Home / Rumah Tangga / MENCURI BENIH SUAMI MANDUL / Bab130# Kepulangan Grace

Share

Bab130# Kepulangan Grace

last update Last Updated: 2024-12-30 20:17:09

Setelah masa pemulihan berangsur membaik, Grace menatap terus layar ponselnya. Wanita itu sedikit kesal karena beberapa hari sejak dirinya berada di rumah sakit, Ia tidak bisa menghubungi sang anak.

"Huh, ke mana lagi, Brian?" kesal Grace karena dokter sang anak justru menolak panggilannya.

Tentunya Grace sudah sangat rindu pada anak laki-lakinya. Terakhir kali sebelum operasi, Grace mengabaikan telepon dari Leon. Terlebih Ia khawatir, Max bisa saja tau atau penasaran, kemudian membaca semua pesan singkatnya.

"Sebaiknya aku minta pulang saja hari ini," batin Grace merasa dirinya cukup kuat.

Dalam ruangan kamar VVIP, wanita itu turun dari ranjang, Grace mencari sang suami ke sana ke mari. Namun, Ia tidak menemukannya.

"Ke mana dia? Kenapa Max tidak pamit padaku?" lirih Grace sendirian.

Kemudian wanita cantik kembali ke atas ranjang. Hingga suara pintu terbuka mengejutkan Grace yang sontak men
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (40)
goodnovel comment avatar
Anie Nhie
ya ampun Grace gak sabaran ya, mending istirahatin diri kamu dulu Grace,baru juga pulang dr rumah sakit masa iya langsung ke Kantor,,🫠🫠🫠
goodnovel comment avatar
bojone mas Rohmat
grace katanya mau pulang kok mlh ngantor
goodnovel comment avatar
sinkooky
lah katanya pngen pulang ko malah ke kantor si grace
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab131# Siapa Brian?

    Mendengar permintaan istri sang CEO yang baru saja keluar dari rumah sakit membuat Christ terkejut. Untungnya sang asisten tidak menginjak pedal rem tiba-tiba. Begitupun dengan Max. Ia melebarkan kedua mata seraya bersuara tegas, "Tidak Christ!" Suasana di dalam mobil seketika menjadi beku. Tidak ada yang berani bersuara bila Max sudah mengeram. Detik berikutnya Max menatap sang istri. "Baby, aku sudah bilang, kamu harus beristirahat. Jangan paksakan dirimu!" Kemudian ucapannya beralih pada sang asisten. "Tujuan tetap ke rumah, Christ. Aku tidak mengijinkannya!" Christ pun hanya mengangguk tanpa bersuara. Sementara Grace melihat Max dengan ekspresi tegas, wanita itu sedikit kecewa "Max, aku baik-baik saja. Pekerjaanku menumpuk, aku harus pergi. Aku tidak bisa membiarkan semuanya terbengkalai." Max menggeleng lirih dengan nada lebih lembut, tapi tetap serius, "Aku tahu kamu ingin bekerja, tapi k

    Last Updated : 2024-12-31
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab132# Tawaran Untuk Kenan

    Semua saling diam antara Max dan Brian. Hingga Max menggertak lagi demi mendapatkan kebenaran."Siapa kamu? Ada apa menelpon istriku?"Mendengar pertanyaan Max, kini Brian tahu siapa yang menerima panggilannya. Sang dokter sontak menepuk dahinya. "Duh, gawat!" batinnya.Detik demi detik berlalu, Brian lantas bergegas menjawab pertanyaan pria di ujung sana, demi menutupi kebenaran."Uhm, maafkan saya, Tuan. Apakah ini benar nomor Nyonya Grace? Saya pikir ini nomor telepon teman saya," ucap Brian. Tentu saja itu hanya sebuah alibi."Lalu apa hubunganmu dengan istriku?" "S-saya karyawannya, Tuan. Apakah ini dengan Tuan Max?" Brian coba mengalihkan pembicaraan dengan gaya bicara santai, seolah Ia sudah mengenal dekat keluarga sang CEO. "Maafkan saya kalau begitu, Tuan. Selamat malam."Brian langsung mengakhiri panggilan tanpa menunggu balasan dari suami Grace. Pria itu langsung memegang dadanya, merasakan degub jantungnya y

    Last Updated : 2024-12-31
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab133# Mungkinkah Positif?

    Sementara di tempat lain, Grace mengeluh merasakan sakit kepala, badannya pun juga terasa lemas. Berkali-kali ia pergi ke kamar mandi hanya untuk memuntahkan dalam isi perutnya. Padahal, sedari pagi Ia belum juga makan apapun."Kenapa aku lemas sekali ..." keluh Grace. Wanita itu sekarang masih berada di atas kasur. Sedangkan Max sudah berangkat ke kantor sejak tadi, itulah yang membuat Grace enggan untuk bangkit dan bersiap ke kantor. Pasalnya, sudah lama sejak Ia di rumah sakit, dirinya mengetahui semua kejadian apa yang terjadi di Phoenix Enterprises.Akan tetapi, lamunannya sontak lenyap setelah mendengar bunyi pesan dalam ponselnya. Setelah itu, detik berikutnya di susul panggilan yang sama dari nama pria yang menghubunginya semalam."Brian?" lirihnya melihat ponsel bergetar di atas nakas.Grace langsung menggapai, dan tersenyum lirih meski wajahnya tampak pucat."Selamat pagi, Grace, "sapa Brian.Grace menyib

    Last Updated : 2024-12-31
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab134# Bertemu Freya

    Tidak ingin terus berpikiran buruk, Grace terlihat fokus mengendarai mobilnya menyusuri jalan raya yang lengang, karena memasuki jam kantor beroperasi. Janji kontrol dengan sang dokter telah dibuat setengah jam yang lalu, dan Dokter Emily bersedia meluangkan waktu untuknya. Perlahan Grace membuka laci dashboard dan segera mengambil earphone. Tangannya terlihat lincah mengetik di layar tablet yang terpasang di dasbor tersebut, menekan angka satu yang langsung terhubung setelah dua kali nada sambung. "Hallo, Sayang. Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanyanya lembut saat mendengar sapaan bernada riang dari seberang. "Aku baik, Mommy. Mommy kapan kembali? Aku rindu sama Mommy," sahut Leon dengan manja. Bibirnya bahkan mengerucut. Namun, ia tidak dapat menutupi rasa senangnya karena sang bunda menelepon di saat Alika tidak bisa menemaninya karena harus menjalani serangkaian terapi. Grace terenyuh.

    Last Updated : 2024-12-31
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab135# Wajah Binar Grace

    "Selamat, Nyonya. Anda hamil lima minggu," ujar sang dokter sembari tersenyum manis dan tak lupa menyodorkan hasil USG yang baru saja mereka lakukan. Grace terkejut. Tubuhnya seketika mematung akan berita tersebut."Nyonya!" tegur Dokter Emily, membuat Grace tersentak dan seketika tergagap. "A-ah. Iya, Dokter." Mata Grace mengerjap berulang kali. "Anda baik-baik saja?" tanya Dokter Emily, sedikit cemas. Grace menggendik, berusaha terlihat santai. "T-tentu, Dokter." Ia segera menghela napas panjang, membuat perasaannya rileks seketika, "Saya baik-baik saja. Hanya saja, Saya terkejut mendengar berita ini.""Tapi, Anda senang, tidak?" tanya Dokter Emily penuh selidik. "Tentu!" sahut Grace cepat sembari mengulas senyum tipis, "tentu saja saya senang, Dokter. Anda jangan khawatir karena kehamilan ini sangat saya nantikan. Jadi, bagaimana mungkin saya tidak senang karenanya!" Dokter Emily mengangguk sembari

    Last Updated : 2024-12-31
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab136# Tolong Selamatkan Aku

    Deru mesin truk tronton yang melaju dari arah berlawanan menggema memekakkan telinga. Mata Grace membelalak saat menyadari bahaya yang menghadang di depan. Tangannya mencengkeram setir erat, sementara kakinya refleks menginjak pedal gas lebih dalam. "Tuhan, tolong aku!" gumamnya panik.Truk itu semakin mendekat. Dengan cekatan Grace memutar setir ke kiri untuk menghindar, nyaris menyerempet pembatas jalan. "Urgh! Hampir saja...!" Napasnya terdengar memburu.Sementara itu di belakang, mobil hitam milik Diego terus menempel ketat. Jalanan tidak terlalu ramai, namun cukup memberikan celah bagi Grace untuk bermanuver. Melihat Grace terbebas dari tronton tadi membuat Diego memukul kemudi, "Sial!" Ia mengumpat, "kali ini kamu tidak akan lolos lagi!"Kegembiraan yang sebelumnya melingkupi dirinya mendadak berubah menjadi ketegangan saat ia menyadari ada sebuah mobil hitam terus mengejarnya dengan agresif.Grace menggenggam e

    Last Updated : 2025-01-01
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab137# Siapa Pelakunya?

    Langkah kaki Grace membentur tanah yang keras, suara napasnya terengah-engah, dan darah yang memompa begitu cepat dalam tubuhnya membuat setiap detak jantung terasa seperti bom waktu yang siap meledak. Ia tidak bisa berhenti. Kakinya terasa lelah, tapi ketakutan yang mencekam membuatnya terus berlari, menembus gelapnya malam yang penuh pepohonan rimbun."Aku harus segera bersembunyi dan menghilang dari jangkauan mereka!" batinya.Dari belakang, suara langkah Diego dan Ruben terdengar semakin dekat. Mereka sudah meninggalkan mobil, memilih untuk mengejarnya dengan berjalan kaki di jalur yang lebih sempit. Semakin dekat, semakin gelap, dan semakin sulit untuk bersembunyi. Grace menoleh ke belakang sekali lagi, hanya untuk melihat bayangan Ruben yang melesat dengan kecepatan tinggi. Di belakangnya, Diego tampak berada tak begitu jauh."Jangan biarkan dia lolos!" teriak Ruben, suaranya tegang dan penuh amarah."Kau juga kejar!

    Last Updated : 2025-01-01
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab138# Alasan Untuk Viona

    Namun, ada keraguan lain yang menghantui. "Darren memang obsesif, tapi apakah dia benar-benar tega mengirim pembunuh bayaran hanya untuk mengincarku? Atau mungkin ... ini ada maksud lain yang tersembunyi?" bisiknya, rasa takut kembali mencengkeram.Grace menggigit bibirnya, berusaha menenangkan diri. Tetapi semakin lama ia berpikir, semakin banyak bukti yang ia lihat tentang keanehan sikap Darren. Apakah ia terlibat dalam semua ini? Ataukah ada musuh lain yang lebih berbahaya, yang tidak pernah ia duga sebelumnya?"Aku harus bertahan," pikir Grace, sambil berusaha untuk tetap tenang dan melanjutkan pelariannya. Meski hatinya cemas, ia tahu satu hal jika ia berhenti sekarang, itu berarti akhir dari semuanya. "Intinya sekarang aku harus bisa lolos dari mereka! Aku tidak punya pilihan lain!"*Setelah beberapa saat bersembunyi di balik pohon-pohon yang rapat, dengan napas yang masih terengah-engah dan tubuh yang penuh luka goresan, Grace memutus

    Last Updated : 2025-01-01

Latest chapter

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab230# Momen Manis

    Setelah membaca pesan misterius yang ia terima, Grace berusaha menghilangkan keresahan di hati.Ia langsung bangkit, melangkah keluar ruangan. Grace berencana langsung pulang ke rumah dan memberesi barang penting yang akan ia bawa, termasuk visa dan pasport.Setelah perjalanan beberapa menit, Grace sedikit terkejut saat melihat mobil Max ada di rumah, pasalnya saat dia ke kantor, Max memang belum berangkat. "Apa dia libur?" gumamnya mulai tak tenang.Langkah kakinya terhenti saat suara bariton yang ia kenali, menyapa, "Baby, kenapa kembali? Kamu tidak jadi ke kantor?"Grace melepas sepatu hak tingginya dan berjalan ke arah suara itu. Max sedang duduk di sofa, mengenakan kemeja santai dan celana panjang. Wajahnya tampak penasaran, tetapi ia tersenyum ketika melihat Grace. "Hei, sayang," sapanya lembut. Grace mendekat dan duduk di sampingnya. "Aku hanya mampir sebentar tadi. Rasanya aku ingin istirahat." Max menggeleng pelan.

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab229# Persiapan Matang

    Persiapan Grace benar-benar matang, mulai dari berpamitan kepada dua orang meskipun secara tidak langsung. Namun, setidaknya ia bisa meredakan rasa sesak dalam hatinya.Pagi ini, Grace melangkah masuk ke kantor, sepatu hak tingginya mengeluarkan bunyi ketukan teratur di lantai marmer. Wajahnya terlihat tegas, meskipun matanya menyimpan kelelahan yang sulit disembunyikan. Di meja resepsionis, Vio—sekretaris pribadinya—sudah menunggu. Satu jam yang lalu, Grace sudah mengirim pesan padanya. Wanita itu selalu siap kapan pun Grace membutuhkan. "Vio, kamu sudah cek semua dokumen yang aku minta tadi?" tanya Grace langsung, tanpa basa-basi. Sang sekretaris berdiri dan mengangguk. "Sudah, Nyonya. Semuanya sudah siap di meja Anda. Apa ada tambahan yang perlu saya urus lagi?" Grace mengangguk kecil, lalu melangkah menuju ruang kerjanya. Vio mengikuti di belakangnya, membawa tablet dan sejumlah dokumen penting. Ketika mereka tiba di

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab228# Maaf yang Kedua Kali

    Setelah beberapa saat pertemuannya dengan Arthur, mobilnya melaju perlahan di sepanjang jalan yang lengang. Grace menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya. Ia tahu ke mana tujuannya malam ini—ke rumah orang tuanya, Victor dan Evelyn. Ketika mobilnya berhenti di depan pagar, Grace mematikan mesin dan duduk diam selama beberapa detik. Ia menatap rumah itu, mengingat momen-momen masa kecilnya. "Maaf, Ma... Pa..." bisiknya pelan. Air mata hampir saja mengalir, tapi ia buru-buru menghapusnya. "Aku tidak punya pilihan." Setelah menarik napas panjang, Grace keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu depan. Ia mengetuk pintu beberapa kali sebelum akhirnya Evelyn membukanya. “Grace?” Evelyn memandang putrinya dengan sedikit terkejut. “Kamu tidak bilang mau datang.” Grace tersenyum kecil. “Ma, aku cuma ingin mampir. Sudah lama kan, aku tidak ngobrol sama Mama sama Papa.”

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab227# Keputusan Akhir

    Bab227#Setelah menghabiskan waktu untuk berbulan madu. Keduanya kini mengakhiri masa libur mereka.Chelsea tersenyum kecil, memandangi wajah suaminya yang tetap fokus mengemudi. Meski ia tahu perjalanan mereka menuju rumah masih panjang, hatinya terasa ringan. Ada rasa nyaman yang tak terjelaskan, seolah semua percakapan mereka sepanjang perjalanan ini menjadi semacam pengikat. Mobil terus melaju melewati jalan-jalan yang mulai ramai. Chelsea bersandar di kursinya, menyandarkan kepala ke bahu Kenan. “Aku tidak sangka perjalanan ini cepat usai, Ken.” Kenan menoleh sedikit, menatapnya lembut. “Aku juga merasa begitu. Tapi kan, kita sudah sepakat. Ini bukan yang terakhir.” “Janji, ya?” Chelsea mendongak, menatap suaminya dengan mata berbinar. Kenan tersenyum kecil, lalu mengecup keningnya. “Janji. Nanti kita buat rencana lagi.” Chelsea tersenyum puas. Ia memejamkan mata, mencoba menikmati perjalanan pulang mereka

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab226# Penyatuan

    Chelsea menahan senyumnya, lalu melipat kedua kakinya di atas ranjang. “Tentang kamu. Masa lalumu. Kamu jarang bahkan tidak pernah cerita, Ken. Aku tahu kamu tidak suka bicara soal itu, tapi aku mau tau. Apa kamu pernah merasa ... ya, kesepian?” Kenan menghela napas perlahan, lalu menoleh ke arah jendela yang masih memperlihatkan sedikit kilauan bintang. Udara malam dari celah jendela terasa dingin, tapi juga menenangkan. Ia menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang, mencoba mengatur kata-kata dalam pikirannya. “Masa kecilku, ya?” Kenan akhirnya membuka suara. “Itu tidak pernah jadi sesuatu yang aku banggakan, Chelsea. Aku tidak pernah punya keluarga yang utuh. Mama meninggal beberapa waktu yang lalu. Beliau mungkin masih menyisakan luka yang dalam akibat papaku. Aku bahkan hampir tidak ingat wajahnya. Papa ..."Kenan berhenti sejenak, menelan ludah. “Papa pergi sejak Anna bayi. Ia lebih pilih hidup dengan wanita lain yang dianggapnya lebi

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab225# Malam Romantis

    Mendengar ungkapan Kenan, tentu saja membuat Chelsea penasaran, siapa yang mengajari suaminya itu. Kenan pura-pura berpikir sebentar, lalu tersenyum jahil. “YouTube.” Chelsea langsung memukul punggung sang pria, seraya mendengus geli. "Oh, pantas saja. Kukira kamu serius belajar dari chef terkenal atau gimana. Ternyata hasil tutorial."“Tapi yang penting hasilnya enak, kan?” Kenan membalas sambil menatap Chelsea yang sedang sibuk menyantap spaghetti buatannya. Chelsea mengangguk kecil sambil menyuapkan lagi spaghetti ke mulutnya lagi. “Enak sekali, Ken. Kalau gini pun aku tidak bingung kalau pelayan pulang kampung, hehehe ...” tawanya.“Ya, aku kan suami yang serba bisa,” jawab Kenan santai, tapi senyumnya tetap lebar. Chelsea hanya menggeleng-geleng pelan, mencoba menahan tawa. “Iya, iya. Suami serba bisa. Tidak salah aku nikah sama kamu.” Kenan tertawa kecil, tapi kemudian menatap Chelsea dengan lembut. “Aku c

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab224# Tempat Ternyaman

    Angin dingin khas pegunungan perlahan menyelinap di sela-sela kulit. Chelsea menarik syal yang melingkar di lehernya, mencoba menghangatkan diri. Di hadapan mereka, villa yang mereka sewa untuk beberapa hari ke depan berdiri megah. Bangunannya bergaya rustic modern, dengan dominasi kayu cokelat tua yang berpadu dengan kaca besar yang memantulkan pemandangan hijau di sekitarnya. Di belakang villa, pegunungan menjulang tinggi, membingkai lanskap alami yang seperti lukisan. “Ken, aku tidak tau kalau tempat ini akan seindah ini …” Chelsea berujar, suaranya pelan namun penuh kekaguman. Kedua mata tak henti-henti memindai setiap detail villa. Balkon kayu yang menghadap langsung ke lembah, kolam renang kecil yang airnya jernih seperti kaca, hingga taman kecil di samping villa yang dihiasi dengan bunga-bunga musim semi yang sedang mekar. Kenan terkekeh kecil. “Aku tau. Makanya aku tidak kasih lihat detail fotonya ke kamu waktu pesan.” Che

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab223# Perjalanan Manis

    Chelsea menatap Kenan, bibirnya sedikit terbuka, seakan ingin bicara. Tapi, seperti ada sesuatu yang membekukan lidahnya. Pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi kepalanya seakan berlomba-lomba keluar, tetapi tidak ada satu pun yang berhasil terucap. Mata Kenan yang tenang menatapnya dengan lembut. "Chelsea, ada sesuatu yang mau kamu ucapkan?" tanyanya lagi, suaranya rendah, penuh perhatian.Chelsea menelan ludah, mencoba mencari kata-kata yang tepat. Tapi akhirnya, hanya sebuah senyuman kecil yang berhasil keluar. "Tidak, aku cuma ... cuma kepikiran saja," katanya pelan.Mengangguk lirih, meskipun demikian, Kenan terlihat tidak sepenuhnya percaya. Tapi, seperti kebiasaannya, dia tidak memaksa. "Kalau begitu, jangan pikirkan terlalu berat, ya. Kita harus saling berbagi." Kenan menepuk punggung tangan Chelsea dengan lembut, lalu berdiri, "Tidur yang nyenyak. Besok kita jalan pagi-pagi."Chelsea hanya mengangguk, meski hatinya tidak bena

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab222# Pilihan Bulan Madu

    Suara Kenan membuyarkan lamunan Chelsea. Nada bicara lembut, seperti biasa, tetapi cukup untuk membuat Chelsea menyadari bahwa ia sudah terlalu jauh tenggelam dalam pikiran.Chelsea mengerjap cepat, menoleh Kenan yang duduk di sampingnya dengan sorot mata penuh perhatian. "Aku tidak apa-apa," jawabnya cepat. Kenan menatapnya sejenak, jelas tahu ada sesuatu yang mengganjal. Tapi seperti biasa, dia tidak memaksa. "Kalau ada apa-apa, bilang saja. Aku di sini, oke?"Chelsea mengangguk pelan. Dia tahu Kenan tulus, namun ada sesuatu yang belum bisa dia ungkapkan. Belum sekarang, pikirnya.“Eh, ngomong-ngomong soal bulan madu, Kak Chelsea sudah ada ide mau ke mana?” Anna tiba-tiba menyela, memecahkan keheningan yang sempat tercipta. Gadis itu menatap mereka dengan mata berbinar, seperti anak kecil yang menunggu cerita dongeng. Chelsea menghela napas kecil. "Belum ada, Anna. Aku masih bingung."Anna langsung berseru, "Yah, ke

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status