Siang hari, usai menemani Rafa makan dan tidur siang, Riana langsung berdandan rapi. Sore ini dia akan menjemput ibunya pulang bersama dengan David. Ya, walaupun nanti ibunya tetap akan mengatakan hal negatif soal hubungannya dengan David, Riana sudah bertekad tak akan terlalu mempedulikannya. Dia memilih lebih fokus membuktikan pada ibunya bahwa David adalah orang yang baik dan pantas menjadi suaminya.David yang baru saja masuk dalam kamar sepulang kerja, tersenyum melihat Riana sibuk berdandan di depan cermin. David pun mendekatinya lalu berkata," Jangan lupa pakai kalung dariku.""Iya. Ini selalu kupakai kok," Riana mengeluarkan kalung pemberian David yang masih tersimpan di dalam blouse turtle neck-nya yang berwarna merah muda itu."Pakai lipstik juga. Biar nggak pucat.""Kan cuma ke rumah sakit. Bibir asliku udah cukup terang kok warnanya," sahut Riana sambil membubuhkan pelembab bibir tanpa warna ke bibirnya. Dibanding lipstik, Riana memang lebih suka memakai pelembab bibir."
Selesai makan, David mencuci semua peralatan makan. Riana berdiri di sampingnya, ikut membantu membilas piring dan sendok yang sudah disabun."Mandi aja kamu.""Udah mandi. Tadi sebelum berangkat.""Gosok gigi sama cuci muka. Minum obat terus tidur," lanjut David masih berusaha menghentikan istrinya membantu dirinya mengurusi cucian piring."Nanti. Habis bantu kamu," Riana pun masih kukuh dengan keinginannya."Emang ya kepala batu.""Makanya butuh kamu, biar bisa luluh," balas Riana. Mereka pun tertawa bersama.Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk membereskan semuanya. Setelah bebersih diri dan mengunci pintu rumah, mereka masuk dalam kamar."Kamu mau kuambilin kasur lantai? Ranjangku sempit," Riana baru sadar setelah masuk ke dalam kamar."Nggak masalah. Sekalian nostalgia," David naik ke atas kasur," Sini."Tangan David melambai. Meminta Riana segera naik ke kasur. Riana pun mengikuti permintaan suaminya. Mereka berdua kini sudah berbaring sambil berpelukan di atas kasur."Dulu ki
Pandangan Riana tak bisa lepas memperhatikan interaksi tanpa kata yang dilakukan oleh ibunya pada David saat sarapan. Ibunya memberikan tambahan telor goreng pada David. Tak lupa juga menuangkan teh hangat ke gelas.Apa yang terjadi di antara mereka tadi ya? Jadi, penasaran, batin Riana tak sabar menanyai David nanti."Makan," David menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulut Riana."Iya," Riana melahap suapan itu dengan senang. Namun, mendadak pipinya jadi merah merona. Tersadar bahwa ada ibunya di depannya saat ini."Mau lagi?" tawar David."Nggak. Aku makan punyaku sendiri aja," tolak Riana lalu mulai melahap makanan di piringnya. Wajahnya memanas menahan malu. Ya, dia malu karena bermesraan di depan ibunya. Padahal, ibunya masih belum tentu memberikan restu.Sementara itu, ibu Riana hanya memperhatikannya saja. Dalam hati, tentu saja dia bahagia. Anaknya mendapatkan pasangan yang perhatian.Ya, memang, mau dilihat darimanapun, David ini memang berwatak keras. Tampak jelas dari wajahn
"YA ALLAH GUSTI NU AGUNG!!!" jerit Riana histeris saat masuk ke dalam kamarnya.Buku-buku dan album kenangannya berserakan di lantai. Sementara itu, suaminya tampak serius memilih dan memilah satu per satu sambil memegang sebuah plastik sampah ukuran jumbo."Kamu ngapain David?!! Berhenti!" Riana langsung merebut buku album kenangannya dari David."Aku lagi beres-beres kamarmu. Sini!" David meminta kembali album yang digenggam Riana."Udah! Cukup! Beres-beres apanya?! Kamu bikin kamarku jadi kacau!!!" amuk Riana sambil mengecek album fotonya. Tampak beberapa foto saat kuliahnya menghilang.Setelah itu, Riana beralih pada koleksi buku novelnya. Beberapa novel pemberian Jo juga tak ada. Riana merebut plastik hitam jumbo yang dipegangi David. Saat memeriksa, semua barangnya ada di sana."David! Ini tuh buku-buku bagus! Kenapa dibuang?!" omel Riana sambil mengeluarkan novel dan komiknya yang dibuang.David tak menjawab. Hanya saja tangannya bergerak memasukkan kembali buku yang diambil Ri
"David, beneran mau bawa baju ini aja?" Riana mengecek kembali barang bawaan David di koper."Nanti aku bisa laundry atau beli baju baru," ujar David sambil mengancingkan kemejanya."Hmm, kamu ke Jakarta nanti mampir ke rumah ayahmu nggak?" tanya Riana ingin tahu. Sejujurnya Riana ingin diajak David ikut ke Jakarta. Tidak masalah jika harus menunggu seharian di kamar hotel saja. Yang penting saat pulang nanti diajak mampir ke rumah ayah David. Dia sangat ingin bisa bertemu dengan bapak mertuanya."Nggak. Mereka lagi jalan-jalan ke luar negeri," bohong David. Dia tak mau membawa Riana bertemu orang tuanya. Yang jelas, sebisa mungkin Riana harus aman dan jauh dari jangkauan keluarganya. Agar tak ada masalah lain."Hmm, gitu ya," Riana menggaruk-garuk pipinya. Sepertinya memang belum waktunya bagi dia bertemu dengan ayah David.David mendekati Riana lalu mengecup dahinya. "Kalau bosan, ke rumah aja atau telepon Joni. Biar bawa Rafa ke sini," tutur David. Tangannya mengusap-usap rambut Ri
Walaupun tahu bahwa Jo sudah balikan dengan Risa, Riana tetap masih merasa deg-degan. Baik Jo dan Risa, sama-sama membuatnya gelisah."Oh, udah balik nih orangnya," Risa tersenyum manis pada Riana."Iya," Riana tersenyum kaku. Dia mengambil duduk di samping ibunya. "Bu, minum dulu," Riana menyodorkan soda dingin ke ibunya."Tadi niatnya kami cuma jalan. Tapi kata Jo, ada ibumu. Jadi, kita dateng buat nyapa. Nggak masalah kan?" tanya Risa."Iya. Nggak masalah kok," jawab Riana. Lagipula memang tak ada aturan yang melarang untuk saling sapa saat berpapasan."Kamu mau ikutan makan juga, Sayang?" tanya Jo pada Risa."Iya. Mau. Tapi dibawa pulang aja. Minumnya yang cola dingin aja ya?" pesan Risa."Oke," Jo mengecup pipi Risa lalu bangkit dari duduknya. Pergi memesankan makanan untuk Risa.Riana memilih memperhatikan ibunya saja. Aneh juga jika dirinya berkomentar. Apalagi setelah semua momen aneh dan menyeramkan yang dialaminya karena ulah Risa dan Jo. Mendapati situasi seperti saat ini m
CLANG!Gelas susu cokelat yang Riana pegang merosot jatuh ke lantai. Isinya tumpah mengalir membasahi lantai dapur. Buru-buru Riana mengambil serbet di dekat kompor gas dan mengelap tumpahan susunya."Untung isinya tinggal dikit," gumam Riana sambil berjongkok dan mengelap cairan berwarna cokelat itu sampai lantai menjadi bersih.Sambil mengelap lantai, Riana merasa perasaannya agak tidak enak. Seperti ada sesuatu yang membuatnya berdebar-debar tapi membawa nuansa aneh. Riana mengelus-elus dadanya. Mulutnya menghembuskan napas berulang-ulang untuk menghilangkan perasaan itu."Moga-moga nggak ada apa-apa," gumamnya sambil berdiri lalu menaruh serbet kotor itu di ember cucian khusus lap-lap dapur.Ting tong.…. Ting tong…..Bel rumah Riana berbunyi nyaring. Samar-samar terdengar suara Sena memanggilnya."Riana! Aku udah di luar!" teriakan kencang Sena sudah memasuki ruangan dapur rumahnya. Riana tersenyum simpul lalu segera melangkah ke ruang tamu. Tangannya menarik gagang pintu dan memb
"David!" Riana langsung menjatuhkan sapu ijuknya lalu berlari menghampiri suaminya. Dia memeluk suaminya yang baru saja keluar dari dalam mobil."Hupla!" David mengangkat tubuh Riana lalu memutarnya sambil memeluknya erat. Riana tertawa senang. Mirip bocah TK yang digendong ayahnya.David menurunkan Riana. Takut kepala istrinya bakal pusing kalau kelamaan digendong sambil berputar-putar."Kok cepet pulangnya," tanya Riana tepat ketika kakinya menapak tanah yang dilapisi rerumputan hijau."Kenapa? Nggak suka?""Suka dong! Aku udah kangen banget sama kamu," Riana senyum-senyum manja. Pipinya memerah tomat terkena sepuhan cahaya matahari senja.Kedatangan suaminya bertepatan saat dirinya sedang bebersih halaman depan rumah. Maklum, rumahnya ada banyak pohon-pohon besar nan asri. Membutuhkan sebuah kerajinan ekstra agar rumahnya tak terlihat seperti rumah yang lama tak dihuni."Kamu nyapu sendirian?" pandangannya mengedar ke seluruh halaman rumah."Iyalah. Dulu kan juga gini.""Jangan nya