Aduuh. Pelan-pelan," rengek David pada Riana."Maaf. Maaf," Riana menyelesaikan olesan salepnya di punggung dan bahu David."Uuuh," wajah David lebih melega. Riana membantu David mengenakan kaos singlet dan kemejanya. Ini adalah bagian dari bentuk tanggung jawab Riana karena sudah membuat tulang punggung dan pergelangan kaki David bermasalah.Setiap hari Riana membantu David mengoleskan salep, menyuapinya makan, dan membantu mengenakan pakaian. Tapi, untuk urusan mandi, Riana minta bantuan perawat laki-laki dari rumah sakit. Selain tak kuat memapah David. Riana juga belum siap batin jika harus melihat anu-nya David saat sedang membantunya mandi.Kedua tangan David melingkar di pinggul Riana. Diperhatikannya Riana yang fokus mengancingkan kemeja. David mendorong tubuh Riana mendekat sehingga kepalanya bisa mendusel di antara kedua belah pegunungan kembar milik Riana."David… jangan gini ah," pinta Riana. Ini memang bukan pertama kalinya David melakukan hal seperti ini. Namun, Riana mas
"Haaah…. Haaah…." napas Riana kembang kempis saat David melepaskan cumbuan di bibirnya.Sementara David tersenyum lebar. Dia menjatuh kepalanya tepat di dada Riana. Mendusel sambil memeluk Riana erat dalam kondisi rebahan berdua di atas ranjang."Kamu kenapa sih?" Riana tak paham dengan sikap David. Sayangnya yang ditanya tak mau menjawab. Malah hanya mendusel saja."Jangan dekat-dekat Aldyn," larang David sekalinya angkat bicara."Kok? Kamu cemburu?" tebak Riana."Iya. Makanya jangan dekat-dekat," begitulah cara David menegaskan perasaannya pada Riana. Sangat jelas dan tanpa ada sesuatu yang ditutup-tutupi."Kita cuma temenan David. Nggak usah mikir aneh-aneh.""Cara dia mandang kamu beda, Riana.""Nggak. Dia emang ramah gitu. Tapi nggak pernah ngobrol yang menjurus gitu kok. Sopan dia," Riana berusaha meyakinkan David. Ya, dia tak menyangka David akan mudah cemburu padanya seperti ini. Dia imut banget, batin Riana sambil mengusap-usap pipi David."Oke," David berusaha menerima penje
Di luar hujan memang semakin deras. Beberapa kali kilat menyambar. Begitu pula dengan petir. Riana sendiri tak bisa tidur dengan nyenyak. Pikirannya takut jika tiba-tiba listrik mati.Riana turun dari kasur. Dia membuka-buka laci dapur untuk mencari lilin. "Ketemu," Riana mengambil lilin dan piring untuk bawahan lilin serta korek api. Setelahnya, dia kembali ke kamar lagi.Saat melangkah menuju ke kamar, Riana merasa diikuti oleh seseorang. Tapi saat menoleh tidak ada siapapun. Jantung Riana berdegup kencang.Nggak ada hantu kan ya di tempat begini? batin Riana resah.JEDER!Riana menutup rapat-rapat telinganya. Secepatnya berlari kecil ke dalam kamar. Jantungnya sudah memburu cepat karena rasa takutnya yang meningkat."Hah… hah… hah!" Riana menutup pintunya rapat-rapat. Tapi tak berani mengunci. Entah kenapa otaknya membayangkan akan ada hantu yang keluar tiba-tiba dari kolong tempat tidurnya. Membuatnya bergidik ngeri tanpa alasan jelas.Riana segera menyalakan lilin. Tepat ketika l
David melepaskan bibir Riana lalu berguling membalikkan posisi Riana tepat di bawahnya. Dipandanginya wajah Riana yang merah menatap sayu kepadanya. Napasnya yang tersengal-sengal mengeluarkan uap tipis karena suhu sekitar yang memang masih dingin.Sambil mengusap-usap pipi Riana, David mengecupi pipi dan bibir Riana beberapa kali. David merasa Riana memang cukup agresif kali ini. Sangat bukan Riana yang dia kenal. Apa karena dia masih cemburu padaku? batin David."Kamu mau lakuin itu?" ajak David."Di-di sini?" Riana langsung menutup mukanya. Malu."Ya, balik ke villa. Gimana?" tawar David.Riana masih terdiam. Jantungnya seperti mau meledak. Haruskah kuiyakan?Riana melirik David di antara jemarinya yang menutupi wajahnya. Sesaat Riana menelan ludahnya sendiri."Nggak masalah sih kalau nggak mau. Kita bisa balik lagi. Nyamperin Aldyn," senyum tipis David tampak sangat ikhlas memandangi Riana.CUP! David mengecup dahi Riana yang tertutupi jemari. Setelah itu, dia bangun. Tak lagi men
Riana sudah berendam di dalam bak mandi dengan menggunakan handuk. Dalam posisi membatu, dia menunggu kedatangan David.KREKSuara pintu terbuka. Riana tahu David sudah melangkah mendekat. Sesaat Riana mengintip dari sudut matanya. Tampak David sudah bertelanjang diri. Hanya ada handuk yang menutup bagian bawah perut hingga pahanya. Kulit kuning langsat David tampak seperti lelehan madu menggoda bagi Riana saat ini.David masuk ke dalam bak mandi. Mengambil posisi duduk di belakang Riana. Selama beberapa menit, Riana tak merasakan ada perubahan aneh dari perilaku David. Tak sedikit pun David menyentuhnya. Membiarkan dirinya sibuk menggosok badan seorang diri. Bingung. Riana pun menoleh ke belakang. Penuh rasa penasaran meskipun malu juga."Kenapa? Udah selesai mandi?" tanya David saat Riana menoleh ke belakang."Eh…, nggak. Hmm, itu…""Apa?""Anu…""Mau dibantu bersihin badan? Sini kubantu?" tanpa basa basi David langsung mengambil alih tangan kanan Riana dan mulai membersihkannya den
Riana melangkah menyusuri lorong rumah sakit dengan perasaan bahagia. Sejak liburan di villa bersama David, hubungannya dengan David terasa sangat menyenangkan. Ya, memang sih David masih galak. Tapi tetap perhatian pada dirinya.Hape Riana bergetar. Ada pesan dari David.Ibumu sampe rumah jam berapa?Aku mau siapin kejutan. DavidRiana tersenyum membaca pesan David. Tak sabar juga menanti kejutan dari David untuk ibunya. Secepatnya Riana membalas pesan David.Nanti jam 3anJangan bikin onar ya?Harus dapet restu ibu biar bisa ke KUADavid tersenyum membaca pesan Riana. Gadis itu selalu mengingatkannya untuk tidak membuat masalah yang bisa membuat ibunya ilfeel. Yaah, itu bisa dimengerti sih. Terkadang yang paling susah dalam pernikahan adalah mendapat restu dari orang tua. Entah orang tua pihak laki-laki atau pihak perempuan. David juga merasa grogi dan khawatir. Takut ibu Riana akan membencinya. Apalagi, berdasarkan cerita Riana, ibunya sangat menyukai Jo. Dengan alasan Jo ganteng,
"Apa maksudnya?"Kalimat tanya itu langsung meluncur dari bibir ibu Riana dan Jo.Riana tahu ini adalah keputusan keliru menceritakan pernikahan sirinya dengan David sekarang. Namun, daripada ibunya umat lagi karena Jo bilang dirinya menjual diri di hotel. Lebih baik jika ibunya tahu bahwa dirinya sudah menikah. Ini adalah satu-satunya pilihan paling baik di antara semua pilihan buruk lainnya.Tangan Riana menyusuri bagian dalam sling bag biru mudanya. Dia mengeluarkan sebuah kotak kecil berisi cincin. Ada inisial huruf RnD di sana. Riana langsung memakainya. "Ini cincin nikahku. Menantu Ibu udah nunggu di rumah. Kita pulang sekarang."Riana bangkit dari duduk dan mengajak ibunya segera keluar dari kafetaria."Kapan kamu menikah dengan dia?" tanya Jo emosional."Apa urusannya denganmu? Kamu bukan siapa-siapaku Jo," sahut Riana sinis sambil menggandeng ibunya keluar dari kafetaria rumah sakit. Jo ingin mengejar tapi seluruh kakinya sudah lemas tahu fakta Riana sudah menikah dengan Davi
"Ibu…!" Riana berlari mengejar ibunya masuk ke dalam kamar. Tapi ibunya sudah mengunci pintu dari dalam."Ibu! Maafin Riana! Ibu!" Riana menggedor-gedor pintu kamar ibunya."IBUUUU!!! Bukain pintunya!!! Riana mohon!!!" tangis Riana mulai meleleh. Baru kali ini ibunya marah seperti ini padanya.David yang mengikuti Riana sedari tadi, memeluknya dari belakang. " Udah, Sayang. Udah," bisik David menenangkan Riana."IBUUUU.….," Riana menangis kencang di dada David. Hatinya runtuh karena ibunya tak menyetujui hubungannya dengan David. Padahal, kemarin dia sudah yakin, ibunya pasti akan merestui hubungannya.David hanya bisa memeluk Riana dan mengusap-usap rambutnya. Hanya ini yang bisa dilakukannya saat ini. Tak mungkin dia bersikap kasar atau memaksa ibu Riananya menolaknya. Jika penyakit jantung ibu Riana kumat, dia malah berpotensi kehilangan Riana saat ini. David tak ingin hal itu terjadi.BRUK!Tangis Riana terhenti mendengar suara sesuatu jatuh dari dalam kamar. Dia melepaskan diri p