Arum spontan terperanjat. Dia menatap tajam Sabrina yang masih saja menundukkan kepala dengan semakin terisak dari sebelumnya.
"Saat itu ...""Hentikan, Sabrina!" teriak Arum. Suaranya yang memekak, membuat Sabrina menghentikan ucapannya. Arum menunjuk tegas. Dia tidak terima dengan semua tuduhan Sabrina."Sabrina! Hentikan tuduhan itu. Kau lebih baik membunuh kami, dari pada menyebar fitnah itu. Mas Pandu tidak mungkin seperti katamu," ucapnya tegas. Jarinya tetap menunjuk tegas. Sabrina semakin tidak terima."Untuk apa aku berbohong? Aku sedang hamil!"Bagai tersambar. Hati Arum semakin tidak percaya. Sabrina menyodorkan hasil kesehatan kandungan kepadanya. Dengan gemetar, Arum menerimanya. Dia, membaca setiap kalimat dengan saksama."Ini tidak mungkin. Aku tidak mempercayainya. Ini pasti kebohongan yang dilakukan oleh Sabrina kembali. Tidak mungkin Mas Pandu melakukan hal seperti ini kepada seorang wanita. Semua ini sudah salArum sedikit terkejut saat Nyai Ani mendekatinya. Dia kini merasa lega. Karena ada di antara mereka sudah mendukungnya.Nyai Ani tersenyum. Ini adalah pertama kalinya Arum memandang wajah Ibu Pandu seperti ini. Membuat Arum sedikit terobati dengan semua perlakuan kasar yang dilakukan Romo dan keluarga Sabrina Walongsono. "Arum. Tenanglah. Kau jangan berpikiran apa pun. Berdoa dan yakinlah. Jika Pandu akan menyelesaikan ini semua. Ibu tidak bisa mendampingimu, karena Romo bagaimanapun juga adalah suami Ibu. Sebagai seorang istri, Ibu harus selalu mendampinginya. Kumpulkan semua tenagamu dan lawanlah. Dengan begitu. Kau tidak perlu memerlukan kasta untuk membuat Pandu anakku bahagia. Yang dia butuhkan hanya dirimu dengan kekuatan itu," ucapnya kemudian menganggukkan kepala. Hingga akhirnya Nyai Ani pergi dari hadapan Arum.Arum segera menutup pintu dengan sangat rapat. Bahkan dia menarik semua tirai jendela yang semula terbuka. Dia mengunci semua pintu
Pandu masih tidak mengerti, kenapa dia disekap seperti itu oleh beberapa polisi. Bahkan, dia melihat sosok Joko berada tepat di hadapannya. Yang paling membuat dia heran adalah, Joko sangat akrab dengan polisi itu."Joko. Kenapa kau seperti ini? Sudah sangat jelas ini adalah melanggar privasiku. Aku membutuhkan pengacara yang bisa membantuku untuk menyelesaikan masalah ini. Jika kau ingin mengetahui semuanya, lebih baik kau hubungi pengacara aku. Jangan main hakin seperti ini!"Joko masih saja diam. Dia mendekati salah satu polisi itu dan berbisik, "Bagaimana jika kita merahasiakan semua masalah ini. Semua uang sudah aku berikan kepada kalian. Aku hanya ingin memastikan agar dia mengakui semua yang harus dia katakan. Setelah itu, semua masalah telah selesai. Kalian sebaiknya tutup mulut.""Kami mengerti," balas kedua polisi itu, lalu keluar dari ruangan.Sekarang di dalam hanya ada Pandu dan Joko saja. Dengan cepat Joko mendekati Pandu yang masih dalam keadaan terikat. Dia menarik kur
Joko terus melesatkan mobilnya. Dia ingin bertemu dengan Arum."Hanya Arum yang bisa membuat Pandu mengatakan hal itu. Dia akan aku temui, dan aku akan berbicara dengan baik-baik kepadanya," batin Joko masih saja memasang pandangan tajam ke depan. Mengamati jalanan hingga sampai dirinya dalam sekejap masuk ke dalam halaman rumah Pandu. Arum yang berada di dalam rumahnya, segera membuka tirai jendela. Saat mendengar seseorang memarkirkan mobil di sana. "Kenapa ada mobil di halaman? Siapa dia?" gumam Arum terus mengamatinya. Hingga dia terkejut melihat Joko yang keluar dari mobil itu. "Joko ingin menemuiku? Untuk apa dia melakukan itu?" gumamnya sekali lagi. Arum segera menutup tirai, lalu menekan dadanya yang berdebar dengan kencang.Dalam perasaannya, Arum sebenarnya sangat penasaran. Kenapa Joko tiba-tiba ingin menemuinya. Dia memantapkan dirinya untuk memberanikan diri menghadapi Joko. Yang Arum tahu, Joko adalah pengawal yang sangat sopan kepada semua orang. Bahkan, dia sama se
Hari berlalu dengan cepat. Persidangan kini akan dimulai. Pandu sudah siap mengenakan kemeja putih yang sudah disiapkan oleh pengacaranya. Dia segera mengenakan kemeja itu saat akan menuju ke pengadilan. Hatinya benar-benar gundah. Memikirkan bagaimana kelanjutannya nanti."Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mempunyai bukti apa pun untuk membela diriku. Bahkan, para pengacara itu pun tidak pernah mengatakan sesuatu hal apa pun kepadaku," batinnya sambil menarik napas panjang. Sebelum akhirnya dia keluar dari ruangan saat beberapa polisi sudah memanggilnya."Hei, Bung. Kau sudah harus keluar dari sana. Kami akan membawamu ke persidangan. Jangan terlalu lamban. Apa kau wanita? Nanti kita terlambat untuk pergi ke sana. Itu bisa menambah hukumanmu!" ucap Polisi dengan tegas.Mereka segera berjalan keluar dari ruangan dan masuk ke dalam sebuah mobil khusus yang ditumpangi oleh Pandu. Di dalam mobil itu, Pandu masih saja tidak berkata apa pun. Hatinya benar-benar tidak tenang. Hingga akh
"Sumpah. Demi nyawaku. Aku tidak pernah melakukan hal itu. Kau sudah melakukan kebohongan yang sangat luar biasa. Jangan pernah melakukan hal itu. Karena hatimu akan dipenuhi dosa Sabrina!" teriak Pandu. Dia spontan berdiri dari duduknya. Polisi yang berjaga di sebelahnya, menarik dengan sangat kuat. Agar Pandu terduduk kembali."Aku sudah mengatakan kepadamu, bahwa aku hamil. Tapi kau sangat marah!" Pandu semakin menggelengkan kepalanya. Dia tidak mengerti. Kenapa Sabrina melakukan ini. "Sudah jelas-jelas aku tidak pernah melakukan itu, Sabrina. Kenapa kau melakukan ini? Kau bisa mencari lelaki yang lebih baik dariku. Banyak sekali di luar sana. Hentikan ini sekarang juga, Sabrina!" "Aku tidak akan pernah menghentikannya, sebelum kau bertanggung jawab!" teriak Sabrina semakin kencang. Membuat Hakim mengetukkan palu dengan sangat kencang!"Jangan pernah membuat keributan saat persidangan dimulai!" teriak sang hakim dengan keras. Kedua matanya mengedar dengan tatapan tajam ke semua o
Arum masih tercengang ketika melihat para pesuruh Wojo yang kembali datang dengan ekspresi sangat menegangkan. Perasaan Arum semakin tidak enak. Dia segera beranjak dari duduknya, lalu menatap dengan perasaan cemas. "Apa yang terjadi? Kenapa kalian datang seperti ini?" tanya Arum. Spontan Wojo menepuk pundak kanan Arum, lalu menganggukkan kepala."Tidak ada yang perlu dicemaskan. Lebih baik kau sekarang pergi bersama dengan Selena kembali ke rumah. Tenangkan hatimu. Akan aku atasi semua masalah ini. Kau tidak perlu kawatir.""Tidak bisa Wojo. Ini menyangkut suamiku. Dan ... aku harus mengetahuinya. Pasti ada suatu hal yang sangat penting. Aku harus tahu itu." Arum menampis tangan Wojo dan kembali menatap pesuruhnya."Kalian semua harus mengerti. Jangan ada yang disembunyikan dariku. Aku hanya ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Kalian harus menceritakan semuanya," ucap Arum sekali lagi. Wojo akhirnya melambaikan tangan kepada para pesuruhnya yang menganggukkan kepala. Lela
Arum semakin menderita. Perasaannya sakit bagaikan tertusuk pisau yang sangat tajam.. Ujungnya yang tajam, semakin merobek ke dalam. Membelah semua urat dan nadinya berkeping-keping. Hancur dalam sekejap.Perkataan Romo tidak pernah berubah. Lelaki tua yang sangat kaya raya itu selalu saja membuat Arum sangat terhina. Semakin ... menghinanya. Hanya karena kasta yang tidak dimiliki Arum. "Romo. Kenapa mengetahui kebohongan, namun membuat anak Romo satu-satunya merasakan malu yang sangat luar biasa?""Aku sudah sangat malu dengan perbuatan kalian!" bentak Romo kencang. Arum semakin menarik napas. Jantungnya berdetak hebat."Arum. Apakah kamu tidak sadar sudah mempengaruhi Pandu seperti itu? Berani membantah perkataan orang tua dan menjadi anak durhaka!" "Cukup, Romo! Mas Pandu tidak pernah seperti itu. Dia bersamaku karena hanya ingin bahagia. Kami tidak memerlukan yang lain. Kami Hanya ingin bersama. Aku ... hanya ingin bersamanya."Arum masih saja menatap Romo yang kemudian berdiri
Joko tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Kedatangan Ardi akan membuat Sabrina mengalami bahaya yang sangat luar biasa. Semua rencana yang berjalan dengan sempurna pasti akan gagal. Ardi adalah satu-satunya orang yang sudah melihat Sabrina dengan semua rencananya. Ardi pasti akan membela Pandu. Membuat Pandu bersama Arum kembali bersama."Aku tidak akan membuat mereka bersama."Joko tidak akan pernah membuat hal itu terjadi. Dia akan mencegahnya. Dengan sangat cepat Joko kembali menatap semua pesuruh yang masih terpaku menatap ekspresi Joko. "Jangan beritahukan ini kepada Nona sabrina. Aku akan mengatasi sendiri. Aku akan menemui Raden Ardi agar dia tidak merusak rencana semuanya. Akan aku atasi sendiri," ucap Joko sembari menarik napas. "Berjanjilah kalian tidak akan pernah membicarakan ini kepada mereka."Kedua pesuruh itu semakin menatap Joko. Mereka menggelengkan kepala dan tidak ingin Joko melakukan hal itu sendirian. Semua yang terjadi harus dilaporkan kepada Sabrina. Kare