Nyai Ani bergeming kaku. Dia tidak menyangka Pandu kini berada di hadapannya. Hatinya berdebar kencang. Sosok kesayangan yang semula telah hilang, kini hadir kembali.
“Anakku? Apakah ini dirimu? Kau … kini hadir?” ucapnya sangat pelan. Tangisan mulai menghiasi wajahnya.
Pandu perlahan menganggukkan kepalanya. Dia melangkah, mendekati Nyai Ani dan bersujud. “Maafkan Pandu, Ibu. Pandu sudah menjadi anak durhaka,” ucapnya dengan menarik napas.
Nyai yang masih menangis, segera mendekati Pandu. Dia menarik tubuh Pandu untuk berdiri. Nyai memeluknya erat. Hatinya sangat bahagia. Pandu tidak menyangka malah mendapatkan perlakuan ini. Sebelumnya, dia menyangka akan mendapatkan kemarahan. Bahkan, Romo yang mulai mendekati mereka, hanya diam sembari menatapnya datar. Tidak ada ekspresi sama sekali di sana.
Pandu melerai pelukannya. Dia kini mendekati Romo dan menundukkan kepala.
“Selamat datang kembali,” ucap Romo s
Wojo masih saja menatap Arum. Tdak bisa dia pungkiri. Memang cinta Arum hanya untuk Pandu. Kejar restu itu sampai di alam mimpi Arum. Hingga nama Pandu selalu saja dipanggilnya.Saras di sebelah Arum selalu saja menangis. Dia sebenarnya ingin membuat Arum bahagia. Namun, bagaimana caranya? Keputusan untuk membuat Arum terjun ke dalam jurang kasta sudah dia lakukan. Pemaksaan kepada hati anaknya sendiri tidak bisa dia cegah sekarang. Membuat Wojo bercerai dengan Arum, itu tidak mungkin terjadi.Wojo menarik napas panjang sebelum akhirnya keluar dari kamar Arum. Dia berjalan menuju ruangan kerjanya. Dia ingin menyendiri, memikirkan hatinya.“Bolehkah Nyai masuk?”Suara Nyai Niye mengejutkan dirinya. Wojo spontan mengangkat wajahnya. Sang ibu perlahan mendekatinya.“Kau mencintainya?” tanya Nyai tiba-tiba. Wojo spontan mengernyit.“Apa yang Ibu katakan? Aku tidak mengerti,” balas Wojo.“Kau memik
Sabrina tidak menyangka Pandu melakukan itu kepadanya. Dia benar-benar sangat terkejut. Dia sama sekali tidak ingin melepaskannya. Namun, Pandu ternyata segera melerai bibirnya."Haruskah aku terjebak dalam permainan yang ditawarkan oleh dirimu? Kau mendadak melakukan ini kepadaku. Pasti ada sesuatu hal yang kau sembunyikan, dan itu ada hubungannya dengan keluargamu."Sabrina tidak hentinya menatap Pandu. Dalam hatinya, dia merasa sangat bahagia."Apakah ini tidak cukup untuk membuktikan jika aku sangat serius menikahimu? Jika kau tidak percaya, aku tidak masalah. Yang penting, aku sudah membuktikan rasa serius itu."Sejenak Pandu menatap Sabrina hingga akhirnya dia membalikkan tubuhnya dan akan pergi dari sana. Dengan cepat Sabrina menahan langkah Pandu. Dia menariknya kembali. Kini wanita itu semakin menatap wajah Pandu sangat tajam."Apa yang kau lakukan barusan sangat merubah kehidupanku. Hatiku benar-benar ... san
Wojo memutuskan untuk menyelesaikan semua masalah. Dia merasa bersalah karena sudah meluapkan rasa cemburunya dengan melakukan perbuatan yang sangat tidak patut untuk dilakukan. Selama ini dia selalu berusaha menangani semuanya dengan kepala dingin. Sifat Wojo yang terlihat sangat angker itu sebenarnya memiliki hati yang super halus. Bahkan dia tidak pernah meluapkan emosinya sejak bersama istrinya dulu."Aku tidak akan pernah menyakiti hatinya. Aku sudah terkena karma. Karena selama bertahun-tahun aku menyakiti semua wanita akibat rasa kesendirianku yang tidak pernah berusaha aku obati sendiri. Kini aku merasakan rasa sakit yang selama ini aku berikan kepada semua wanita.""Romo. Nyai Saras ingin bertemu. Dia sedang menunggu Romo di ruangannya. Apakah Romo berkenan untuk menemuinya?" teriak salah satu pelayan di luar kamar. Wojo segera membuka pintu kamar dan menganggukkan kepala."Aku akan segera menemuinya. Sekarang kau pergilah," ucapnya de
Dunia seakan berpihak kepadanya. Wajah sosok yang sangat dinantinya, kini memandangnya sangat lembut. Walaupun hanya terlihat sangat jauh dari posisinya, hati Pandu benar-benar berdebar. Dia tidak menyangka wanita yang sudah berada di dalam bayangannya kini terlihat sangat nyata."Arum? Dia berada di sini kembali? Aku tidak percaya melihatnya. Dia ternyata sudah sembuh. Dan aku sangat senang sekali."Arum tersenyum, lalu menganggukkan kepalanya. Dia kembali masuk k edalam dan menutup jendela kamarnya.Pandu sangat paham dengan apa yang dilakukan oleh Arum. Dia sudah berjanji, tidak akan pernah mendekatinya. Dia harus menolong kekayaan keluarganya dengan menikahi Sabrina Hanya itu yang bisa membuat Pandu menyembuhkan ayahnya dan menyelamatkan semua kekayaan dan kasta yang dimiliki oleh Kasoemo."Dia benar-benar ada di sana. Tapi aku tidak bisa menggapainya. Dinding
Pandu tidak mengerti dengan penawaran Sabrina secara tiba-tiba. Dia datang dengan mengejutkan. Ardi mendekati Sabrina. Dia sama sekali tidak senang dengan kehadiran calon istri Pandu itu."Kenapa kau mendadak seperti ini? Hmm, apalagi mengetahui klinik ini yang aku rahasiakan. Padahal aku hanya memberitahukan hanya kepada Pandu saja. Hah, aku salah menilaimu. Aku lupa kau adalah wanita berpengaruh di sini. Pasti kau dengan mudah mengetahui semuanya."Sabrina melirik sinis Ardi. Namun, dia segera mengabaikan sahabat Pandu itu. Sabrina melangkah mendekati Pandu yang masih bergeming kaku."Aku akan membantumu bertemu Arum. Aku tahu kau pasti menginginkan untuk bertemu dengannya. Aku akan membantumu. Kau ... bisa mempercayaiku.""Atas dasar apa kau melakukan ini? Kau sangat mengejutkan. Kau tidak seharusnya melakukan siasatmu lagi. Lagi pula aku sudah berpisah dengannya," balas Pandu sedikit tegas. Dia memandang Sabrina dengan dingin."Kau me
Arum semakin tidak percaya dengan pendengarannya. Sabrina menawarkan sesuatu hal di luar dugaan."Kenapa kau melakukan ini? Aku tahu kau sangat membenciku. Untuk apa melakukan ini?" tanya Arum pelan. Sosoknya yang anggun, selalu membuat dirinya terlihat berkelas.Sabrina menarik napas. Dia tersenyum, lalu terus memandang Arum. Sabrina harus memastikan jika apa yang akan dia lakukan ini benar-benar sesuai dengan keinginannya. Dia harus membuat Arum mempercayainya. Sabrina hanya ingin semua rencana yang dia lakukan berhasil, dan dia bisa bersama dengan Pandu. "Aku benar-benar melakukan ini sesuai dengan hatiku. Untuk apa aku membohongimu? Arum, aku akan mempertemukan dirimu dengan kekasihmu. Percayalah kepadaku, karena aku tidak akan pernah mengingkari apa yang sudah aku rencanakan."Aku masih menatap Sabrina dalam diam. Dia tidak mengerti. Sebenarnya, apa maksud dari rencana wanita yang jelas-jelas sangat membencinya. Arum harus berpikir keras. D
Pandu bersama Ardi menuju kediaman. Pandu segera memeriksa Romo. Sementara, Ardi mencari keberadaan Joko. Namun, dia tidak menemukan pengawal itu."Ke mana dia. Tidak ada di sini. Aku sudah mencarinya kemanapun. Bahkan Sabrina pun tidak ada di sini. Pasti ada sesuatu hal. Aku lebih baik bertanya kepada pelayan." Ardi akhirnya mendekati salah satu pelayan dan menanyakan keberadaan Joko. Namun pelayan masih saja tidak bisa menjawab. Mereka saling menolehkan pandangan, hingga mengatakan jika Sabrina sudah berada di luar kediaman sejak kemarin. Yang lebih mengejutkan, mereka mengatakan Sabrina menemui Arum."Apa? Kenapa dia menemui Arum?" Ardi sangat terkejut ketika mendengarnya. Dia segera mencari Pandu. Namun, dia menghentikan langkah saat akan masuk ke dalam kamar Romo. Ternyata Ayah Pandu itu sudah sembuh dari penyakitnya, dan kini dia dengan tegak berdiri. Sementara Pandu menundukkan kepala di hadapannya."Tidak aku sangka ternyata aku tidak berada di rumah sakit s
Ardi semakin emosi. Dia menarik Joko, menahannya untuk melangkah. Sementara Pandu berusaha untuk mencegah mereka."Sudahlah. Jangan menunjukkan emosi. Kalian jangan membuat kafe ini berantakan dengan pertengkaran kalian. Joko, jika kau tidak mau memberitahukan semua, baiklah. Itu hakmu. Ardi, lepaskan dia," ucap Pandu. Dia menarik Ardi dengan keras. Sahabatnya itu masih saja memasang tatapan tajam."Akan aku pastikan, kau mengalami celaka dalam kehidupanmu. Kau ... tidak akan pernah bertemu dengan Nona yang kau bela itu," ancam Ardi. Tangannya menampis cengkeraman kuat Pandu.Ardi meninggalkan Pandu dan Joko begitu saja. Pandu hanya menarik napas panjang melihat sahabatnya sangat emosi dan pergi begitu saja. Dia kini menatap Joko yang masih saja bergeming kaku di hadapannya."Joko. Aku tahu. Kau tidak mau memberitahukan apa pun tentang Sabrina. Sebenarnya wajar saja jika aku melakukan itu. Kau mencintai dia bukan? Mungkin jika aku mencintai seoran
Nyai Ani dan Saras saling berpandangan. Mereka tidak percaya dengan kejadian yang sama terulang kembali. Mereka saling berpandangan, kemudian menatap tegang sang pelayan yang masih mendudukkan kepala. Hingga Ibu Arumi pun berlari datang bersujud di hadapan Nyai Ani dan Saras."Maafkan saya, Nyai. Anak saya bersalah. Tolong jangan marah dengan anak saya. Nyai ... saya yang bertanggung jawab. Saya sudah mengatakan kepada Arumi agar tidak mendekati Raden Putra. maafkan saya. Tolong jangan pecat saya karena saya sangat membutuhkan pekerjaan ini. Sekali lagi maafkan saya."Nyai Ani tersenyum. Saras pun juga ikut tersenyum. Mereka segera mendekati pelayan itu dan menariknya hingga berdiri."Tunjukkan aku di mana mereka. Tidak aku sangka, ternyata Putra menyukai wanita yang memiliki nama persis dengan nama anakku, Arum. Aku sangat terharu mendengarnya," balas Saras masih saja tersenyum haru."Ini sudah takdir kita tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Cinta kembali hadir di dalam rumah i
"Paman?" Putra terkejut melihat Ardi berada di belakangnya. Dia segera tersenyum sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak terasa gatal. Wajahnya masih bersemu ketika melihat gadis itu. Ardi tersenyum dan menggelengkan kepalanya, mengingat sosok Pandu saat pertama kali bertemu dengan Arum. Ardi sudah bercerita semua kisah Pandu dan Arum kepada Putra. Kejadian barusan, sama persis dengan sosok Putra."Kau menyukainya?" tanya Ardi sekali lagi sambil mengangkat salah satu alisnya."Entahlah, Paman. Ketika aku melihatnya. Jantungku tiba-tiba bergetar. Dia seperti bidadari. Wajahnya secerah awan. Senyumannya membuatku tidak bisa mengalihkan pandangan darinya. Bahkan, sampai sekarang pun aku memikirkannya. Bayangan wajahnya itu selalu ada di dalam pikiranku. Padahal aku baru menemuinya hanya beberapa menit saja. Hmm, siapa dia, Paman? Aku ingin sekali bertemu dengannya.""Hahaha. Itu adalah namanya cinta. Yah ... kau mencintainya. Cinta pandangan pertama. Ibunya baru bisa aja bekerja menj
"Romo datang?" Sunarsih seketika terpaku. Apalagi Romo dan Nyai Ani membawa beberapa kain dan perhiasan. "Maafkan kami datang dengan mendadak. Kami mendengar dari pelayan jika kalian akan menikah. Aku ada beberapa kain kebaya. Sebenarnya aku ingin memberikannya kepada Arum. Ini adalah kain dari ibuku. Aku berniat untuk memberikannya kepada Arum saat dia sudah melahirkan. Tapi ternyata takdir berkata lain dan aku berpikir ingin memberikannya kepada kalian, karena kalian adalah dua wanita yang sangat hebat."Mawar dan Sunarsih saling berpandangan. Mereka tidak menyangka, seseorang yang sangat mereka takuti sekaligus benci datang dengan pandangan lain. Senyuman terpampang di wajah angkernya selama ini.Nyai Ani menyodorkan kain itu dengan tersenyum. Mawar dan Sunarsih akhirnya tersenyum dan menerima. Mereka tidak percaya dengan semua ini."Aku tidak bisa berkata apa pun. Yang jelas, aku sangat bahagia," ucap Sunarsih. Dengan mendadak, dia mendekati Romo dan memeluknya. Semua orang terk
"Bagaimana ini bisa terjadi? Kenapa seseorang yang sangat gagah seperti dirinya bisa menjadi seperti ini? Aku benar-benar tidak percaya, Hendra. Apakah kakakmu bisa sembuh? Aku harus bagaimana menghadapi kakakmu yang seperti ini?" ucap Saras kemudian meneteskan air matanya."Ibu hanya perlu mendekatinya saja. Katakan apa pun yang bisa membuat kakakku mengerti jika dia harus menjalin kehidupan ini. Kematian Pandu sudah dilupakan oleh pihak hukum, karena kondisi Kakak yang seperti ini. Mereka berharap Kakak bisa menjadi sosok seperti semula kembali. Tapi ... sepertinya itu susah, Ibu. Bahkan sekarang ibuku, Mustika, dan semua adiknya pun sangat bersedih. Tidak ada kebahagiaan lagi yang berada di rumah." Hendra menatap sang kakak dengan sangat sendu. Tubuhnya yang semakin kurus, membuatnya tidak memiliki tenaga yang cukup. Dia resah bagaimana jika dia nanti pergi dari dunia ini. Siapa yang akan menjaga keluarganya?"Baiklah, aku akan mencoba mendekatinya." Sarah mendekati Wojo yang masih
Mereka semua terkejut saat Joko tiba-tiba masuk dan mengatakan hal seperti itu. Sunarsih seketika menganga, menatap Joko dengan sangat tampan menggunakan kemeja putih, berjalan menghampirinya. Dia menatap Sunarsih dan menutup mulutnya. Sunarsih terpaku seketika."Apa ..."Joko saat itu selalu memandang Sunarsih. Sifatnya yang sangat lucu dan tomboy, mengingatkan dia kepada Sabrina. Namun, Joko harus menutup hatinya untuk Sabrina yang sudah pergi. Joko perlahan-lahan sering menemui Sunarsih dan berusaha membuka hatinya. Hingga dia paham hatinya sedikit bergetar. Ketika mendekati Sunarsih yang selalu paham dengan dirinya.Joko selalu bercerita apa pun kepada Sunarsih. Dia sangat kesepian, tidak sengaja bertemu Sunarsih di taman. Sejak saat itu mereka selalu mengobrol dan akrab. Joko terus berpikir sepanjang hari, hingga dia akhirnya memutuskan untuk melamar Sunarsih."Walah, masa aku mendapatkan lamaran dengan cara seperti ini? Hah, tiba-tiba saja datang lalu ngomong, mungkin aku. Hah,
Bagai tersambar petir. Perasaan Saras seketika hancur. Dia tidak menyangka perasaannya selama ini akhirnya terjawab. Beberapa hari sebelumnya dia selalu memandang Arum, dan sudah merasakan akan kehilangan anaknya untuk selamanya. Ternyata sekarang dia akan menghadapi hal itu. Sebuah pertanda yang selalu dia lihat, dari perkataan Arum dan Pandu. Seolah-olah mengetahui mereka tidak akan hidup lama lagi. Tanpa sadar mereka ungkapkan selama ini. Saras selalu menepis semua yang ada di pikirannya. Namun, ternyata benar. Dan terlebih lagi, dia teringat sumpahnya dan sumpah Nyai Ani, yang kini terjawab sudah."Tidak! Tolonglah dokter. Lakukan apa pun untuk menyelamatkannya. Aku mohon kepadamu dokter. Biarkan anakku hidup, karena aku belum bisa membahagiakannya. Aku mohon dokter," ucap Saras dengan lemas. Nyai Ani yang terus menangis memeluknya. Begitu juga dengan Wati dan Sunarsih yang tidak kuasa mendengar. Tidak bisa menumpu tubuhnya yang mendadak lemas, Sunarsih hampir tumbang. Joko yang b
Suara letusan peluru tiba-tiba terdengar cukup keras. Arum menatap Pandu yang tersenyum ke arahnya, membelai pipinya dengan perlahan, lalu memeluknya."Kau sangat cantik, Arum," ucap Pandu pelan.Arum mengernyitkan kedua alisnya semakin dalam. Menatap Pandu yang tiba-tiba pucat. Hingga dia merasakan basah di kedua tangannya. Perlahan, Arum bergetar saat melihat jemarinya tiba-tiba dipenuhi dengan cairan darah segar yang keluar dari punggung Pandu. "A-pa ...," ucap Arum pelan. Dia tidak bisa berkata. Mulutnya tercekat, bahkan napasnya terhenti seketika, seakan dia tidak bisa bergerak. Tubuhnya kaku. "Mas ..." Arum kembali menatap kedua mata Pandu yang masih memperlihatkan senyuman dan cinta tulusnya kepada Arum."Tidak ada hal di dunia ini yang lebih indah selain dirimu. Wanita yang tidak akan pernah tergantikan sampai kapanpun. Wanita yang selalu ada di hatiku. Wanita yang selalu aku cintai. Aku sangat ... mencintaimu. Kau tidak tergantikan," bisik Pandu masih dengan tersenyum. Arum
Wojo terdiam, menunggu Arum untuk mengatakan jawaban yang sudah ditunggunya. Arum tersenyum menganggukkan kepala dan berkata, "Aku akan menjadi istrimu dan mendampingimu sampai kapanpun. Tapi aku mohon kita pergi dari sini dan melupakan semuanya," balas Arum masih dengan tersenyum, namun meneteskan air matanya. Menahan hatinya yang terasa sesak. Padahal dia sama sekali tidak ingin berkata seperti itu. Namun, apa boleh buat. Tindakannya itu benar-benar meluluhkan lelaki yang semula memendam amarah."Ini tidak benar! Hah, benar benar sangat menyakitkan. Aku tidak akan pernah melepaskan istriku untuk lelaki lain. Bisakah aku hidup bahagia jika aku berpisah dengannya? Lebih baik aku kehilangan nyawa, dari pada aku melihat dia bersama dengan lelaki lain. Aku tidak akan pernah membiarkannya," batin Pandu. Dia berjalan mendekati Arum. Menariknya, kemudian menggelengkan kepalanya dengan perlahan."Tidak adakah cara lain yang bisa aku lakukan selain memohon untuk berada di sisimu. Tidak adakah
Pandu terkejut. Dia segera menghampiri Hendra yang masih terengah-engah mengatur napasnya. Apa yang dikatakan Hendra barusan membuatnya ketakutan. Pasti keluarganya dan keluarga Wojo sudah melakukan perdebatan sengit, dan tentu saja keluarga Wojo pasti akan memenangkan perdebatan itu."Hendra. Tenangkan dulu dirimu. Berbicaralah dengan baik. Kenapa kau ini? Ada apa sebenarnya?" balas Pandu dengan sangat panik. Hendra masih menekan dadanya yang terasa sesak. Tenaganya benar-benar terkuras. Saat itu, Hendra segera mengendarai mobilnya dan mencari Pandu ke rumah Ardi saat mengetahui sesuatu terjadi dengan sangat mengerikan. Ardi segera mengatakan di mana keberadaan Pandu. Sementara Ardi segera menuju ke kediaman Kasoemo untuk menangani masalah itu."Kakakku marah besar, Pandu. Dia berada di kantor wartawan itu, memporak-porandakan kantor itu. Lalu, mengancam semua wartawan yang berada di sana termasuk pemilik kantor itu. Dia sangat marah. Hah, setelah berhasil membuat semua orang takut,