Wojo tidak percaya Pandu kembali datang menemuinya. Mereka saling bertatapan. Wojo harus bersiap menghadapi kekasih Arum. Dia sangat membencinya. Dia sudah menghancurkan Kasoemo dalam sekejap. Namun … kenapa Pandu malah menemuinya?
“Apa yang kau inginkan?” tanya Wojo tegang. Tatapannya masih saja dingin.
“Aku menyerah,” balas Pandu pelan.
Setelah Pandu bermimpi indah, dia terbangun dengan terkejut. Seorang wanita yang sangat dibencinya, ada di hadapannya. Sabrina segera menyusul Pandu ke Jakarta malam petang. Kereta terbaik yang dia tumpangi, bisa membawanya dengan cepat. Pagi sekali, Sabrina sudah berada di ibu kota. Pesuruhnya yang sudah mengetahui keberadaan Pandu, membawanya ke Monas. Sabrina terkejut melihat lelaki yang dicintainya tergeletak di taman, namun tersenyum.
“Pandu, bangunlah.”
Sabrina sangat panik. Tubuh Pandu sangat panas, dan tidak sadarkan diri. Dia segera membawanya ke rumah sakit.
Jantung Romo berdetak kencang. Dia tidak percaya melihat anak kesayangannya bangkit dari kematian. Hatinya bercampur aduk. Antara percaya atau tidak. Namun, di dalam genggamannya, dia melihat dengan jelas, bahwa itu adalah Pandu.Romo terus mengatur napasnya. Hatinya bagai tertusuk. Sangat sakit. Perasaannya sangat kecewa. Dia tidak menyangka, Pandu sudah melakukan kebohongan terbesar dalam hidupnya hanya karena mengejar restunya.“Aku ingin sendirian. Kau sebaiknya keluar dulu dari ruangan ini. Aku akan memikirkan langkah selanjutnya untuk perusahaan.”“Aku tidak ingin kau bersedih. Sebaiknya, kabar ini kita rahasiakan dulu. Aku sangat kecewa. Sebenarnya Pandu sudah membuat aku sangat malu. Sabrina pergi dengan mendadak. Pasti dia menuju ke Jakarta untuk menemui Pandu.”Sarman menarik napas. Dia mendeka
Hendra semakin menegang. Dia benar-benar terkejut saat mendengar Arum mengatakan sesuatu tentang dirinya. Jantungnya berdebar kencang. Dia tidak ingin Arum berkata sesuatu yang bisa membuatnya celaka, atas perbuatan yang dilakukannya saat itu kepada Arum.Apa yang akan kau katakan, Nyai?" tanya Wojo tiba-tiba. Dia mengernyit, menatap sang istri yang masih terdiam hanya memandang Hendra yang segera memalingkan wajahnya."Aku memang keluar dari rumah itu. Aku hanya ingin membeli sebuah keperluan dan aku meminta pelayan untuk mengantarkan. Aku meminta maaf tidak meminta izin darimu terlebih dahulu. Tapi, hujan sangat deras, hingga seseorang menarikku dan membawaku pergi. Tapi aku tidak ingat karena aku pingsan," katanya sekali lagi sambil melirik Hendra yang masih saja berdetak kencang."Apakah ini ada hubungannya dengan adikku?" tanya Wojo kini menatap Hendra yang ketika menundukan kepalanya."Tentu saja dia tidak mungkin melakukan s
Nyai Ani bergeming kaku. Dia tidak menyangka Pandu kini berada di hadapannya. Hatinya berdebar kencang. Sosok kesayangan yang semula telah hilang, kini hadir kembali.“Anakku? Apakah ini dirimu? Kau … kini hadir?” ucapnya sangat pelan. Tangisan mulai menghiasi wajahnya.Pandu perlahan menganggukkan kepalanya. Dia melangkah, mendekati Nyai Ani dan bersujud. “Maafkan Pandu, Ibu. Pandu sudah menjadi anak durhaka,” ucapnya dengan menarik napas.Nyai yang masih menangis, segera mendekati Pandu. Dia menarik tubuh Pandu untuk berdiri. Nyai memeluknya erat. Hatinya sangat bahagia. Pandu tidak menyangka malah mendapatkan perlakuan ini. Sebelumnya, dia menyangka akan mendapatkan kemarahan. Bahkan, Romo yang mulai mendekati mereka, hanya diam sembari menatapnya datar. Tidak ada ekspresi sama sekali di sana.Pandu melerai pelukannya. Dia kini mendekati Romo dan menundukkan kepala.“Selamat datang kembali,” ucap Romo s
Wojo masih saja menatap Arum. Tdak bisa dia pungkiri. Memang cinta Arum hanya untuk Pandu. Kejar restu itu sampai di alam mimpi Arum. Hingga nama Pandu selalu saja dipanggilnya.Saras di sebelah Arum selalu saja menangis. Dia sebenarnya ingin membuat Arum bahagia. Namun, bagaimana caranya? Keputusan untuk membuat Arum terjun ke dalam jurang kasta sudah dia lakukan. Pemaksaan kepada hati anaknya sendiri tidak bisa dia cegah sekarang. Membuat Wojo bercerai dengan Arum, itu tidak mungkin terjadi.Wojo menarik napas panjang sebelum akhirnya keluar dari kamar Arum. Dia berjalan menuju ruangan kerjanya. Dia ingin menyendiri, memikirkan hatinya.“Bolehkah Nyai masuk?”Suara Nyai Niye mengejutkan dirinya. Wojo spontan mengangkat wajahnya. Sang ibu perlahan mendekatinya.“Kau mencintainya?” tanya Nyai tiba-tiba. Wojo spontan mengernyit.“Apa yang Ibu katakan? Aku tidak mengerti,” balas Wojo.“Kau memik
Sabrina tidak menyangka Pandu melakukan itu kepadanya. Dia benar-benar sangat terkejut. Dia sama sekali tidak ingin melepaskannya. Namun, Pandu ternyata segera melerai bibirnya."Haruskah aku terjebak dalam permainan yang ditawarkan oleh dirimu? Kau mendadak melakukan ini kepadaku. Pasti ada sesuatu hal yang kau sembunyikan, dan itu ada hubungannya dengan keluargamu."Sabrina tidak hentinya menatap Pandu. Dalam hatinya, dia merasa sangat bahagia."Apakah ini tidak cukup untuk membuktikan jika aku sangat serius menikahimu? Jika kau tidak percaya, aku tidak masalah. Yang penting, aku sudah membuktikan rasa serius itu."Sejenak Pandu menatap Sabrina hingga akhirnya dia membalikkan tubuhnya dan akan pergi dari sana. Dengan cepat Sabrina menahan langkah Pandu. Dia menariknya kembali. Kini wanita itu semakin menatap wajah Pandu sangat tajam."Apa yang kau lakukan barusan sangat merubah kehidupanku. Hatiku benar-benar ... san
Wojo memutuskan untuk menyelesaikan semua masalah. Dia merasa bersalah karena sudah meluapkan rasa cemburunya dengan melakukan perbuatan yang sangat tidak patut untuk dilakukan. Selama ini dia selalu berusaha menangani semuanya dengan kepala dingin. Sifat Wojo yang terlihat sangat angker itu sebenarnya memiliki hati yang super halus. Bahkan dia tidak pernah meluapkan emosinya sejak bersama istrinya dulu."Aku tidak akan pernah menyakiti hatinya. Aku sudah terkena karma. Karena selama bertahun-tahun aku menyakiti semua wanita akibat rasa kesendirianku yang tidak pernah berusaha aku obati sendiri. Kini aku merasakan rasa sakit yang selama ini aku berikan kepada semua wanita.""Romo. Nyai Saras ingin bertemu. Dia sedang menunggu Romo di ruangannya. Apakah Romo berkenan untuk menemuinya?" teriak salah satu pelayan di luar kamar. Wojo segera membuka pintu kamar dan menganggukkan kepala."Aku akan segera menemuinya. Sekarang kau pergilah," ucapnya de
Dunia seakan berpihak kepadanya. Wajah sosok yang sangat dinantinya, kini memandangnya sangat lembut. Walaupun hanya terlihat sangat jauh dari posisinya, hati Pandu benar-benar berdebar. Dia tidak menyangka wanita yang sudah berada di dalam bayangannya kini terlihat sangat nyata."Arum? Dia berada di sini kembali? Aku tidak percaya melihatnya. Dia ternyata sudah sembuh. Dan aku sangat senang sekali."Arum tersenyum, lalu menganggukkan kepalanya. Dia kembali masuk k edalam dan menutup jendela kamarnya.Pandu sangat paham dengan apa yang dilakukan oleh Arum. Dia sudah berjanji, tidak akan pernah mendekatinya. Dia harus menolong kekayaan keluarganya dengan menikahi Sabrina Hanya itu yang bisa membuat Pandu menyembuhkan ayahnya dan menyelamatkan semua kekayaan dan kasta yang dimiliki oleh Kasoemo."Dia benar-benar ada di sana. Tapi aku tidak bisa menggapainya. Dinding
Pandu tidak mengerti dengan penawaran Sabrina secara tiba-tiba. Dia datang dengan mengejutkan. Ardi mendekati Sabrina. Dia sama sekali tidak senang dengan kehadiran calon istri Pandu itu."Kenapa kau mendadak seperti ini? Hmm, apalagi mengetahui klinik ini yang aku rahasiakan. Padahal aku hanya memberitahukan hanya kepada Pandu saja. Hah, aku salah menilaimu. Aku lupa kau adalah wanita berpengaruh di sini. Pasti kau dengan mudah mengetahui semuanya."Sabrina melirik sinis Ardi. Namun, dia segera mengabaikan sahabat Pandu itu. Sabrina melangkah mendekati Pandu yang masih bergeming kaku."Aku akan membantumu bertemu Arum. Aku tahu kau pasti menginginkan untuk bertemu dengannya. Aku akan membantumu. Kau ... bisa mempercayaiku.""Atas dasar apa kau melakukan ini? Kau sangat mengejutkan. Kau tidak seharusnya melakukan siasatmu lagi. Lagi pula aku sudah berpisah dengannya," balas Pandu sedikit tegas. Dia memandang Sabrina dengan dingin."Kau me