"Yuk berangkat, Mah," ajak Heni yang sudah tiba di rumah mertuanya beberapa saat lalu dengan dandanan yang sangat glamor, semua yang dikenakan pun barang branded yang terkenal.
Ketika Heni dan Ina melintas keluar rumah, ada Amalia yang sedang duduk di teras depan entah menanti siapa, rasa penasaran menyelinap pada diri Heni."Ngapain disitu, mbak?" tanya Heni penasaran."Lagi nyantai aja, kalian mau kemana?" tanya balik Amalia yang melihat penampilan mertua dan madunya dari atas sampai bawah."Mau shopping dong, mbak," jawab Heni dengan wajah angkuhnya lalu seketika ia memiliki ide untuk mengerjai kakak madunya itu."Eh mbak mending ikut kami aja yuk daripada suntuk di rumah," ajak Heni yang membuat Amalia tak percaya begitu juga dengan Ina yang langsung memperlihatkan ekspresi tak sukanya."Udah mbak ikut aja biar terlihat akrab, yuk," desak Heni lalu dengan terpaksa Amalia setuju. Ia sempat ke kamar sebentar untuk meTak mau lebih rendah dari kakak madunya, setelah makan di restoran bersama Ina selesai, Heni langsung bergegas menuju kantor Ammar dengan gemuruh yang ada di dada. "Buru-buru amat mau kemana, Hen?" tanya Ina mengekor di belakang Heni dengan langkah tergesa sampai kewalahan. Langkah Heni sangat cepat sekali, menandakan dia sedang marah apalagi raut wajahnya tak ada senyum sama sekali. ****Tiba di kantor suaminya, Heni langsung mencecar dengan segudang pertanyaan. "Mas Ammar jahat!" pekik Heni ketika membuka pintu ruangan Ammar. "Apa maksudnya?" tanya Ammar bingung. "Jahat!!! Pokoknya mas Ammar jahat! Mas Ammar gak adil! Bisa-bisanya antara aku dengan istrimu itu di bedakan! Udah aku diminta tinggal di apartemen, perihal uang belanja pun juga berbeda! Jahat kamu mas! Kamu gak adil jadi suami! Aku malu mas tadi di mall banyak yang ngelihatin gara-gara istri sah mu itu terus menyudutkan aku!!!" keluh Heni dengan suara cukup keras. "Apa-apaan sih! Gak jelas amat! Semua sudah aku kas
Hari ini Amalia memutuskan untuk lari pagi di bundaran ibu kota, banyak muda-mudi hingga lansia yang ikut meramaikan lari pagi ini. Amalia yang datang sendirian tentu saja menjadi bahan godaan para pria bujang yang tujuannya kesini tak hanya untuk olahraga saja melainkan ajang cari jodoh. Namun sayang sekali Amalia tak menggubris dan malah terkesan cuek. Hingga akhirnya tanpa sengaja seseorang menabrak Amalia dan membuatnya nyaris terjatuh, untung saja seseorang itu sigap menangkap. "Amalia, benarkah itu kamu?" tanya seseorang memastikan dan Amalia cukup lama memperlihatkan pria itu sambil berpikir siapa dia. "Kamu, Alan? Benar bukan?" tanya Amalia memastikan dan orang itu tersenyum senang karena setidaknya Amalia tak melupakannya. "Benar, ini aku, Alan, lama tak jumpa ya, gimana kabarmu?" tanya orang itu yang ternyata bernama Alan. "Iya, kabarku baik bagaimana denganmu?" tanya balik Amalia sedikit canggung.
"Hai, Amalia, apakah sudah sampai rumah dengan selamat? Save nomerku ya, Alan," isi chat Alan yang membuat Amalia kaget. Darimana dia tau nomer Amalia? Seketika Amalia teringat disaat makan bubur ayam memang Alan sempat meminjam ponselnya dengan alasan untuk menghubungi karyawannya, Amalia yang tak menaruh curiga sedikitpun itu langsung saja memberikan ponsel. "Ah! Ada-ada saja akal mu, Alan, ternyata sifat tak mudah menyerah mu masih saja seperti dulu, segudang cara dilakukan untuk menggapai keinginanmu," batin Amalia geleng-geleng kepala lalu membalas pesan Alan. "Sudah sampai rumah nih, oke sudah aku save," jawab Amalia lalu menyimpan nomer Alan. Pesan yang dibalas Amalia langsung dibaca oleh Alan dengan cepat, namun sayangnya Amalia merasa haus jadinya ke bawah mengambil minum. "Syukurlah, next time kita ketemu lagi ya nanti aku jemput deh, gak nyangka kita bakal bertemu lagi setelah sekian lama, sampai saat ini aku masih gak menyangka loh
"Hai, Amalia, apakah sudah sampai rumah dengan selamat? Save nomerku ya, Alan," isi chat Alan yang membuat Amalia kaget. Darimana dia tau nomer Amalia? Seketika Amalia teringat disaat makan bubur ayam memang Alan sempat meminjam ponselnya dengan alasan untuk menghubungi karyawannya, Amalia yang tak menaruh curiga sedikitpun itu langsung saja memberikan ponsel. "Ah! Ada-ada saja akal mu, Alan, ternyata sifat tak mudah menyerah mu masih saja seperti dulu, segudang cara dilakukan untuk menggapai keinginanmu," batin Amalia geleng-geleng kepala lalu membalas pesan Alan. "Sudah sampai rumah nih, oke sudah aku save," jawab Amalia lalu menyimpan nomer Alan. Pesan yang dibalas Amalia langsung dibaca oleh Alan dengan cepat, namun sayangnya Amalia merasa haus jadinya ke bawah mengambil minum. "Syukurlah, next time kita ketemu lagi ya nanti aku jemput deh, gak nyangka kita bakal bertemu lagi setelah sekian lama, sampai saat ini aku masih gak menyangka loh
Setelah keluar dari UGD, Amalia langsung ditempatkan di ruang rawat inap kelas VVIP, di sana ruangannya sangat nyaman sehingga Amalia bisa sedikit rileks ya walau seenak apapun ruangan dan makanan di rumah sakit tapi masih enak tidur dan makan di rumah. Setelah melakukan serangkaian perawatan dan juga sempat CT Scan, dokter mendiagnosa jika dinding rahim Amalia mengalami sobekan yang sangat membahayakan fisik Amalia apalagi dokter juga menyatakan jika Amalia mengalami keguguran, sungguh berita itu membuat Amalia kaget bukan main. Kondisi rahim yang sudah tidak baik-baik saja membuat Amalia diminta untuk tidak hamil dulu 2-5 tahun untuk menyembuhkan luka yang ada di rahimnya. Meskipun lukanya tidak bisa sembuh total setidaknya bisa meringankan resiko dan operasi yang dilakukan bisa mengembalikan kondisi rahim seperti semula. "Aku gak menyangka jika didalam perutku tumbuh malaikat kecil yang tak berdosa dan kenapa ia hadir hanya sekejap saja? Ke
Hari demi hari yang dilalui Amalia di rumah sakit lebih banyak ditemani oleh Alan ketimbang Ammar. Berulang kali kedatangan Ammar selalu mendapat penolakan darinya, hati Amalia masih sangat sakit harus menelan semua kepahitan dengan bertubi-tubi. "Besok kata dokter sudah boleh pulang, Mal," ucap Alan membuka obrolan. "Iya aku tahu, boleh aku minta tolong?" tanya Amalia dengan tatapan sendu."Tentu saja, kamu butuh apa?" tanya Alan. "Besok antar aku pulang kampung, aku ingin menangkan diri di sana dan satu hal lagi, jangan beritahu Ammar jika besok aku sudah boleh pulang," pinta Amalia. "Jika kamu ingin menangkan diri dengan pulang ke rumah orang tuamu itu bagiku bukan suatu solusi, pastinya kedatangan mu di sana dengan berbagai cerita kesedihan akan semakin membuat kedua orang tuamu bersedih, memang aku tidak melarang untuk kamu bercerita kepada orang tuamu sendiri, tapi saran dariku, lebih baik kamu tinggal sementara di rum
Tiba di rumah Alan, tak tega rasanya jika harus membangunkan Amalia yang tertidur pulas, alhasil Alan kembali menggendong Amalia menuju kamar yang sudah di persiapkan oleh penjaga rumah. Nantinya Alan akan tetap menemani Amalia disini, bukan karena apa, takutnya nanti Amalia butuh bantuan, ada Alan yang siap sedia membantu. Sore menjelang magrib, Amalia baru bangun dari tidurnya dan kini menyadari jika dirinya sudah tidak di mobil lagi melainkan di sebuah kamar bernuansa serba putih dengan berbagai barang yang berwarna warni, membuat kamar ini terasa sangat hidup. Dengan langkah gontai, Amalia berjalan keluar kamar, kebetulan sekali Alan sedang berjalan ke arahnya. "Sudah bangun?" tanya Alan dengan lemah lembut, Amalia hanya mengangguk saja. "Bebersih lah, ada beberapa pakaian yang sudah disiapkan, setelah itu mari makan," ucap Alan membuat Amalia merasa sungkan. "Aku ada pakaian dari rumah sakit kok, gak usah repot-repot begitu
"Amalia kemana? Kenapa kamu kesini sendirian?" tanya ibunya Amalia ditengah perbincangan mereka. Ammar menjadi kaget bukan main ketika mertuanya itu malah menanyakan dimana anaknya padahal Ammar kesini untuk mencari Amalia. Akhirnya Ammar menceritakan tujuannya datang kesini dan reaksi yang diberikan orang tua Amalia ialah kekecewaan. Kedua orang tua Amalia merasa marah besar kepada Ammar karena sudah membuat anaknya sedih bertubi-tubi, dipikir kedua orang tuanya setelah menikah dengan Ammar hidup Amalia akan bahagia dan jauh lebih baik tapi kenyataanya? Amalia malah mengalami kesedihan yang sangat dalam apalagi saat ini tak diketahui dimana posisinya. "Bapak kan sudah mewanti-wanti dari awal pernikahan, jika ada masa dimana kamu membuat anak bapak sedih bahkan anak bapak sampai pergi meninggalkan rumah, itu tandanya Amalia sangat kecewa padamu, bapak waktu itu meminta kembalikan Amalia dengan baik-baik jika kamu tidak bisa menjaga cintanya dengan