Share

bab 22

Penulis: Lotus putih
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-19 18:09:02

Duke Zhao berdiri diam di hadapan Mey Yan, masih mencoba meresapi kata-kata istrinya. Keheningan yang menyelimuti mereka kini terasa berbeda, dipenuhi ketegangan yang menggantung di udara.

Mey Yan mengusap wajahnya, mengambil napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Ia menatap ke arah Zhao, tatapannya menunjukkan kejujuran dan keberanian yang selama ini mungkin tak pernah diperlihatkannya di hadapan suaminya. "Aku tidak tahu seberapa berat beban yang kau tanggung, Zhao," suaranya terdengar lembut namun tegas. "Tapi aku ingin menjadi seseorang yang bisa kau percaya, seseorang yang bisa kau ajak berbagi."

Zhao memejamkan mata sejenak, seolah berjuang dengan dirinya sendiri. "Ini bukan hanya tentang kepercayaan, Mey Yan. Aku telah terbiasa memikul tanggung jawab ini sendirian, menjaga martabat dan posisiku sebagai pemimpin di depan para prajurit."

Mey Yan menghela napas, mencoba memahami. "Aku mengerti, tetapi sebagai istrimu, aku juga memiliki peran dalam hidupmu. Aku tidak ingin menja
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • MENAWAR TAKDIR    bab 23

    Malam itu, setelah Zhao kembali ke barak bersama para prajuritnya, Mey Yan melangkah pulang dengan hati yang masih bergemuruh. Rasa cemas dan harapannya bertarung di dalam dadanya, namun ia berusaha menenangkan diri dengan keyakinan bahwa Zhao akan menepati janjinya untuk kembali dengan selamat.Setibanya di rumah, ia menyibukkan diri di taman yang menjadi tempatnya menghabiskan waktu saat merindukan Zhao. Tangan-tangannya sibuk merawat bunga-bunga, namun pikirannya jauh melayang, memikirkan bayangan suaminya yang berjuang di medan pertempuran.Beberapa hari berlalu dengan lambat dan sunyi, dan kabar dari kamp militer masih belum datang. Setiap kali pelayan datang membawa surat atau pesan, harapan Mey Yan terbang tinggi hanya untuk jatuh kembali ketika tidak ada berita tentang Zhao. Namun, ia tetap menahan diri, berusaha kuat di depan semua orang yang ada di rumah, meski di dalam dirinya mulai muncul kekhawatiran yang semakin besar.Di tengah kegelisahannya, tiba-tiba datang sebuah su

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • MENAWAR TAKDIR    bab 24

    Mey Yan memperhatikan Lady Lin dengan saksama, mencoba mencari tanda-tanda kebohongan dari raut wajahnya. Namun, tatapan Lady Lin tetap tenang, tanpa sedikit pun memperlihatkan rasa bersalah atau kesan mencoba menyembunyikan sesuatu."Jika hanya untuk membantu prajurit, kenapa harus melibatkan perhatian sedemikian rupa pada Duke Zhao?" tanya Mey Yan, suaranya lebih lembut, namun tetap menyiratkan rasa ingin tahu yang mendalam.Lady Lin menghela napas pelan sebelum menjawab. "Duchess, saya tidak bisa menyangkal bahwa saya sangat menghormati Duke Zhao, bukan hanya sebagai pemimpin militer yang bijak, tapi juga sebagai seseorang yang menginspirasi." Ia terdiam sejenak, lalu melanjutkan, "Namun, hormat itu tidak pernah melewati batas. Saya tidak berniat merebut tempat Anda di hatinya, jika itu yang Anda takutkan."Mey Yan merasa hatinya sedikit lega, meskipun masih ada keraguan yang menggantung di dalam pikirannya. "Jika benar begitu, saya berharap Anda mengerti batas-batas yang pantas un

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • MENAWAR TAKDIR    bab 25

    Zhao menggenggam tangan Mey Yan lebih erat, seolah memastikan bahwa kehadirannya bukan mimpi. Namun, sorot matanya tak bisa menyembunyikan kekhawatiran."Mey Yan, aku mengerti perasaanmu, tapi tempat ini bukan untukmu," ucap Zhao dengan nada lembut namun tegas. "Jika sesuatu terjadi padamu di sini, aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri."Mey Yan menatap suaminya dengan penuh keyakinan. "Zhao, aku mungkin tidak bisa mengangkat pedang atau bertarung seperti dirimu, tapi aku bisa menjadi pendukungmu. Aku tidak ingin hidup dalam penyesalan karena tidak melakukan apa pun untuk mendukungmu. Aku di sini untuk membantumu, bahkan jika itu hanya dengan kehadiranku."Kata-kata Mey Yan membuat Zhao terdiam sejenak. Ia menyadari betapa besar tekad istrinya, dan meskipun ia ingin memintanya untuk kembali ke tempat yang lebih aman, ia tahu itu hanya akan membuat Mey Yan semakin merasa tak berdaya.Akhirnya, Zhao mengangguk perlahan. "Baiklah. Tapi kau harus tetap berada di area logistik ber

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • MENAWAR TAKDIR    bab 26

    Mey Yan menatap Zhao dengan tatapan penuh dilema. "Tapi bagaimana denganku meninggalkanmu di sini, Zhao? Aku tidak ingin pergi sementara kau masih di medan perang."Zhao mendekati istrinya, meletakkan tangannya di bahu Mey Yan. "Aku akan baik-baik saja. Tugas di sini adalah tugasku, dan permintaan dari istana adalah tugasmu sebagai putri kerajaan. Kita tidak bisa mengabaikan tanggung jawab masing-masing."Mey Yan menghela napas, hatinya terasa berat. Namun ia tahu bahwa Zhao benar. Bagaimanapun, ia tidak bisa menolak panggilan dari keluarganya, terutama ketika ini menyangkut kehormatan kerajaan."Aku akan pergi," ucapnya pelan, meskipun terasa ada sesuatu yang hilang dari dirinya saat mengucapkan kata-kata itu.Zhao mengangguk, meskipun ada sorot kesedihan di matanya. "Aku akan memastikan kau pergi dengan selamat. Tapi ingat, Mey Yan, aku akan selalu menunggumu. Dan aku berjanji, setelah ini semua selesai, aku akan kembali kepadamu."Mala

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • MENAWAR TAKDIR    bab 27

    Di kamp militer, malam itu Zhao tengah memimpin rapat strategi bersama para perwiranya. Udara terasa dingin, dan suasana tegang menyelimuti tenda pertemuan. Namun, pikirannya terpecah ketika seorang kurir memasuki tenda dengan membawa surat dari Mey Yan. Zhao membuka surat itu dan membacanya dengan seksama. Kata-kata Mey Yan yang penuh kekhawatiran dan kasih membuat hatinya terasa lebih hangat di tengah suasana perang yang dingin. Namun, ia tahu ia tidak bisa membalasnya dengan kata-kata yang terlalu manis. Sebagai seorang pemimpin militer, ia harus tetap tegar dan memberi keyakinan pada istrinya. Setelah rapat selesai, Zhao menulis balasan di bawah cahaya lentera. "Mey Yan, Aku telah menerima suratmu. Jangan khawatirkan aku. Kami sedang mempersiapkan pertahanan terbaik untuk melindungi perbatasan. Aku berjanji akan bertahan demi kau dan demi masa depan kita. Fokuslah pada tugasmu di ibu kota, dan tetaplah kuat. Kau adalah cahaya yang selalu menuntunku pulang." Surat itu ia titip

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • MENAWAR TAKDIR    bab 28

    Hari demi hari berlalu, dan pertempuran di perbatasan semakin memanas. Mey Yan tetap tinggal di kamp, mendengar kabar dari para utusan yang datang dan pergi. Ia berusaha menjaga ketenangannya, tetapi setiap laporan tentang serangan musuh membuatnya semakin khawatir. Pada suatu malam, hujan turun deras, dan angin dingin menyapu perkemahan. Mey Yan duduk di dalam tenda, menatap bayangan api unggun dari luar. Suara langkah kaki mendekat, dan seorang perwira masuk membawa kabar. "Duchess, pasukan Tuan Zhao berhasil memukul mundur musuh hari ini. Namun, pertempuran berlangsung sangat berat, dan ada laporan bahwa beberapa prajurit terluka parah," ucap perwira itu dengan hormat. Mey Yan mencoba mempertahankan ketenangannya. "Bagaimana keadaan Tuan Zhao?" tanyanya, suaranya hampir bergetar. "Tuan Zhao… Dia terluka, tetapi masih memimpin pasukan dengan baik. Saat ini, ia sedang beristirahat di garis depan." Mendengar itu, Mey Yan langsung bangkit. "Bawa aku ke sana," pintanya tegas. Perw

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • MENAWAR TAKDIR    bab 29

    Kabut masih menyelimuti perkemahan ketika pagi datang, membawa hawa dingin yang menusuk tulang. Mey Yan bangkit lebih awal dari biasanya. Ia menyiapkan teh hangat untuk Zhao yang masih sibuk berdiskusi dengan para perwira. Dari kejauhan, ia melihat sosok suaminya berdiri tegap di tengah para pria bersenjata. Luka di bahunya jelas belum sembuh, tetapi ia tak pernah menunjukkan kelemahan.Saat Zhao kembali ke tenda, ia terlihat letih. Mey Yan menyodorkan cangkir teh ke tangannya. "Kau butuh ini," katanya pelan.Zhao menerima teh itu tanpa berkata apa-apa, hanya menatapnya dengan sorot mata yang sulit dibaca. Sesaat, keheningan menyelimuti mereka."Aku mendengar sesuatu lagi tentang Lady Lin," Mey Yan akhirnya bicara, memecah kesunyian.Zhao mendesah, meletakkan cangkirnya. "Mey Yan, aku tahu ini mengganggumu. Tapi aku ingin kau percaya, tidak ada apa-apa antara aku dan dia. Apa yang ia lakukan murni untuk membantu para prajurit.""Aku

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • MENAWAR TAKDIR    bab 30

    Setelah kepergian Lady Lin, suasana perkemahan kembali normal. Namun, di hati Mey Yan, percikan kecemasan tetap menyala. Ia merasa harus lebih bijaksana menghadapi situasi ini. Sebagai seorang Duchess sekaligus istri Duke Zhao, tanggung jawabnya tidak hanya mendukung suaminya tetapi juga menjaga reputasi mereka di depan prajurit dan bangsawan lainnya.Malam itu, angin dingin bertiup kencang. Mey Yan duduk di dalam tenda pribadinya, memandangi secarik surat yang telah ia tulis. Surat itu ditujukan untuk ibunya, Ratu, di ibu kota. Mey Yan ingin melaporkan situasi perkemahan, termasuk keberadaan Lady Lin yang menurutnya semakin mencurigakan. Namun, ia ragu. Apakah langkah itu bijak? Apakah ia hanya akan terlihat seperti seorang istri yang terlalu cemburu?Pikirannya terpecah saat Zhao masuk ke tenda. Wajahnya tampak lelah, tetapi ia langsung tersenyum tipis saat melihat Mey Yan."Kau belum tidur?" tanya Zhao sambil duduk di sampingnya.Mey Yan mengge

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08

Bab terbaru

  • MENAWAR TAKDIR    bab 50

    Zhao menggenggam tangan Mey Yan lebih erat, seolah ingin meyakinkannya bahwa ia ada di sini, bahwa tak ada yang perlu ia ragukan. Namun, sebelum keduanya bisa tenggelam lebih jauh dalam ketenangan sesaat itu, ketukan pelan di pintu menginterupsi keheningan mereka. Mey Yan menoleh ke arah pintu, sedikit terkejut. Zhao melepaskan genggaman tangannya dengan enggan sebelum akhirnya berdiri. "Masuk," katanya dengan suara dalam. Seorang pelayan masuk dengan kepala tertunduk, membawa sebuah surat di tangannya. "Tuan, ini pesan dari Permaisuri. Beliau ingin bertemu dengan Anda segera." Zhao menerima surat itu dan membuka gulungannya dengan tenang, tetapi matanya dengan cepat menangkap isi pesan yang ditulis dengan tinta merah. Ia mengernyit, lalu menggulung kembali surat itu dengan ekspresi tak terbaca. "Aku harus pergi," katanya pada Mey Yan, suaranya lebih dingin dari sebelumnya. Mey Yan menatapnya, mencoba membaca ekspresi suaminya. "Ada apa?" tanyanya dengan suara khawatir. Zha

  • MENAWAR TAKDIR    bab 49

    Mey Yan berdiri terpaku di depan pintu, perasaan cemas mulai merayap dalam dadanya. Pikirannya berkecamuk, mencoba mencerna semua informasi yang baru saja ia terima. Zhao kembali ke Istana? Mengapa? Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah ini ada hubungannya dengan kabar yang beredar mengenai hubungan Zhao dengan Lady Lin?Ia memutuskan untuk tidak terlalu larut dalam kekhawatiran. Jika ada sesuatu yang sangat mendesak, Zhao pasti akan memberitahunya. Namun, hati kecilnya tak bisa menahan kegelisahan yang terus mengganggu. Ia berjalan mondar-mandir di kamarnya, memikirkan segala kemungkinan.Sejenak, ia menatap jendela yang menghadap ke taman yang gelap. Udara malam terasa sejuk, seolah membawa sedikit ketenangan, namun pikiran Mey Yan tetap tidak bisa tenang. Dengan gerakan cepat, ia berjalan menuju meja kecil di sudut kamar dan mengambil sebuah gulungan surat. Tanpa berpikir panjang, ia mulai menulis surat kepada Zhao, mencoba meredakan kegelisahannya.Suamiku yang tercinta,Semoga perj

  • MENAWAR TAKDIR    bab 48

    Zhao menarik napas dalam-dalam, menekan perasaan yang mulai memuncak di dadanya. Ia tahu bahwa keadaan di luar sana tidaklah mudah, dan meskipun ia terbiasa menghadapi pertempuran, tekanan yang datang dari dalam hati jauh lebih sulit untuk dihadapi. Tidak ada yang bisa menjelaskan kecemasannya saat memikirkan Mey Yan—istrinya yang kini berada di Istana, tempat yang penuh dengan intrik dan permainan kekuasaan yang tak terduga.Dalam hening malam itu, langkah-langkah lembut terdengar dari pintu belakang ruangannya. Zhao berbalik, dan dengan cepat, wajahnya yang penuh pemikiran berubah menjadi serius. Seorang pelayan masuk dengan membawa surat. “Tuan, surat dari Putri Mey Yan,” kata pelayan itu, membungkuk rendah.Zhao meraih surat itu dengan cepat, merasakan detak jantungnya yang semakin cepat. Dengan tangan yang sedikit gemetar, ia membuka gulungan surat tersebut. Hatinya berdebar saat membaca tulisan tangan Mey Yan, yang meskipun sederhana, terasa penuh dengan ketulusan dan perasaan y

  • MENAWAR TAKDIR    bab 47

    Senja di Kediaman JenderalLangit berubah warna menjadi jingga keemasan saat matahari perlahan tenggelam di ufuk barat. Angin musim semi berembus lembut, menggoyangkan kelopak bunga plum yang bermekaran di halaman kediaman Jenderal Zhao. Aroma tanah dan embun bercampur dengan wangi teh hangat yang baru saja dituangkan oleh Lian di meja batu.Mey Yan duduk di bawah paviliun kayu, menatap cangkir teh di tangannya dengan tatapan kosong. Ia masih memikirkan percakapannya dengan Zhao tadi sore."Aku ingin memperbaiki semuanya."Kata-kata itu terus terngiang di benaknya. Ia ingin mempercayai Zhao, tapi terlalu banyak ketidakpastian yang masih mengikat hatinya. Apalagi, bayangan Lady Lin terus menghantui pikirannya.Suara langkah kaki di jalan berbatu menarik perhatiannya. Ia mengangkat kepala dan melihat Zhao berjalan mendekat. Mantel militernya sedikit berkibar tertiup angin, menambah kesan gagah pada sosoknya."Sudah malam, kenapa kau belum masuk?" tanya Zhao dengan suara rendah, matanya

  • MENAWAR TAKDIR    bab 46

    Mey Yan masih menatap Zhao dengan perasaan yang bercampur aduk. Ia ingin mempercayai kata-katanya, ingin mempercayai bahwa tak ada yang terjadi antara Zhao dan Lady Lin. Namun, bayangan wanita itu yang berdiri di sisi Zhao di perkemahan masih membekas di benaknya."Aku ingin percaya padamu, Zhao," katanya pelan, suaranya hampir bergetar. "Tapi selama ini aku merasa seperti orang luar dalam hidupmu. Aku tidak pernah tahu apa yang kau pikirkan, bagaimana perasaanmu… dan sekarang, tiba-tiba kau mengatakan kau takut kehilangan aku. Bagaimana aku bisa memahami semua ini?"Zhao menatapnya dengan sorot mata yang jarang ia tunjukkan—sesuatu yang dalam, penuh perasaan. "Aku tahu aku telah banyak melakukan kesalahan, Mey Yan. Aku tahu aku telah membuatmu merasa sendirian. Tapi percayalah, bukan karena aku tidak peduli. Justru karena aku peduli, aku tidak tahu harus berbuat apa."Mey Yan tertawa kecil, tapi itu bukan tawa bahagia. "Kalau kau peduli, seharusnya kau tidak membuatku merasa sendiria

  • MENAWAR TAKDIR    bab 45

    Malam semakin larut, tetapi Mey Yan masih belum beranjak dari tempatnya. Udara dingin menyelinap di antara helaian rambutnya, namun pikirannya tetap dipenuhi oleh bayangan Zhao. Kata-kata Nenek Ru masih terngiang di telinganya, membiarkan hatinya bergulat dengan perasaan yang sulit ia kendalikan.Zhao memang bukan pria yang mudah di mengerti. Ia dingin, keras, dan selalu menyimpan pikirannya sendiri. Tetapi, di balik sikapnya yang terlihat tak peduli, ada hal-hal kecil yang selama ini mungkin luput dari perhatiannya—tatapan yang lebih lama dari seharusnya, genggaman yang tidak segera dilepaskan, dan kata-kata yang meskipun sederhana, terasa jujur.Mey Yan menarik napas dalam-dalam, matanya menatap permukaan air di kolam yang bergoyang pelan. Apakah ia benar-benar ingin terus meragukan perasaan Zhao? Atau ini hanya bentuk ketakutannya sendiri?"Nyonya, lebih baik masuk sebelum udara semakin dingin." Suara lembut Nenek Ru membuyarkan lamunannya.Mey Yan menoleh, lalu tersenyum tipis. "A

  • MENAWAR TAKDIR    bab 44

    Mey Yan menghela napas panjang. Malam yang seharusnya memberi ketenangan justru menjadi saksi atas perasaannya yang bergejolak. Kata-kata Zhao terdengar tulus, tapi bayangan Lady Lin masih terukir jelas dalam benaknya. Apakah benar tidak ada yang terjadi di antara mereka? Ataukah ia hanya terlalu takut menerima kenyataan?Zhao menggenggam tangannya lebih erat, seolah tak ingin kehilangan kesempatan untuk meyakinkannya. “Aku tahu sulit bagimu untuk mempercayaiku sekarang, tapi aku ingin kamu melihat hatiku, Nyonya. Aku tidak akan pernah melukai perasaanmu dengan sengaja.”Mey Yan menatapnya, mencari sesuatu dalam sorot mata Zhao—kejujuran, ketulusan, atau mungkin hanya jawaban yang bisa menenangkan pikirannya. Namun, pikirannya tetap dipenuhi pertanyaan yang tak kunjung menemukan kepastian.“Aku ingin percaya, Tuan,” katanya lirih, suaranya nyaris tenggelam oleh hembusan angin malam. “Tapi hatiku masih takut.”Zhao terdiam, lalu mengangguk pelan. “Aku tidak akan memaksamu untuk memperc

  • MENAWAR TAKDIR    bab 43

    Setelah beberapa hari di ibu kota, Mey Yan mulai merasakan betapa beratnya beban yang harus ia pikul. Setiap langkah yang diambilnya terasa lebih berat dari sebelumnya, seperti ada banyak mata yang mengawasi, menilai, dan mungkin saja menunggunya untuk gagal. Istana yang dulu terasa begitu nyaman kini menjadi penjara bagi hatinya. Rasa cemas yang menggerogoti dirinya terus mengganggu, terutama setelah ia mendapatkan kabar bahwa ada kelompok yang berusaha menggulingkan kekuasaan kerajaan. Hal itu membuat situasi semakin tidak menentu, dan Mey Yan merasa seperti berada di tengah badai yang tak bisa ia hindari.Malam itu, setelah berhari-hari sibuk dengan berbagai urusan kerajaan, Mey Yan memutuskan untuk berjalan di sekitar taman istana. Angin malam yang sejuk berhembus, membawa aroma bunga-bunga yang masih mekar, namun tidak mampu mengusir kegelisahan yang menggelayuti pikirannya. Setiap bayangan di sekitar taman seolah menjadi sesuatu yang asing dan menakutkan. Tiba-tiba, langkahnya t

  • MENAWAR TAKDIR    bab 42

    Zhao masih memeluk Mey Yan dengan erat, seolah ingin menyatukan dua jiwa yang terpisah oleh jarak dan waktu. Mey Yan bisa merasakan detak jantungnya yang semakin cepat, begitu jelas di telinganya. Ada sesuatu dalam pelukan itu yang membuat hatinya sedikit lebih tenang, namun keraguan yang masih mengendap tak bisa diabaikan begitu saja.“Mey Yan…” suara Zhao terdengar lagi, lebih lembut, namun ada penekanan dalam kata-katanya. “Aku tahu, ini tidak mudah. Aku tahu aku telah membuatmu merasa sepi dan terabaikan, dan itu adalah salahku. Tapi percayalah, tidak ada satu pun hal yang lebih penting bagiku selain dirimu.”Mey Yan menatap ke lantai, matanya mulai buram oleh air mata yang menunggu untuk jatuh. Ia ingin percaya, ia ingin sekali mempercayai kata-kata itu. Tapi hatinya terlalu rapuh untuk itu. Rasa takut yang tiba-tiba datang, keraguan yang begitu dalam, semua itu seakan-akan meruntuhkan segala usaha yang telah dilakukan Zhao untuk meyakinkannya.“Dan Lady Lin, Tuan?” Suaranya hamp

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status