Share

Bab134# Bertemu Freya

Penulis: Blue_Starlight
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-31 21:40:02

Tidak ingin terus berpikiran buruk, Grace terlihat fokus mengendarai mobilnya menyusuri jalan raya yang lengang, karena memasuki jam kantor beroperasi. Janji kontrol dengan sang dokter telah dibuat setengah jam yang lalu, dan Dokter Emily bersedia meluangkan waktu untuknya.

Perlahan Grace membuka laci dashboard dan segera mengambil earphone. Tangannya terlihat lincah mengetik di layar tablet yang terpasang di dasbor tersebut, menekan angka satu yang langsung terhubung setelah dua kali nada sambung.

"Hallo, Sayang. Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanyanya lembut saat mendengar sapaan bernada riang dari seberang.

"Aku baik, Mommy. Mommy kapan kembali? Aku rindu sama Mommy," sahut Leon dengan manja. Bibirnya bahkan mengerucut.

Namun, ia tidak dapat menutupi rasa senangnya karena sang bunda menelepon di saat Alika tidak bisa menemaninya karena harus menjalani serangkaian terapi.

Grace terenyuh.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (39)
goodnovel comment avatar
Kristianti Chandra
waduh freya pingin tahu saja tentang grace
goodnovel comment avatar
Muktie Prilly
hadehhhh knpa mesti ketemu sama Freya si pasti bakal bikin aneh" lg nih Freya apa lg tau Grace pergi k dokter kandungan
goodnovel comment avatar
SalmiaSR
mudah2n mudah2n ya grace terkabull.. dan kamu bisa hamil..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab135# Wajah Binar Grace

    "Selamat, Nyonya. Anda hamil lima minggu," ujar sang dokter sembari tersenyum manis dan tak lupa menyodorkan hasil USG yang baru saja mereka lakukan. Grace terkejut. Tubuhnya seketika mematung akan berita tersebut."Nyonya!" tegur Dokter Emily, membuat Grace tersentak dan seketika tergagap. "A-ah. Iya, Dokter." Mata Grace mengerjap berulang kali. "Anda baik-baik saja?" tanya Dokter Emily, sedikit cemas. Grace menggendik, berusaha terlihat santai. "T-tentu, Dokter." Ia segera menghela napas panjang, membuat perasaannya rileks seketika, "Saya baik-baik saja. Hanya saja, Saya terkejut mendengar berita ini.""Tapi, Anda senang, tidak?" tanya Dokter Emily penuh selidik. "Tentu!" sahut Grace cepat sembari mengulas senyum tipis, "tentu saja saya senang, Dokter. Anda jangan khawatir karena kehamilan ini sangat saya nantikan. Jadi, bagaimana mungkin saya tidak senang karenanya!" Dokter Emily mengangguk sembari

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab136# Tolong Selamatkan Aku

    Deru mesin truk tronton yang melaju dari arah berlawanan menggema memekakkan telinga. Mata Grace membelalak saat menyadari bahaya yang menghadang di depan. Tangannya mencengkeram setir erat, sementara kakinya refleks menginjak pedal gas lebih dalam. "Tuhan, tolong aku!" gumamnya panik.Truk itu semakin mendekat. Dengan cekatan Grace memutar setir ke kiri untuk menghindar, nyaris menyerempet pembatas jalan. "Urgh! Hampir saja...!" Napasnya terdengar memburu.Sementara itu di belakang, mobil hitam milik Diego terus menempel ketat. Jalanan tidak terlalu ramai, namun cukup memberikan celah bagi Grace untuk bermanuver. Melihat Grace terbebas dari tronton tadi membuat Diego memukul kemudi, "Sial!" Ia mengumpat, "kali ini kamu tidak akan lolos lagi!"Kegembiraan yang sebelumnya melingkupi dirinya mendadak berubah menjadi ketegangan saat ia menyadari ada sebuah mobil hitam terus mengejarnya dengan agresif.Grace menggenggam e

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab137# Siapa Pelakunya?

    Langkah kaki Grace membentur tanah yang keras, suara napasnya terengah-engah, dan darah yang memompa begitu cepat dalam tubuhnya membuat setiap detak jantung terasa seperti bom waktu yang siap meledak. Ia tidak bisa berhenti. Kakinya terasa lelah, tapi ketakutan yang mencekam membuatnya terus berlari, menembus gelapnya malam yang penuh pepohonan rimbun."Aku harus segera bersembunyi dan menghilang dari jangkauan mereka!" batinya.Dari belakang, suara langkah Diego dan Ruben terdengar semakin dekat. Mereka sudah meninggalkan mobil, memilih untuk mengejarnya dengan berjalan kaki di jalur yang lebih sempit. Semakin dekat, semakin gelap, dan semakin sulit untuk bersembunyi. Grace menoleh ke belakang sekali lagi, hanya untuk melihat bayangan Ruben yang melesat dengan kecepatan tinggi. Di belakangnya, Diego tampak berada tak begitu jauh."Jangan biarkan dia lolos!" teriak Ruben, suaranya tegang dan penuh amarah."Kau juga kejar!

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab138# Alasan Untuk Viona

    Namun, ada keraguan lain yang menghantui. "Darren memang obsesif, tapi apakah dia benar-benar tega mengirim pembunuh bayaran hanya untuk mengincarku? Atau mungkin ... ini ada maksud lain yang tersembunyi?" bisiknya, rasa takut kembali mencengkeram.Grace menggigit bibirnya, berusaha menenangkan diri. Tetapi semakin lama ia berpikir, semakin banyak bukti yang ia lihat tentang keanehan sikap Darren. Apakah ia terlibat dalam semua ini? Ataukah ada musuh lain yang lebih berbahaya, yang tidak pernah ia duga sebelumnya?"Aku harus bertahan," pikir Grace, sambil berusaha untuk tetap tenang dan melanjutkan pelariannya. Meski hatinya cemas, ia tahu satu hal jika ia berhenti sekarang, itu berarti akhir dari semuanya. "Intinya sekarang aku harus bisa lolos dari mereka! Aku tidak punya pilihan lain!"*Setelah beberapa saat bersembunyi di balik pohon-pohon yang rapat, dengan napas yang masih terengah-engah dan tubuh yang penuh luka goresan, Grace memutus

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab139# Pertanyaan Mendebarkan

    Pertanyaan Viona membuat Grace hampir saja gelagapan menjawabnya. Wanita itu sesekali melirik ke arah mobil yang sedang direparasi. "Yang penting Anda baik-baik saja, Nyonya," ucap Vio memahami keadaan sang CEO yang sepertinya tidak ingin menjawab pertanyaannya. Suasana bengkel sudah mulai sepi. Hanya terdengar suara alat-alat bengkel yang bergerak ringan, menghadirkan rasa sunyi yang semakin menggelayuti Grace. Pekerjaan penggantian kaca belakang mobil selesai dengan cepat, dan Grace merasa sedikit lega. Setidaknya, satu masalah teratasi. Viona menyelesaikan pembayaran dan menyerahkan kunci mobil kepada Grace. "Semuanya sudah beres, Nyonya. Kaca belakang sudah diganti dan dipasang dengan sempurna," kata Viona, suaranya masih terdengar penuh perhatian meskipun ada rasa heran yang tak terungkap. Grace mengangguk sambil menerima kunci, sedikit tersenyum meskipun senyumnya terasa canggung. "Terima kasih, Vio. Kalau

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab140# Pria Di Balik Kaca Mobil

    Rasa bahagia begitu menyelimuti Grace. Pasalnya, Max tidak benar-benar mandul seperti apa yang dinyatakannya. Dan sekarang, wanita itu sangat senang karena bisa segera mengobati putra semata wayangnya dengan calon bayi yang sedang ia kandung.Sebisa mungkin ia ingin kabur secepatnya sekarang juga mengingat sekarang nyawanya di Italia sedang dalam bahaya. Namun, Ia teringat kembali pada pesan Dokter Emily yang mengatakan kandungannya kemungkinan masih dalam keadaan rentan. Yang artinya masih bisa terjadi keguguran."Aku tidak boleh gegabah sekarang. Aku harus menunggu beberapa bulan untuk menguatkan calon bayi ini," ucap Grace lirih sembari mengusap perutnya yang masih datar. "Untungnya Max juga tidak banyak pertanyaan. Walaupun aku tau dia sedikit curiga ..."Wanita itu memeluk dirinya sendiri, merasakan tubuhnya yang masih menyisakan goresan. Beruntungnya saat di rumah Grace bisa menutupinya dengan dengan foundation.Grace kini sedang duduk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab141# Bodyguard Baru

    Pagi yang cerah menyelimuti kediaman Chelsea. Di halaman depan, Kenan, pria dengan postur tegap berusia 28 tahun, sedang mengelap kaca mobil dengan kain microfiber. Gerakan tangannya terampil, menampakkan kebiasaannya yang teliti dan profesional. Namun, meski tubuhnya bekerja, pikirannya mengembara. Tawaran Chelsea untuk menjadi bodyguard pribadinya terus menghantui pikirannya sejak semalam.Langkah kaki halus terdengar mendekat. Kenan mengangkat wajah dan melihat Chelsea berjalan ke arahnya dengan senyum tipis. Wanita itu terlihat anggun dalam pakaian kasual, kemeja putih dan celana panjang krem yang membuatnya tampak segar namun tetap elegan."Selamat pagi, Ken," sapa Chelsea lembut."Selamat pagi, Nyonya," balas Kenan sambil menurunkan kain yang dipegangnya. "Ada yang bisa saya bantu?"Chelsea menggeleng kecil, lalu menyandarkan punggungnya ke bodi mobil. "Tidak ada yang khusus, hanya ingin berbicara denganmu. Tentang tawaran yang aku ajuk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab142# Kesalahan Siapa?

    Saat Grace menatap jendela, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang tegas di lantai yang membuatnya menoleh seketika. Max, suaminya, muncul dari arah tangga dengan mengenakan setelan jas abu-abu rapi. Dasi biru tua yang kontras melengkapi penampilannya yang selalu tampak sempurna. Grace tersenyum kecil melihatnya, meskipun ia tahu Max mungkin sedang terburu-buru seperti biasa."Selamat pagi, Max," sapa Grace lembut sambil berdiri dari kursinya."Pagi, Baby," balas Max sambil merapikan kerah jasnya di depan cermin dinding. "Kamu sudah bangun lebih dulu pagi ini. Apa ada sesuatu yang penting?" tanyanya tanpa menoleh.Grace menggeleng sambil berjalan mendekat. "Tidak ada yang penting. Aku hanya menerima telepon Chelsea yang membahas Kenan. Oh, apa kamu sudah sarapan? Aku bisa siapkan sesuatu yang cepat kalau mau."Max menoleh dan memberikan senyum tipis. "Terima kasih, Baby. Tapi, aku agak buru-buru. Ada rapat pagi ini di kantor ya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02

Bab terbaru

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab156# Kepergok Agatha

    Bab156#Di depan klinik OBGYN milik Dr. Emily, Grace mengembuskan napas panjang. Langit mulai gelap, lampu jalanan menyala, dan udara dingin mulai terasa menusuk kulit. Sambil meraih ponselnya dari tas, Grace terkejut melihat notifikasi dari aplikasi bank."Pembayaran dari kartu debit Anda telah berhasil."Ia mengerutkan kening, membaca notifikasi itu berulang kali. "Pembayaran makanan di kafe Fourth Avenue?" gumamnya pelan. "Apa Leon menggunakan kartu ini untuk membayar makan malam? Apa dia bersama Stella sekarang?"Grace memiringkan kepala, mencoba mengingat apakah ia memberi izin Stella untuk membawa Leon makan di luar malam ini. Namun, ingatannya kosong. Rasa penasaran mulai bercampur dengan kekhawatiran. Ia segera mencari kontak Stella dan menekan tombol panggil.Di tempat lain, Stella yang sedang berada di mobil bersama Brian hampir melompat dari kursinya ketika ponselnya tiba-tiba berdering. Nama "Nyonya Grace" tertera di layar.

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab155# Pembayaran Bill

    Alfonso menatap lurus ke meja di depannya, tangan kanannya menggenggam secangkir kopi yang kini mulai dingin. Carlos duduk di depannya, dengan ekspresi wajah yang tidak jauh berbeda darinya. Serius dan penuh perhitungan. Seolah otaknya sedang memikirkan sesuatu yang cukup rumit."Semua sudah kita atur," ujar Carlos dengan suara rendah. "Grace tidak akan pernah menyangka apa yang akan terjadi nantinya."Alfonso mengangguk perlahan, lalu menambahkan, "Dan polisi tidak akan bisa menemukan jejaknya. Semua akan terlihat seperti kecelakaan biasa. Kau yakin sudah siap?"Carlos memutar gelas kopinya pelan. "Seperti yang kau lihat, kita hanya perlu menunggu waktu yang tepat."Keduanya terdiam sejenak. Suasana di kafe pinggir jalan itu terasa damai, namun percakapan mereka penuh dengan ketegangan. Hanya bunyi langkah pengunjung dan suara kendaraan yang sesekali melintas memecah keheningan."Hah ... setelah dipikir-pikir, sudah lama kita tidak

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab154# Pengalaman Baru

    Edward berdiri cemas di ruang tamu rumah Alika. Pandangannya terpaku pada ponsel yang ada di tangan. Sejenak ia ragu mengabarkan tentang hilangnya Leon dan Alika dari pengawasannya. Mungkin hanya butuh beberapa detik, namun rasanya sudah seperti berjam-jam baginya untuk menentukan keputusan.Leon dan Alika hilang, mereka belum kembali juga. Setiap detik yang berlalu menambah kekhawatiran dalam dirinya. Tak bisa menunggu lebih lama, Edward memutuskan untuk segera menghubungi Brian."Brian, ini Edward. Aku butuh bantuanmu, Leon dan Alika ... mereka hilang! Aku tidak tahu di mana mereka!" Suaranya terdengar panik dengan raut cemas.Brian seketika terhenyak "Apa?! Kamu serius? Mereka hilang? Kenapa kamu bisa kehilangan mereka?!"Kemarahan Brian pun semakin menjadi. Sang dokter tidak bisa menerima kenyataan bila Leon justru hilang dari pengawasan sang bodyguard."Aku baru sadar mereka mungkin masuk ke dalam lorong, Brian! Aku tidak tau ke mana ujung lorong ini, namun aku yakin keduanya mas

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab153# Lorong Rahasia

    Hanya ada cahaya senter yang mereka pegang, menerangi jalan yang tampaknya tak ada ujungnya. Udara di dalam lorong pun terasa pengap, seolah-olah tempat itu telah lama terlupakan. Dengan langkah hati-hati, mereka mulai berjalan memasuki lorong yang semakin dalam. Suara langkah kaki mereka terdengar bergema, seakan keduanya sedang berjalan di ruang yang kosong dan sunyi. "Ini... aneh, kan? Tidak ada suara sama sekali. Seperti dunia yang terpisah dari yang lain," kata Alika. Leon menatap lorong dengan waspada, suara sedikit bergetar, "Ya ... seperti kita sudah meninggalkan dunia luar dan masuk ke tempat yang tidak seharusnya kita tahu. Tapi aku heran, mengapa ada lorong ini di dalam rumahmu?" Alika menggendik bahu, "Entahlah, aku sendiri juga tidak tau jika ada lorong tersembunyi di dalam kamarku. Aku pun baru tau setelah memindahkan lemari itu." "Lalu, apakah kita akan terus mengikuti jalan ini?" Sa

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab152# Pintu Rahasia

    Leon sejenak terdiam, namun sembari berpikir. Ia tidak begitu suka dengan ide adanya pengawasan, tetapi melihat wajah sedih Alika tadi, dan mendengar persetujuan dari Brian, ia akhirnya setuju meskipun dengan berat hati.Anak tampan menyunggingkan senyum kecil, "Baiklah Om, kalau itu syaratnya, aku ikut. Tapi aku berharap tidak ada yang aneh."Mendengar Leon mau bersepakat dengan tawaran yang diberikannya, Brian sedikit merasa lega. Selain itu, Leon pun sudah tersenyum lagi padanya."Ayo, bawa aku ke kamar, Aunty!" pinta Leon tampak riang.Stella turut mengulas senyum, "Oke, Sayang."Dengan wajah sumringah, Leon bergegas bangkit dari kursi rodanya setelah tiba di kamar. Anak tampan itu berdiri di samping jendela, menatap pemandangan luar dengan penuh harapan. Ia merasa lega setelah mendapatkan kepastian. Sekarang, dia hanya perlu menghubungi Alika dan memberitahukan berita baik itu. Tangannya menggenggam ponsel, lalu dengan

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab151# Penawaran

    Di Jerman, Rumah Sakit Chartie. Alika dan Leon berdiri di dekat jendela dalam kamar rumah sakit. Keduanya tampak berdiskusi dengan penuh harapan. Leon tampaknya antusias ke rumah Alika setelah gadis itu banyak menceritakan tentang tempat tinggalnya. "Ayo, Leon, kita pergi ke rumahku sebentar tidak jauh dari sini. Aku ingin menunjukkan beberapa hal padamu," ajak Lika dengan penuh binar.Memang, tempat tinggal Alika tidak jauh dari rumah sakit. Namun, kendala yang di hadapi keduanya adalah meyakinkan Brian dan Stella agar bisa mengijinkan Leon.Sementara Leon terlihat sedikit cemas namun tetap berharap bisa pergi. "Iya, aku ingin pergi, tapi … kita harus minta ijin dulu, kan? Aku tidak yakin Om Brian mengijinkannya, Lika," kata Leon ragu."Kita coba saja dulu. Kalau kita tidak mengatakannya, kita tidak tau hasilnya."Leon mengangguk-angguk. "Benar katamu. Ayo, kita cari mereka!"Keduanya kemudian mendekati Brian dan Stella ya

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab150# Serba Salah

    Chelsea membantu Kenan bangkit dengan keraguan. Bukan karena ia tidak ingin bersentuhan dengan sang pria. Namun, Chelsea berusaha menjaga jarak agar debaran jantungnya tidak terdengar."Semoga saja dia tidak mendengarnya," batin sang wanita bergerak kikuk, lalu melihat Kenan, menyodorkan tangan dengan gemetaran, "Kamu tak apa, Ken? Maaf ..."Kenan yang melihat uluran tangan lalu kemudian melihat ke wajah Chelsea, keduanya tampak canggung."Saya tidak apa-apa, Nyonya,"ucap Ken lalu berguling, bangkit dengan tegap. Kini, keduanya berhadapan. "Ya sudah, kalau kamu baik-baik saja. Oh ya, segera ganti bajumu, aku mau ke mall nanti," kata Chelsea. Setelah mengatakannya, Chelsea bergegas menjauh dari Kenan. Ia berusaha menutupi rona kemerah-merahan pada pipinya. "Duh ... Kenapa aku seperti ini ...?" batin Chelsea mondar-mandir di dalam kamar. "Tenang, Chelsea. Kamu pasti hanya kaget."Wanita itu menolak bahwa

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab149# Di Atas Tubuh Kenan

    Seorang pria yang baru saja selesai menerima telepon langsung melangkah masuk ke dalam rumah. Pria itu segera menuju kamarnya yang berada di belakang.Sejak sang CEO menjadikannya bodyguard, Chelsea memfasilitasi Kenan agar tinggal bersamanya. Bukan karena apa, namun itu ide Chelsea agar Kenan lebih mudah melindunginya."Sepertinya hari ini Nyonya Chelsea tidak keluar rumah," gumam Kenan duduk di tepi ranjang. Setelahnya pria itu menghela napas, lalu bangkit membuka jendela kamar. Ia bisa menghirup udara segar yang masuk ke dalam hidung. Tubuhnya menggeliat sejenak, meregangkan otot-otot."Berarti aku tidak ada kegiatan hari ini," monolognya lagi dengan kedua tangan yang terus bergerak olah raga ringan. "Apa sebaiknya aku berenang saja, ya? Tapi ... kira-kira Nyonya mengijinkan tidak, ya?"Kenan tampak kebingungan dengan keinginannya, yang nantinya tidak sejalan dengan jawaban Chelsea. Benar, di rumah Chelsea sudah difasilitasi ko

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab148# Cari & Temukan

    Ruang kerja Max terasa lebih sunyi dari biasanya. Di balik meja kerjanya yang besar, Max duduk dengan punggung tegak, tatapannya tajam menembus jendela kaca yang memperlihatkan pemandangan gedung bertingkat yang ramai. Christ baru saja mengetuk pintu ruangannya. Meskipun pria itu selalu datang dengan informasi yang bisa diandalkan, kali ini Max merasa gelisah. Ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya, sesuatu yang membuatnya meragukan apa yang akan Christ katakan padanya."Masuk!" titah Max dari dalamTak berselang lama, Christ masuk dengan langkah mantap, meskipun wajahnya nampak sedikit kelelahan. Ia tahu Max sedang berada dalam kebingungannya, dan ia harus segera menjelaskan apa yang sudah dia temukan.Sang asisten menarik bangku, lalu duduk di kursi di depan meja Max. Suasana hening sejenak sebelum Max membuka suara. "Apa yang kamu dapatkan, Christ?" tanya Max dengan penuh harap.Christ menatap sang CEO yakin. Ia suda

DMCA.com Protection Status