Saras masih saja termangu setelah mendengar perkataan menantunya. Da sama sekali tidak menyangka sang menantu yang semula sangat menentang pertemuan antara Arum dengan Pandu, kini berubah dengan seketika. Bhkan perkataannya sangat menyentuh hati Saras dan sedikit membuatnya tersadar. Jika ternyata selama ini dia sudah menyakiti hati anaknya.
"Kenapa dia mengatakan hal itu? Bahkan dia memberikan isyarat kepada aku jika aku harus merelakan Arum bersama Pandu. Apakah dia benar-benar akan memberikan anakku kepada lelaki itu? Tapi bagaimana dengan kebahagiaan Arum selanjutnya jika memang dia benar-benar bersama Pandu? Sementara kedua orang tuanya tidak menyetujui hubungan mereka," batin Saras dengan kecemasan. Dia akhirnya berjalan menuju ke kamar Arum dan masuk untuk menanyakan sesuatu.Arum terduduk di depan meja rias sambil mencengkeram sepuluh jemarinya. Dia sangat resah dan memikirkan perkataan Wojo sebelumnya. Saat itu sang suami sudah mengatakan kepadanya. ApakaKehadirannya Nyai Ani mengejutkan Pandu dan Ardi. Mereka berdua segera menundukkan kepala di hadapan sang ibu yang membawa nampan berisi dua cangkir teh hangat."Sebaiknya kalian menemui Romo nanti saja. Sekarang pasti Ayah kamu akan membicarakan sesuatu hal penting dalam perusahaan. Biar saja mereka berdua yang sangat ahli dalam hal itu berbicara dengan sangat serius," kata Nyai kemudian tersenyum dan masuk ke dalam. Ardi menggelengkan kepala, mengajak Pandu untuk pergi dari sana. "Kita sebaiknya pergi saja. Apa yang aku katakan adalah saran yang sangat terbaik untuk saat ini. Jika kita masuk ke dalam, pasti keributan akan membuat Ayah kamu terkena serangan jantung sekali lagi. Jangan sampai hal itu terjadi."Pandu menganggukkan kepala. Dia segera berjalan menghindari ruangan Romo. Walaupun dalam hati, Pandu sebenarnya ingin sekali masuk ke dalam ruangan dan mengungkap semuanya di depan calon mertuanya itu. Namun, perkataan Ardi memang benar. Romo sekara
Arum masih terpaku. Pendengarannya sama sekali tidak dipercaya, ketika sang suami mengatakan sesuatu hal yang sangat mengejutkannya.Sepanjang malam setelah kejadian itu, Arum selalu memikirkan hatinya. Dia selalu membayangkan Pandu memeluk wanita lain. Padahal selama ini dia tidak pernah melakukannya dengan laki-laki lain, walaupun dia sudah bersuami. Bahkan kesuciannya masih sangat terjaga dengan baik. Dalam pikiran Arum, selalu terbelit dengan pengkhianatan yang ternyata Pandu lakukan untuknya. Saat itu hatinya benar-benar sakit. Bahkan, Arum sama sekali tidak berani menatap jendela kamar Pandu yang selalu terbuka lebar. Padahal, dia ingin sekali melihat sosok kekasihnya itu dari sana. Namun, kini dia harus menghadapi suatu kenyataan, jika apa yang berada di pikirannya selama ini adalah salah."Aku sangat membenci dengan adanya fitnah. Apakah yang kau katakan ini benar? Karena aku melihat dengan kedua mataku sendiri. Aku tidak ingin ada fitnah yang menyebab
Keduanya saling menunggu hari esok. Mereka tidak sabar untuk menanti hari itu. Sepanjang malam Pandu dan Arum semakin gelisah di dalam kamar mereka masing-masing. Keduanya sangat gelisah, tidak mengerti harus bagaimana jika bertemu nanti. Perasaan keduanya berbunga-bunga. Bahkan sepanjang malam mereka tidak bisa menutup kedua mata mereka dengan baik. Ketika mereka ingin menutup mata itu, kegalauan semakin saja mendera. Kedua mata mereka tidak hentinya memandang jam dinding yang terus berdetak cukup cepat, namun seakan sangat lama. Arum tidak hentinya memandang dirinya di depan cermin dan berdandan. Walaupun dia tidak pernah memakai alat make up yang sangat menor, namun dia terus menatap dirinya sendiri dan menyisir rambutnya itu."Apakah ini memang kenyataan, atau hanya sekedar mimpi? Aku benar-benar akan bertemu dengan kekasihku. Tidak ada lagi kasta yang akan menghalangi kami. Restu itu sebagian saja sudah kami dapatkan. Walaupun tidak sempurna. Tapi, aku i
"Arum. Apa kau dengar yang aku katakan? Aku menceraikan kamu. Sekarang kau adalah wanita yang sangat bebas. Tidak terikat dengan lelaki siapapun. Pergilah ke sana dan nikmati hidupmu dengan bahagia. Jika kau membutuhkan sesuatu, kau tahu harus menemui aku ada di mana."Arum semakin terdiam menatap Wojo yang kini tersenyum ke arahnya. Ini adalah pertama kali baginya melihat sang suami seperti itu. "Entah apa yang harus aku katakan kepada Romo. Bagaimana cara aku mengungkapkan terima kasih ini?" ucap Arum pelan dengan tetesan air mata. Romo hanya tersenyum dan menganggukkan kepala, lalu menunjukkan jemarinya ke pintu stasiun yang sangat terbuka lebar dan mulai dimasuki oleh semua penumpang."Tidak ada yang perlu kau ucapkan untuk berterima kasih kepadaku. Justru aku yang harus mengungkapkan itu. Karena, saat mengenalmu. Akhirnya aku sangat menghargai bagaimana kehidupan itu dan wanita. Sekarang pergilah. Karena aku akan mengawasimu dari sini," bal
Sepanjang perjalanan, mereka masih saja saling menatap. Hingga Arum spontan mendorong tubuh Pandu dan mendadak memalingkan wajahnya. Pandu mengernyit tajam. Dia tidak mengerti dengan situasi ini. "Kenapa kau memalingkan wajah cantikmu itu? Tidakkah kau seharusnya membiarkan aku memandangnya, karena aku sangat merindukan wajah itu. Hmm, wajah alami tanpa polesan yang selalu membayangi pikiranku dengan sangat tidak tenang," ucap Pandu lalu berusaha menarik tubuh Arum. "Arum, kenapa?" tanya Pandu. Dia gelisah melihat Arum harus menahan tubuhnya dan sama sekali enggan untuk menatap Pandu lagi. Arum sangat cemburu, ketika saat itu melihat Pandu berpelukan dengan Sabrina. Arum sampai sekarang tidak bisa melupakan kejadian itu. Walaupun sebenarnya Pandu sudah dijebak oleh wanita itu."Aku sangat marah dan cemburu denganmu. Kenapa kau berpelukan dengan wanita itu?" ucap Arum dengan sangat manja, membuat Pandu tersenyum."Tidak ada hal lain sel
"Selena. Aku tidak percaya kau ternyata ada di sini. Aku baik-baik saja dan kau lihat sendiri, aku bersama dengan Arum. Kau pasti sudah mengenalnya. Ya, dia wanita yang pernah ke sini dengan Wojo," ucap Pandu kemudian mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. "Of course, I will remember, Arum. She is pretty woman. Aku melihat, kalian sangat bahagia. Aku harap kalian bisa hidup seperti ini sampai maut memisahkan kalian. Sekarang ikuti aku. Karena aku sudah menyiapkan semuanya." Arum dan Pandu saling menolehkan pandangan. Mereka semakin tidak mengerti dengan perkataan Selena."Apakah kau serius, Selena? Apakah ini ada hubungannya dengan mantan suami Arum? Aku tidak menyangka kalian sudah membantu kami seperti ini.""Kamu tidak perlu memikirkan hal apa pun, Pandu. Kau yang sudah menolongku saat itu terbebas dari calon suamiku yang sangat kejam. Hanya ini yang bisa aku lakukan untuk membalas budi perbuatanmu yang sangat luar biasa itu. Bahka
Pandu tidak percaya dengan penglihatannya. Dia melihat Arum dengan sangat cantik mengenakan kebaya putih dan jarit payet mengkilat. Dipenuhi dengan berlian dan mutiara yang berpadu menjadi satu.Selena yang memberikan sedikit polesan ke wajah Arum, membuat kekasih Pandu itu terlihat sempurna. Senyuman terlihat semakin jelas di wajah tampan Pandu. Dia terus berjalan mendekati Arum dan mengulurkan tangannya. Sang Raden masih tidak percaya, sekarang bisa bersama dengan wanita yang sangat diimpikannya. Selena yang melihat kebersamaan mereka meneteskan air mata haru. "Kau terlihat sangat cantik. Persis dengan Putri Roro Kidul," ucapan Pandu dengan tersenyum, membuat Arum terkekeh pelan. "Kenapa selalu Nyi Roro Kidul? Apakah tidak bisa digantinya dengan putri kayangan?" balas Arum dengan tersenyum. Kecantikannya semakin terlihat luar biasa.Upacara pernikahan segera dimulai. Selena dan beberapa pengikutnya, datang sebagai saksi. Wajah dari keduanya ta
Kedua mata mereka saling memandang. Kini perlahan Pandu menyentuh kulit Arum yang sudah polos. Dia mengelusnya dan menelusuri semua sudut lekukan tubuh Arum yang sangat indah. Kedua mata Arum memejam, menikmati sentuhan Pandu yang sangat lembut itu. Pandu menariknya, kemudian menggendong Arum. Lalu dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Kini dia menatap Arum dengan tersenyum. Napasnya mulai terdengar cukup keras. Karena hasratnya sudah tidak terbendung lagi.Perlahan bibir itu mengecup bibir Arum. Pandu menikmati permukaan bibir Arum dengan sangat pelan. Mereka berdua menikmati sentuhan masing-masing. Pandu yang sudah mulai mendesah, mulai menikmati tubuh indah Arum. Tubuh itu sudah dinikmati Pandu dengan sangat bebas. Dia menelusuri setiap lakukan tubuh Arum hingga sampai di kepemilikan suci itu. Suara desahan Arum terdengar cukup keras. Desahan itu malah membuat Pandu semakin menyukainya."Ah ..."Pandu terus memainkan kepemilikan Arum yang m