkebunan karet yang jauh dari rumah penduduk. Anggota tubuhnya telah terpotong menjadi beberapa bagian.Para warga pun mulai berkerumun ingin melihat mayat wanita cantik tersebut. Tetapi tidak ada satupun warga yang mengenalinya. Tidak ada satupun identitas mayat wanita cantik itu ditemukannya hingga akhirnya polisi menyatakan mayat itu tanpa identitas.Pihak berwajib dan para awak media mulai memberitakan dan menyebarkan wajah wanita itu dan berharap ada pihak keluarga yang melihat dan mengenalinya. Tetapi mereka hanya menyebar wajahnya saja tanpa berani menyebarkan bagian tubuh lainnya yang mulai membusuk. Sedikit lebih beruntung wajah mayat itu masih utuh, tidak ada luka hingga masih jelas untuk dikenali.Dua Minggu sudah berlalu mayat wanita itu berada di kamar jemazah RSUD. Tidak ada satupun orang yang menginformasi mengenali mayat wanita itu adalah anggota ke
Tia dan Affan harus pasrah dengan takdir. Mereka bertemu kembali di saat Affan justru sedang mempersiapkan pernikahannya dengan Anggia."Sayang, ini gimana?" tanya Anggia."Aku ikut kamu aja," jawab Affan.Affan, hatinya berkecamuk. Di satu sisi ia akan segera melangsungkan pernikahannya. Tapi, di sisi lain ia juga masih sangat mencintai Tia.Pernikahannya dengan Anggia bukanlah keinginannya. Ibu Laksmi yang meminta untuk menikah. Affan pun ingin membahagiakan ibunya, makanya ia tak menolak saat dijodohkan. Andai bisa jujur, ia tak ingin memikirkan soal pernikahan lagi setelah kepergian Tia.Namun, inilah jalannya. Tia justru yang akan menjadi event organizer dalam pernikahannya. Gaun pengantin pun hasil karyanya. Karya wanita yang sangat ia cintai.Anggia masih sibuk dengan gaun pengantinnya. Sedangkan Affan memilih untuk mengobrol dengan Tia di ruang kantor sambil memperhatikan Anggia."A- aku ....""Selamat ya, Van. Akhirnya kamu menikah. Aku doakan semoga kalian bahagia!" ucap Tia
Pada akhirnya Andri ingin membantu Tiara menemukan keluarga aslinya. Keluarga yang selama ini ia cari dan belum juga menemukan hasilnya. Tiara pun tidak tahu lagi, apa yang harus dilakukannya untuk menemukan mereka. Tiara mulai merasa bersalah. Setelah semua kejahatan yang dilakukannya, bahkan Andri masih mau membantunya."Andri, kenapa kamu masih mau membantuku?" tanya Tiara.Andri pun menatap mantan suaminya dengan tersenyum."Tiara, aku juga punya masalalu yang kelam. Aku bukan hadir dari keluarga yang baik. Orangtua yang kamu kenal selama ini, bukanlah orangtua kandungku, Tiara!" ucap Andri lantang."Hah???"Andri dan Tiara sama-sama menarik nafas panjang. Mereka memiliki pemikirannya masing-masing. Andri kembali mengenang masa-masa di mana ia akhirnya tahu, siapa dirinya yang sebenarnya."Apa kamu mau bercerita sedikit saja padaku?" tanya Tiara hati-hati. Andri pun tersenyum tipis.Andri pun mengajak Tiara duduk. Tepat di depan jendela. Menatap langit malam yang dipenuhi cahaya