Joko sangat terkejut melihat Sabrina tiba-tiba memecahkan semua gelas yang berada di hadapannya. Dia berteriak dengan sangat histeris. Tidak peduli pecahan kaca mengenai dirinya, Sabrina terus meluapkan kekesalannya karena Arum. Joko segera menghampiri Sabrina dan menarik tubuhnya.
"Hentikan, Nona. Jangan perlakukan diri Anda dengan kejam seperti ini. Anda bisa terluka. Jika Anda terluka. Apakah Anda bisa melakukan semua rencana itu? Anda tidak boleh terluka, Nona." Joko segera menggendong Sabrina dan memasukkannya ke dalam kamar. Dia mengambil perlengkapan obat dan membalut luka Sabrina. Sekejap Sabrina menatap Joko dan tersenyum. Dia tidak pernah melihat seorang laki-laki yang memperlakukannya seperti ini."Nona, sebaiknya Anda beristirahat. Jangan memikirkan sesuatu hal yang sangat buruk. Ini tidak baik untuk kandungan, Anda.""Kenapa kau sangat baik kepadaku, Joko. Sedangkan aku tidak akan pernah menerima cintamu. Kau ini hanyalah pengawalku saja. TiArum memiliki tekad kuat. Dia akan mengumpulkan semua tenaganya untuk melawan Sabrina di persidangan. Dia tidak akan pernah membiarkan wanita itu menang dalam hal apa pun. "Kita harus menggunakan strategi untuk memenangkan persidangan ini. Tapi, kita tidak memiliki bukti. Apakah semua pengacaramu itu bisa membantu? Apa yang harus kita lakukan?" Arum masih saja cemas dengan pikirannya. "Sebenarnya bukti itu hanya satu. Jika Joko bisa mengatakan semuanya, maka kalian akan menang. Tapi pengacara aku pasti akan membuat mereka kalah. Jadi kamu tenang saja. mereka sangat ahli dalam bidangnya.""Joko tidak akan pernah mengatakan semua kebenaran itu. Dia selalu berpihak kepada Sabrina. Tentu saja dia tidak akan pernah membiarkan Sabrina masuk ke dalam penjara, jika dia mengatakan semuanya."Selena mendekati Arum. Dia menepuk pundak kanan Arum dengan memperlihatkan senyuman. Selena menariknya, membuat Arum duduk kembali di kursi sofa. Dia menuangkan
Nyai Ani tidak percaya melihat Arum tiba-tiba berada di sana. Saat itu Arum semakin gelisah di dalam kamar. Dia keluar untuk menghirup udara segar. Arum terkejut saat dia mendengar percakapan antara Wojo dan beberapa pesuruhnya. "Romo. Semua keluarga Raden Pandu berada di dalam kantor kepolisian. Mereka menuju ke sana untuk menemui sang Raden." Wojo menggelengkan kepala. Dia tidak percaya keluarga Pandu secepat ini mengetahui semua masalah yang disebabkan oleh Sabrina. "Lalu, apakah mereka akan membebaskan anak merek? Atau ... hanya melihatnya saja?" tanya Wojo memastikan."Kami belum sempat mengamatinya, karena kami segera pergi dari sana. Kami ingin memberitahukan keberadaan mereka kepada Romo." "Baiklah. Terus awasi apa yang mereka lakukan, dan laporkan. Karena aku tidak mau terlewatkan kabar sedikitpun dari mereka." "Baik Romo." Arum kembali terkejut. Dia sangat cemas mendengar semuanya. "Aku tid
Arum spontan terperanjat. Dia menatap tajam Sabrina yang masih saja menundukkan kepala dengan semakin terisak dari sebelumnya. "Saat itu ...""Hentikan, Sabrina!" teriak Arum. Suaranya yang memekak, membuat Sabrina menghentikan ucapannya. Arum menunjuk tegas. Dia tidak terima dengan semua tuduhan Sabrina."Sabrina! Hentikan tuduhan itu. Kau lebih baik membunuh kami, dari pada menyebar fitnah itu. Mas Pandu tidak mungkin seperti katamu," ucapnya tegas. Jarinya tetap menunjuk tegas. Sabrina semakin tidak terima."Untuk apa aku berbohong? Aku sedang hamil!"Bagai tersambar. Hati Arum semakin tidak percaya. Sabrina menyodorkan hasil kesehatan kandungan kepadanya. Dengan gemetar, Arum menerimanya. Dia, membaca setiap kalimat dengan saksama."Ini tidak mungkin. Aku tidak mempercayainya. Ini pasti kebohongan yang dilakukan oleh Sabrina kembali. Tidak mungkin Mas Pandu melakukan hal seperti ini kepada seorang wanita. Semua ini sudah sal
Arum sedikit terkejut saat Nyai Ani mendekatinya. Dia kini merasa lega. Karena ada di antara mereka sudah mendukungnya.Nyai Ani tersenyum. Ini adalah pertama kalinya Arum memandang wajah Ibu Pandu seperti ini. Membuat Arum sedikit terobati dengan semua perlakuan kasar yang dilakukan Romo dan keluarga Sabrina Walongsono. "Arum. Tenanglah. Kau jangan berpikiran apa pun. Berdoa dan yakinlah. Jika Pandu akan menyelesaikan ini semua. Ibu tidak bisa mendampingimu, karena Romo bagaimanapun juga adalah suami Ibu. Sebagai seorang istri, Ibu harus selalu mendampinginya. Kumpulkan semua tenagamu dan lawanlah. Dengan begitu. Kau tidak perlu memerlukan kasta untuk membuat Pandu anakku bahagia. Yang dia butuhkan hanya dirimu dengan kekuatan itu," ucapnya kemudian menganggukkan kepala. Hingga akhirnya Nyai Ani pergi dari hadapan Arum.Arum segera menutup pintu dengan sangat rapat. Bahkan dia menarik semua tirai jendela yang semula terbuka. Dia mengunci semua pintu
Pandu masih tidak mengerti, kenapa dia disekap seperti itu oleh beberapa polisi. Bahkan, dia melihat sosok Joko berada tepat di hadapannya. Yang paling membuat dia heran adalah, Joko sangat akrab dengan polisi itu."Joko. Kenapa kau seperti ini? Sudah sangat jelas ini adalah melanggar privasiku. Aku membutuhkan pengacara yang bisa membantuku untuk menyelesaikan masalah ini. Jika kau ingin mengetahui semuanya, lebih baik kau hubungi pengacara aku. Jangan main hakin seperti ini!"Joko masih saja diam. Dia mendekati salah satu polisi itu dan berbisik, "Bagaimana jika kita merahasiakan semua masalah ini. Semua uang sudah aku berikan kepada kalian. Aku hanya ingin memastikan agar dia mengakui semua yang harus dia katakan. Setelah itu, semua masalah telah selesai. Kalian sebaiknya tutup mulut.""Kami mengerti," balas kedua polisi itu, lalu keluar dari ruangan.Sekarang di dalam hanya ada Pandu dan Joko saja. Dengan cepat Joko mendekati Pandu yang masih dalam keadaan terikat. Dia menarik kur
Joko terus melesatkan mobilnya. Dia ingin bertemu dengan Arum."Hanya Arum yang bisa membuat Pandu mengatakan hal itu. Dia akan aku temui, dan aku akan berbicara dengan baik-baik kepadanya," batin Joko masih saja memasang pandangan tajam ke depan. Mengamati jalanan hingga sampai dirinya dalam sekejap masuk ke dalam halaman rumah Pandu. Arum yang berada di dalam rumahnya, segera membuka tirai jendela. Saat mendengar seseorang memarkirkan mobil di sana. "Kenapa ada mobil di halaman? Siapa dia?" gumam Arum terus mengamatinya. Hingga dia terkejut melihat Joko yang keluar dari mobil itu. "Joko ingin menemuiku? Untuk apa dia melakukan itu?" gumamnya sekali lagi. Arum segera menutup tirai, lalu menekan dadanya yang berdebar dengan kencang.Dalam perasaannya, Arum sebenarnya sangat penasaran. Kenapa Joko tiba-tiba ingin menemuinya. Dia memantapkan dirinya untuk memberanikan diri menghadapi Joko. Yang Arum tahu, Joko adalah pengawal yang sangat sopan kepada semua orang. Bahkan, dia sama se
Hari berlalu dengan cepat. Persidangan kini akan dimulai. Pandu sudah siap mengenakan kemeja putih yang sudah disiapkan oleh pengacaranya. Dia segera mengenakan kemeja itu saat akan menuju ke pengadilan. Hatinya benar-benar gundah. Memikirkan bagaimana kelanjutannya nanti."Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mempunyai bukti apa pun untuk membela diriku. Bahkan, para pengacara itu pun tidak pernah mengatakan sesuatu hal apa pun kepadaku," batinnya sambil menarik napas panjang. Sebelum akhirnya dia keluar dari ruangan saat beberapa polisi sudah memanggilnya."Hei, Bung. Kau sudah harus keluar dari sana. Kami akan membawamu ke persidangan. Jangan terlalu lamban. Apa kau wanita? Nanti kita terlambat untuk pergi ke sana. Itu bisa menambah hukumanmu!" ucap Polisi dengan tegas.Mereka segera berjalan keluar dari ruangan dan masuk ke dalam sebuah mobil khusus yang ditumpangi oleh Pandu. Di dalam mobil itu, Pandu masih saja tidak berkata apa pun. Hatinya benar-benar tidak tenang. Hingga akh
"Sumpah. Demi nyawaku. Aku tidak pernah melakukan hal itu. Kau sudah melakukan kebohongan yang sangat luar biasa. Jangan pernah melakukan hal itu. Karena hatimu akan dipenuhi dosa Sabrina!" teriak Pandu. Dia spontan berdiri dari duduknya. Polisi yang berjaga di sebelahnya, menarik dengan sangat kuat. Agar Pandu terduduk kembali."Aku sudah mengatakan kepadamu, bahwa aku hamil. Tapi kau sangat marah!" Pandu semakin menggelengkan kepalanya. Dia tidak mengerti. Kenapa Sabrina melakukan ini. "Sudah jelas-jelas aku tidak pernah melakukan itu, Sabrina. Kenapa kau melakukan ini? Kau bisa mencari lelaki yang lebih baik dariku. Banyak sekali di luar sana. Hentikan ini sekarang juga, Sabrina!" "Aku tidak akan pernah menghentikannya, sebelum kau bertanggung jawab!" teriak Sabrina semakin kencang. Membuat Hakim mengetukkan palu dengan sangat kencang!"Jangan pernah membuat keributan saat persidangan dimulai!" teriak sang hakim dengan keras. Kedua matanya mengedar dengan tatapan tajam ke semua o