Pandu tidak mengerti dengan penawaran Sabrina secara tiba-tiba. Dia datang dengan mengejutkan. Ardi mendekati Sabrina. Dia sama sekali tidak senang dengan kehadiran calon istri Pandu itu.
"Kenapa kau mendadak seperti ini? Hmm, apalagi mengetahui klinik ini yang aku rahasiakan. Padahal aku hanya memberitahukan hanya kepada Pandu saja. Hah, aku salah menilaimu. Aku lupa kau adalah wanita berpengaruh di sini. Pasti kau dengan mudah mengetahui semuanya."Sabrina melirik sinis Ardi. Namun, dia segera mengabaikan sahabat Pandu itu. Sabrina melangkah mendekati Pandu yang masih bergeming kaku."Aku akan membantumu bertemu Arum. Aku tahu kau pasti menginginkan untuk bertemu dengannya. Aku akan membantumu. Kau ... bisa mempercayaiku.""Atas dasar apa kau melakukan ini? Kau sangat mengejutkan. Kau tidak seharusnya melakukan siasatmu lagi. Lagi pula aku sudah berpisah dengannya," balas Pandu sedikit tegas. Dia memandang Sabrina dengan dingin."Kau meArum semakin tidak percaya dengan pendengarannya. Sabrina menawarkan sesuatu hal di luar dugaan."Kenapa kau melakukan ini? Aku tahu kau sangat membenciku. Untuk apa melakukan ini?" tanya Arum pelan. Sosoknya yang anggun, selalu membuat dirinya terlihat berkelas.Sabrina menarik napas. Dia tersenyum, lalu terus memandang Arum. Sabrina harus memastikan jika apa yang akan dia lakukan ini benar-benar sesuai dengan keinginannya. Dia harus membuat Arum mempercayainya. Sabrina hanya ingin semua rencana yang dia lakukan berhasil, dan dia bisa bersama dengan Pandu. "Aku benar-benar melakukan ini sesuai dengan hatiku. Untuk apa aku membohongimu? Arum, aku akan mempertemukan dirimu dengan kekasihmu. Percayalah kepadaku, karena aku tidak akan pernah mengingkari apa yang sudah aku rencanakan."Aku masih menatap Sabrina dalam diam. Dia tidak mengerti. Sebenarnya, apa maksud dari rencana wanita yang jelas-jelas sangat membencinya. Arum harus berpikir keras. D
Pandu bersama Ardi menuju kediaman. Pandu segera memeriksa Romo. Sementara, Ardi mencari keberadaan Joko. Namun, dia tidak menemukan pengawal itu."Ke mana dia. Tidak ada di sini. Aku sudah mencarinya kemanapun. Bahkan Sabrina pun tidak ada di sini. Pasti ada sesuatu hal. Aku lebih baik bertanya kepada pelayan." Ardi akhirnya mendekati salah satu pelayan dan menanyakan keberadaan Joko. Namun pelayan masih saja tidak bisa menjawab. Mereka saling menolehkan pandangan, hingga mengatakan jika Sabrina sudah berada di luar kediaman sejak kemarin. Yang lebih mengejutkan, mereka mengatakan Sabrina menemui Arum."Apa? Kenapa dia menemui Arum?" Ardi sangat terkejut ketika mendengarnya. Dia segera mencari Pandu. Namun, dia menghentikan langkah saat akan masuk ke dalam kamar Romo. Ternyata Ayah Pandu itu sudah sembuh dari penyakitnya, dan kini dia dengan tegak berdiri. Sementara Pandu menundukkan kepala di hadapannya."Tidak aku sangka ternyata aku tidak berada di rumah sakit s
Ardi semakin emosi. Dia menarik Joko, menahannya untuk melangkah. Sementara Pandu berusaha untuk mencegah mereka."Sudahlah. Jangan menunjukkan emosi. Kalian jangan membuat kafe ini berantakan dengan pertengkaran kalian. Joko, jika kau tidak mau memberitahukan semua, baiklah. Itu hakmu. Ardi, lepaskan dia," ucap Pandu. Dia menarik Ardi dengan keras. Sahabatnya itu masih saja memasang tatapan tajam."Akan aku pastikan, kau mengalami celaka dalam kehidupanmu. Kau ... tidak akan pernah bertemu dengan Nona yang kau bela itu," ancam Ardi. Tangannya menampis cengkeraman kuat Pandu.Ardi meninggalkan Pandu dan Joko begitu saja. Pandu hanya menarik napas panjang melihat sahabatnya sangat emosi dan pergi begitu saja. Dia kini menatap Joko yang masih saja bergeming kaku di hadapannya."Joko. Aku tahu. Kau tidak mau memberitahukan apa pun tentang Sabrina. Sebenarnya wajar saja jika aku melakukan itu. Kau mencintai dia bukan? Mungkin jika aku mencintai seoran
Pernyataan Wojo semakin mengejutkan Arum. Bahkan, Sabrina ikut terkejut melihatnya. Entah kenapa perasaan Sabrina semakin kesal. Semua laki-laki menyukai Arum. Bahkan, terang-terangan mengakui hati mereka. Pandu yang selalu saja menyatakan cinta kepada Arum. Sekarang, lelaki terkaya pun juga tiba-tiba menyatakan cinta dengan tegas di hadapannya.Arum spontan memalingkan wajahnya. Wojo masih saja menatap Arum. Kini dia dengan terang menunjukkan hatinya."Aku mengizinkannya. Aku akan menunggumu. Sekarang lebih baik kau pergi, Nona," kata Wojo dengan tegas."Baiklah. Aku akan pergi," balas Sabrina. Dia sedikit tersenyum ke arah Arum, sebelum benar-benar berlalu."Sebenarnya dia tidak menyukaimu. Tapi ... aku kali ini mempercayainya."Arum masih tidak mengerti dengan pernyataan Wojo. Dia masih tidak mengucap apa pun. "Kita akan pergi ke sana. Aku akan masuk ke dalam. Jangan lupa kabari aku jika wanita itu menemuimu kembali."
Pagi menjelang dengan sangat cepat. Pandu tidak bisa bersabar untuk menunggu datangnya malam. Sabrina sudah berjanji untuk menemukan dirinya dengan Arum. Sebenarnya Pandu sangat meragukan hal itu. Namun, ketika Sabrina mengatakan jika Arum mendapatkan pernyataan cinta dari Wojo, dia seketika kebingungan dan panik. Pandu sangat paham jika Arum pasti akan menjadi milik lelaki dengan kasta tertinggi itu. Namun, bayangan dan impiannya untuk tetap memiliki Arum, masih aja melekat dalam pikirannya. Paling tidak dia akan menemuinya satu kali lagi sebelum akhirnya mereka benar-benar akan berpisah untuk selamanya dan menjalani kehidupan dengan pasangannya masing-masing. "Kenapa aku menjadi seperti ini? Padahal aku seharusnya tidak memikirkan dia lagi," batin Pandu dengan resah.Pintu kamarnya mendadak terbuka dengan cepat. Pandu tidak menyangka sang sahabat sudah masuk ke dalam kamarnya. Ardi menjadi tidak tenang sepanjang malam. Dia tidak ingin Pandu menemui Aru
Kedua mata Arum tidak percaya melihat sesuatu di hadapannya. Pandu dan Sabrina berpelukan dengan sangat erat."Apakah ini kenyataan? Aku melihat seseorang yang yang ingin aku temui, ternyata melakukan sebuah kejahatan secara nyata? Dia menyentuh seorang wanita seperti itu, ketika waktu yang sangat berharga ini telah kita dapatkan," batin Arum dengan tatapannya yang sangat sedih.Sementara Wojo hanya berdiam kaku menatap Pandu seperti itu."Sebaiknya kita pulang saja. Tidak ada yang perlu kita lakukan di sini," ucap Wajo dengan tegas. Dia menarik Arum, kemudian mengajaknya kembali masuk ke dalam mobil mewahnya. Arum hanya terdiam tidak berkata apa pun di dalam mobil. Wojo juga tidak menegurnya sama sekali."Apakah dia benar-benar melakukannya? Kenapa dia tidak menghargai waktu ini? Hatiku benar-benar sakit. Dia memang tidak mencintaiku lagi. Waktu sudah merubahnya," batin Arum kemudian menundukkan kepalanya. Air mata mulai menetes dengan deras. Air
Sabrina sangat terkejut dengan kehadiran Ardi. Perasaannya semakin tidak enak. Apalagi tatapan sahabat Pandu itu menyorot tajam ke arahnya. Seolah-olah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.Mungkin Sabrina bisa mengelabui semua orang. Namun, dia sama sekali tidak bisa membuat Ardi ikut dalam rencananya. "Pandu, kita harus segera pergi. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu," ucap Ardi membuat Pandu beranjak dari duduknya. Dia akan segera mengikuti Ardi melangkah. "Lalu bagaimana denganku? Apakah sopan meninggalkan seorang wanita sendirian di sini?" sela Sabrina. Pandu menepuk pundak Ardi, kemudian menolehkan pandangan ke arah Sabrina. "Kita sebaiknya mengantarkan Sabrina pulang terlebih dahulu. Apa yang dikatakannya memang benar. Kita tidak bisa meninggalkan dia sendirian di sini.""Bukankah dia memiliki mobil yang sangat mewah? Dan, sopir yang selalu siap siaga untuk mengantarkan dia ke mana pun pergi? Untuk apa kita harus m
Pandu masih tidak mengerti. Tiba-tiba Wojo seolah-olah sudah mengetahui jika dirinya akan datang. Suami Arumi sangat kesal melihat Pandu melakukan hal itu bersama Sabrina. Seharusnya dia tidak melakukan hal itu. Namun, Pandu melihat Wojo memiliki tingkah yang aneh. "Apakah aku salah menilaimu? Sekarang ini kau memarahiku karena aku tidak bisa bertemu dengan Arum. Bukankah kau seharusnya bahagia melihatku seperti itu? Tapi kenapa kau marah?" tanya Pandu dengan nada tegas. Dia berusaha menahan hatinya. "Aku adalah lelaki yang sangat bertanggung jawab. Aku tidak akan pernah menyakiti pasanganku dengan cara yang sangat kotor seperti itu. Kita seperti terjebak menuju ke sana. Dan itu adalah sangat buruk."Pandu mendekati suami Arumi itu yang masih menatapnya dengan dingin. Dia berencana untuk menjelaskan semuanya dan tetap menahan dirinya, untuk tidak meluapkan kekesalan. Karena semua orang sudah menuduhnya dengan sembarangan. "Aku tidak melakukan s