Bella ingat bahwa waktu itu ada pasien yang cukup punya nama, yakni Bryan Rockefeller, anak dari bos minyak. Saat itu dia bersama sosok besar di negeri ini, Jenderal Naga Emas.Ya, Dokter Joe yang mengurus Bryan.Ramuan yang dibuat oleh Alexander diakui oleh Dokter Joe bahwa itu sama persis seperti yang dibuat oleh Dokter James Crick.Sekarang, sepertinya ada korelasi.Bella memandangi wajah Alexander dengan penuh rasa curiga. “Siapa kau sebenarnya, Alex Luther?”Alexander melihat mata Bella lagi. Ketika dia membaca apa yang tersirat di sana, dia pun yakin bahwa Bella sepertinya menyadari tentang identitasnya. Karena kepalang dan terlanjur, akhirnya mau tidak mau Alexander berkata jujur. Itu artinya Bella adalah orang pertama yang tahu tentang siapa Alexander sebenarnya!Bella mengoles dagunya lalu berkata dingin, “Kau Jenderal Naga Emas?”Ada helaan napas pendek dari mulut Alexander. Dia pun menjawab apa adanya. “Ya. Akhirnya ada orang yang tahu tentang siapa aku sebenarnya.”Bella
Bella dan Alexander keluar dari ruangan kemudian menuju tempat perawatan Sophie. Dan setibanya di sana, mereka mendapati Sophie tengah terbaring di atas tempat tidur dalam kondisi mata tertutup.Zalinska berdiri dan memberikan laporan pemeriksaan pada Alexander. “Sophie memang terkena PTSD. Dia menceritakan padaku bahwa dia teringat dengan suasana perang yang pernah dia alami sebelumnya. Trauma yang mendalam membuatnya sangat cemas dan takut. Akibatnya, tubuhnya berkeringat dingin dan wajahnya pucat.”Dugaan Alexander tidak meleset. Seperti apa yang dia sangka sebelumnya bahwa Sophie terkena gejala PTSD. Jika seseorang telah didiagnosa terkena PTSD, maka kemungkinan bisa sembuh cukup kecil.Bella menundukkan pandangannya dan merasa prihatin. “Kami turut berduka atas apa yang sedang menimpa teman mu, Alex. Tapi yakinlah bahwa dia akan membaik nanti. Setiap penyakit pasti ada obatnya.” Bella berusaha menguatkan Alexander. Dia tahu Alexander sedang bersedih begitu dilihat dari ekspresi d
Karena sudah mendapat rekomendasi langsung dari Dokter James Crick seandainya ingin berobat penyakit kejiwaan langsung saja ke Zalinska, maka tidak ada keraguan sama sekali dari Alexander, bahwa Zalinska memang orang yang tepat untuk mengurusi Sophie.Sementara itu, Bella pun menyadari kapasitas dan integritas Zalinska seperti apa dan dia yakin sepenuh hati bahwa Zalinska memang orang yang tepat untuk mengurus Sophie. Jika bukan Zalinska, lantas siapa lagi psikiater yang bisa diandalkan?Memang rumah sakit ini punya setidaknya sepuluh orang psikiater. Namun dari mereka semua hanya Zalinska yang paling mencolok dan punya track record bagus. Kendati Bella mempercayakan semuanya pada Zalinska, hanya saja dia memendam keraguan tentang bagaimana cara Zalinska bersikap terhadap Alexander nantinya. Entahlah, wanita emosional seperti dirinya memang terkadang sulit mengendalikan perasaan.Alasan kenapa dia bicara seperti itu kepada Zalinska merupakan bentuk kekhawatiran dirinya bahwa bisa jad
Saat ini Shinta sedang berada di IGD mengurus seorang pasien. Tidak menunggu waktu yang lama, Bella pun segera menuju ke sana bersama Alexander dan Zalinska.Entah kenapa Bella tidak terima ketika tadi Alexander dipermalukan oleh Shinta di hadapan orang banyak. Sebagai balasannya, dia akan mempermalukan Shinta pula di hadapan orang banyak.“Hentikan dulu pekerjaan mu, Dokter Shinta,” kata Bella.Melihat kehadiran sang pimpinan rumah sakit, Shinta kaget. Dia segera menyambut kehadiran Bella dengan badan yang agak membungkuk.“Baiklah, Nyonya. Ada yang bisa aku bantu?” Shinta merapikan jas dokternya yang kurang rapi. Jika sudah berhadapan dengan bos, dia akan bersikap sangat hormat layaknya penjilat sejati. Tidak ada sifat buruk yang akan tampak kalau dia sudah berhadapan dengan sang pemilik rumah sakit.Bella sengaja mendekatkan Alexander, Zalinska, dan bahkan Mei di sana.Berdasarkan penjelasan dari para saksi bahwa beberapa waktu yang lalu Shinta memang terbukti memarahi Mei, Zali
Beda halnya dengan Bella yang sangat blak-blakan, Zalinska cukup kalem dan tidak besar mulut. Hanya saja, mulut Mei dan sejumlah orang di sana gatal tatkala mendengar ucapan Bella barusan. Zalinska masih berpikir ulang untuk berkata apa adanya karena khawatir Bella bakal berlaku buruk terhadap Shinta.bTapi Mei dan lainnya tidak berpikir lagi. Mei dengan sangat berani bilang, “Nyonya harus tahu bahwa tadi Dokter Shinta bahkan sempat menampar wajah Zalinska.”Bella terperanjat. Dia sampai membekap mulutnya sendiri karena saking tak percaya. Belum hilang raut wajah terkejutnya, dia menatap wajah Shinta lurus-lurus seraya berkata dengan nada tak percaya. “Kau sudah gila, Shinta?!” Bella tidak bisa menahan amarahnya saat tahu berita mengejutkan itu. Dan perlu diingatkan kembali bahwa Bella adalah wanita yang sangat emosional dan sulit mengendalikan perasaannya. Ketika dia sedang marah, dia sering menumpahkan segalanya tanpa peduli kiri dan kanan. “Kau jahat sekali!” ketusnya murka. Ka
Shinta memegangi pipinya yang merah. Semua orang di sana terpana. Zalinska menutupi wajahnya. Dia kira, Bella akan menampar wajahnya. “Aku sudah mewakili Zalinska. Anggap saja barusan Zalinska yang melakukannya.” Lalu Bella mengalihkan pandangan matanya ke arah Alexander. “Tuan Alex, bagaimana menurut mu? Apa yang aku lakukan sudah benar?”Sekarang Bella yang sesungguhnya mencari perhatian Alexander. Bukannya mendapat perhatian dan kesan bagus dari pria idamannya, Bella malah menerima teguran yang membuatnya kecewa. Alexander menasehati Bella dengan bijak. “Kau adalah pimpinan rumah sakit. Sebaiknya memberikan contoh yang baik kepada para pekerja di sini.”Tiba-tiba saja ekspresi di wajah Bella berubah drastis. Dia tidak bisa menyembunyikan kekecewaan. Dia kira, Alexander mendukungnya dan menyambut baik. Ternyata, Alexander malah kurang setuju atas tindakan Bella barusan. Meskipun Shinta layak mendapatkan tamparan itu, bukan berarti Bella mesti melakukannya di hadapan publik, s
Shinta berjalan menunduk seperti babi kelaparan tanpa mempedulikan tatapan sinis dan kebencian dari orang-orang di sana. Dia mengakui bahwa dia sangat lemah dan pecundang. Sungguh, hari ini adalah hari yang amat buruk untuknya. Bermaksud membuat Alexander susah dan kecewa, dia justru malu di depan bos dan banyak orang. Dia melenggang dari kerumunan dengan membawa hati yang hancur berantakan.Jika Shinta hatinya hancur, begitu juga untuk Bella. Ya, hatinya hancur. Tapi bukan karena dipermalukan oleh seseorang, melainkan dihancurkan oleh pikiran buruknya sendiri. Dia merasa bahwa Zalinska sengaja berkata lembut seperti itu untuk menarik perhatian Alexander. Dia curiga, jangan-jangan Zalinska memang naksir sama Alexander.Dia tidak bisa mengendalikan diri karena dirundung rasa cemburu buta yang rumit. Dia mendorong bahu Zalinska secara mengejutkan. “Diam!” serunya, mengagetkan semua orang.Mei dan lainnya lantas kaget tak alang kepalang.Ada apa dengan Bella?Dia cuma merepet dalam hati,
Berdasarkan laporan yang didapatkan oleh inteligen adalah bahwa Amr sudah dua tahun belakangan ini mengalami gejala aneh. Dua saudaranya, Leon dan Elijah, tidak terlalu mempedulikannya. Mereka berdua paling tidak tiga bulan sekali berkunjung menemui Amr. Sungguh mengejutkan. Putra sulung Mike Ali mesti menderita separah ini. Alexander sempat berpikir bahwa bisa jadi Amr cuma depresi saja lantaran urusan keluarga dan organisasi. Namun begitu melihat suasana rumah yang kacau balau, sudah pasti beban derita yang merundung Amr jauh lebih tragis.Dulu Amr dikenal sebagai pria yang pemberani sama persis seperti bapaknya. Dia dipandang baik oleh semua anggota organisasi tanpa terkecuali.Hanya saja, setelah kepergian Mike Ali, entah bagaimana ceritanya tiga putra Mike, termasuk Amr, mengalami musibah mengerikan.Amr nyaris tak terurus. Masih untung dia masih bisa makan dan buang air seperti orang normal. Selebihnya, dia bahkan sangat malas hanya untuk mandi. Badannya sangat kurus karena tid