"Hai, Amalia, apakah sudah sampai rumah dengan selamat? Save nomerku ya, Alan," isi chat Alan yang membuat Amalia kaget. Darimana dia tau nomer Amalia?
Seketika Amalia teringat disaat makan bubur ayam memang Alan sempat meminjam ponselnya dengan alasan untuk menghubungi karyawannya, Amalia yang tak menaruh curiga sedikitpun itu langsung saja memberikan ponsel."Ah! Ada-ada saja akal mu, Alan, ternyata sifat tak mudah menyerah mu masih saja seperti dulu, segudang cara dilakukan untuk menggapai keinginanmu," batin Amalia geleng-geleng kepala lalu membalas pesan Alan."Sudah sampai rumah nih, oke sudah aku save," jawab Amalia lalu menyimpan nomer Alan. Pesan yang dibalas Amalia langsung dibaca oleh Alan dengan cepat, namun sayangnya Amalia merasa haus jadinya ke bawah mengambil minum."Syukurlah, next time kita ketemu lagi ya nanti aku jemput deh, gak nyangka kita bakal bertemu lagi setelah sekian lama, sampai saat ini aku masih gak menyangka loh"Hai, Amalia, apakah sudah sampai rumah dengan selamat? Save nomerku ya, Alan," isi chat Alan yang membuat Amalia kaget. Darimana dia tau nomer Amalia? Seketika Amalia teringat disaat makan bubur ayam memang Alan sempat meminjam ponselnya dengan alasan untuk menghubungi karyawannya, Amalia yang tak menaruh curiga sedikitpun itu langsung saja memberikan ponsel. "Ah! Ada-ada saja akal mu, Alan, ternyata sifat tak mudah menyerah mu masih saja seperti dulu, segudang cara dilakukan untuk menggapai keinginanmu," batin Amalia geleng-geleng kepala lalu membalas pesan Alan. "Sudah sampai rumah nih, oke sudah aku save," jawab Amalia lalu menyimpan nomer Alan. Pesan yang dibalas Amalia langsung dibaca oleh Alan dengan cepat, namun sayangnya Amalia merasa haus jadinya ke bawah mengambil minum. "Syukurlah, next time kita ketemu lagi ya nanti aku jemput deh, gak nyangka kita bakal bertemu lagi setelah sekian lama, sampai saat ini aku masih gak menyangka loh
Setelah keluar dari UGD, Amalia langsung ditempatkan di ruang rawat inap kelas VVIP, di sana ruangannya sangat nyaman sehingga Amalia bisa sedikit rileks ya walau seenak apapun ruangan dan makanan di rumah sakit tapi masih enak tidur dan makan di rumah. Setelah melakukan serangkaian perawatan dan juga sempat CT Scan, dokter mendiagnosa jika dinding rahim Amalia mengalami sobekan yang sangat membahayakan fisik Amalia apalagi dokter juga menyatakan jika Amalia mengalami keguguran, sungguh berita itu membuat Amalia kaget bukan main. Kondisi rahim yang sudah tidak baik-baik saja membuat Amalia diminta untuk tidak hamil dulu 2-5 tahun untuk menyembuhkan luka yang ada di rahimnya. Meskipun lukanya tidak bisa sembuh total setidaknya bisa meringankan resiko dan operasi yang dilakukan bisa mengembalikan kondisi rahim seperti semula. "Aku gak menyangka jika didalam perutku tumbuh malaikat kecil yang tak berdosa dan kenapa ia hadir hanya sekejap saja? Ke
Hari demi hari yang dilalui Amalia di rumah sakit lebih banyak ditemani oleh Alan ketimbang Ammar. Berulang kali kedatangan Ammar selalu mendapat penolakan darinya, hati Amalia masih sangat sakit harus menelan semua kepahitan dengan bertubi-tubi. "Besok kata dokter sudah boleh pulang, Mal," ucap Alan membuka obrolan. "Iya aku tahu, boleh aku minta tolong?" tanya Amalia dengan tatapan sendu."Tentu saja, kamu butuh apa?" tanya Alan. "Besok antar aku pulang kampung, aku ingin menangkan diri di sana dan satu hal lagi, jangan beritahu Ammar jika besok aku sudah boleh pulang," pinta Amalia. "Jika kamu ingin menangkan diri dengan pulang ke rumah orang tuamu itu bagiku bukan suatu solusi, pastinya kedatangan mu di sana dengan berbagai cerita kesedihan akan semakin membuat kedua orang tuamu bersedih, memang aku tidak melarang untuk kamu bercerita kepada orang tuamu sendiri, tapi saran dariku, lebih baik kamu tinggal sementara di rum
Tiba di rumah Alan, tak tega rasanya jika harus membangunkan Amalia yang tertidur pulas, alhasil Alan kembali menggendong Amalia menuju kamar yang sudah di persiapkan oleh penjaga rumah. Nantinya Alan akan tetap menemani Amalia disini, bukan karena apa, takutnya nanti Amalia butuh bantuan, ada Alan yang siap sedia membantu. Sore menjelang magrib, Amalia baru bangun dari tidurnya dan kini menyadari jika dirinya sudah tidak di mobil lagi melainkan di sebuah kamar bernuansa serba putih dengan berbagai barang yang berwarna warni, membuat kamar ini terasa sangat hidup. Dengan langkah gontai, Amalia berjalan keluar kamar, kebetulan sekali Alan sedang berjalan ke arahnya. "Sudah bangun?" tanya Alan dengan lemah lembut, Amalia hanya mengangguk saja. "Bebersih lah, ada beberapa pakaian yang sudah disiapkan, setelah itu mari makan," ucap Alan membuat Amalia merasa sungkan. "Aku ada pakaian dari rumah sakit kok, gak usah repot-repot begitu
"Amalia kemana? Kenapa kamu kesini sendirian?" tanya ibunya Amalia ditengah perbincangan mereka. Ammar menjadi kaget bukan main ketika mertuanya itu malah menanyakan dimana anaknya padahal Ammar kesini untuk mencari Amalia. Akhirnya Ammar menceritakan tujuannya datang kesini dan reaksi yang diberikan orang tua Amalia ialah kekecewaan. Kedua orang tua Amalia merasa marah besar kepada Ammar karena sudah membuat anaknya sedih bertubi-tubi, dipikir kedua orang tuanya setelah menikah dengan Ammar hidup Amalia akan bahagia dan jauh lebih baik tapi kenyataanya? Amalia malah mengalami kesedihan yang sangat dalam apalagi saat ini tak diketahui dimana posisinya. "Bapak kan sudah mewanti-wanti dari awal pernikahan, jika ada masa dimana kamu membuat anak bapak sedih bahkan anak bapak sampai pergi meninggalkan rumah, itu tandanya Amalia sangat kecewa padamu, bapak waktu itu meminta kembalikan Amalia dengan baik-baik jika kamu tidak bisa menjaga cintanya dengan
"Bapak perlu bicara," ucap ayahnya Amalia terdengar serius, Amalia sudah tau kemana arah pembicaraan yang akan dituju. "Amalia sudah tau, pasti bapak mau membahas Ammar kan?" tebak Amalia dan ayahnya mengangguk cepat. "Katakan masalah apa yang sedang kalian hadapi sehingga Ammar mengira kamu ada disini, bapak gak mau hanya mendengar dari satu pihak saja karena mau bagaimana pun kalian ini suami istri, seharusnya masalah yang ada kalian hadapi bersama bukan malah kabur seperti ini," ucap ayahnya sudah tidak sabar. Lalu Amalia menceritakan masalah yang dihadapi termasuk Ammar yang melakukan poligami, semua Amalia ceritakan tanpa ditambah maupun dikurangi. "Anak kurang ajar!!! Besok kita ke kota! Masalah ini harus segera di selesaikan! Bapak gak sudi punya menantu ba-ji-ngan seperti dia!!! Katanya mencintai tapi kok menyakiti!!! Mana Ammar sudah menghilangkan janin yang kamu kandung! Ini gak boleh di diamkan terlalu lama, harga diri bap
"Sampai kapanpun juga jangan harap bisa bertemu dengannya! Mulai hari ini saya melarang mu menemui Amalia dengan asalan apapun! Asal kamu tahu, anakku begitu tertekan dalam menjalani pernikahan ini, tak ada wanita yang rela suaminya menikah lagi, jangan terus mengekang anak saya dengan status pernikahan ini, biarkan ia bebas dan menjalani hari dengan tenang! Jangan terus buat dia tersiksa! Jika kamu tidak setuju menceraikan maka biarkan pihak kami yang mengajukan gugatan, berapa pun biayanya akan saya usahakan asalkan Amalia kembali merasakan kebahagiaan!" gertak Seno tak main-main. "Pak, tolong masalah ini bisa kita bicarakan dengan baik-baik, jangan gegabah, kami saling mencintai," pinta Ammar memohon. "Saling mencintai kenapa menikah lagi? Apakah itu arti mencintai?" sindir Seno. "Pernikahan kedua yang terjadi karena sebuah insiden, Pak, percayalah sejujurnya saya tidak menginginkan ini, keputusan untuk menikahi Heni semata-mata untuk menyelamatkan nama baik keluar
Amalia juga Ratih-ibunda Amalia merasa khawatir karena sampai malam begini Seno tak kunjung pulang, Ratih sudah mencari ke berbagai tempat yang biasanya Seno pergi namun sama sekali tak ada yang tau kemana perginya Seno bahkan Ratih baru tau dari temannya Seno jika hari ini suaminya tidak ke sawah. Berulang kali Ratih berusaha meyakinkan diri dan berpikir suaminya akan baik-baik saja namun sekuat apapun Ratih menenangkan diri tak bisa menutup kemungkinan bahwa ia cemas pasalnya Seno sama sekali tak membahas apapun sebelumnya, setelah Ratih memikirkan jawaban demi jawaban Seno kemarin, ada sedikit harapan sebagai petunjuk dimana Seno mengatakan jika ada niatan untuk ke kota dan memperjelas pernikahan Amalia dan Ammar. "Mal, apa mungkin bapak kamu ke kota menemui Ammar?" tebak Ratih dan Amalia sedikit setuju dengan hal itu, jika tak pergi jauh mana mungkin ayahnya tak juga pulang. Jika pergi di sekitar desa sudah pasti ada warga yang mengetahuinya, namun
"Mamah, kenapa mamah bisa begini? Mamah sakit apa? Kenapa rambut mamah habis?" tanya Kenzo di sela tangisannya. "Mamah baik-baik saja dan nanti akan jauh lebih baik-baik saja, apa Kenzo mau berjanji sama mamah?" tanya Heni dijawab anggukan kepala oleh Kenzo. "Kenzo akan janji kepada mamah asalkan mamah juga janji untuk sembuh," pinta Kenzo yang dijawab anggukan kepala oleh Heni. "Mamah minta jika nanti mamah sudah gak ada, Kenzo hidup yang baik dan penurut ya sama om Ammar, mulai sekarang Kenzo mamah titipkan sama om Ammar, apakah Kenzo bersedia?" tanya Heni membuat tangis Kenzo semakin pecah. Kenzo memberontak ketika tau keinginan Heni, maunya Kenzo tetap hidup bersama Heni sampai selamanya. "Tidak ada manusia yang hidup selamanya, sayang, semua yang lahir sudah digariskan meninggal, mungkin sebentar lagi waktunya bagi mamah meninggalkan Kenzo di dunia ini tapi percayalah jika di alam sana nanti mamah akan selalu mengawasi Kenzo dengan baik," ucap Heni berlinang air mata. "Janga
Hari demi hari telah dilewati dengan begitu cepat, ternyata ucapan Ammar waktu itu memang benar adanya. Sekarang ia lebih sering ke sini dan menghabiskan waktu dengan Kenzo. Heni merasa senang karena kini Kenzo bisa mendapatkan kasih sayang seorang ayah yang sesungguhnya, dulu sebuah kasih sayang yang diinginkan Kenzo adalah hal paling berat bagi Heni karena mustahil baginya untuk mengemis kepada Lukman, sebelum akhirnya Heni tau bahwa Kenzo adalah anak kandung Ammar. Kini tanpa perlu Heni mengemis pun sebuah perhatian yang diinginkan Kenzo datang dengan sendirinya, setidaknya kini doa Heni terjawab sudah. Tuhan memang terlalu baik kepadanya karena sudah banyak kebaikan demi kebaikan yang diberikan kepada Heni namun dirinya malah sering lalai dalam menjalankan kewajiban. "Terima kasih sudah menepati janji dengan mengunjungi Kenzo lebih sering, dulu, Kenzo sangat menginginkan bagaimana rasanya disayangi oleh Ayah, Kenzo juga menginginkan sebuah
Sudah beberapa hari ini Ino melihat anaknya selalu murung seperti tak ada lagi semangat hidup, bahkan pekerjaan di kantor pun menurun dan banyak sekali yang membatalkan kerja sama karena kurang puas dengan kinerja Ammar. Jika dibiarkan akan semakin buruk ke depannya, makanya itu Ino meluangkan waktu untuk berbincang empat mata bersama anaknya itu. "Hal apa yang sedang menggangu pikiranmu?" tanya Ino tak mau basa-basi. "Gak ada, Pah, hanya lagi capek saja," jawab Ammar berbohong. "Jangan berbohong, Papah tau kamu sedang menyembunyikan sesuatu, bahkan kamu bawa masalah itu dalam dunia bekerja, apa kamu sadar? Banyak yang membatalkan kerja sama karena mereka mengeluh kinerja kamu kurang baik akhir-akhir ini," bantah Ino. "Lebih penting perusahaan daripada anak kamu sendiri, Pah? Dari dulu selalu perusahaan yang di nomor satukan," sindir Ammar tersenyum miris. "Bukan begitu, masalah apa yang sedang kamu alami sampai kamu t
Rona bahagia juga terpancar di wajah cantik Amalia, setelah itu Amalia mencium tangan Alan sebagai bentuk bakti kepada suami. Tak mau melewatkan momen, untuk mengungkapkan kebahagiaannya, Alan mencium kening Amalia dengan penuh penghayatan. "Woi tahan woi, masih ada kita dan pak penghulu disini," celetuk Dafa membuat suasana yang tadi sempat tegang kini menjadi gelak tawa. Alan menahan malu karena sindiran temannya itu, Amalia juga tersipu malu hingga pipinya merah merona. "She's mine, makanya nikah biar gak nyindir mulu," sindir Alan membuat Dafa manyun. Ditengah suasana khidmat pernikahan Alan dan Ammar, ada salah satu penyusup yang ikut menyaksikan momen itu. "Alan juga mantan istrinya anda hari ini melangsungkan pernikahan, bos," ucap seseorang yang mengirim bukti foto serta video kepada Ammar. Melihat bukti yang dikirimkan seseorang kepadanya, membuat Ammar tak bisa menyimpan rasa amarahny
Sepekan kemudian, Seno sudah di perbolehkan untuk pulang, sesuai kesepakatan yang sudah dibuat, kedua orang tua Alan mendatangi rumah Amalia untuk menentukan hari baik sekaligus melamar secara resmi. Tak ada suguhan mewah karena kondisi yang masih seperti ini tidak membuat keluarga Alan tersinggung, justru pihak dari Alan malah meminta maaf karena terkesan terburu-buru, semua ini karena Alan yang selalu mendesak kedua orang tuanya untuk mendatangi rumah Amalia. Alan takut jika nantinya Amalia berubah pikiran lalu kembali ke pelukan Ammar, ia tidak menginginkan itu terjadi. "Maaf ya, Pak, Bu, kalau kedatangan kami terkesan mendadak," ucap Eko sungkan. "Tidak apa-apa justru kami yang minta maaf, semua jadi terhambat karena saya masuk rumah sakit," jawab Seno juga sungkan. Lalu kedua keluarga terlibat obrolan ringan dulu sebelum menuju inti pertemuan. Setelah basa-basi dirasa selesai, kini Eko mengutarakan maksud dan tuju
Karena sudah ada Alan di sini, Seno meminta keduanya mendekat. Alan yang merasa akan ada sesuatu yang terjadi memilih mengikuti alur saja, terlebih dirinya sudah mempersiapkan jauh-jauh hari. "Berhubung kalian sudah datang, bapak akan mengatakan kalau bapak merestui Alan sebagai calon suamimu, sedari dulu Alan sudah mencintaimu nyatanya ketika tau kamu janda pun dia tidak mundur, sekarang semua bapak serahkan kepadamu, Amalia, bagaimana kamu akan memberikan kepastian kepada Alan, jangan terus kamu gantung perasaan seseorang, bapak yakin Alan pria terbaik," ucap Seno dengan suara lemah sambil menyatukan tangan Alan juga Amalia. Mendengar jawaban dari bapaknya membuat Amalia tidak bisa menahan air matanya, dengan suara bergetar, Amalia mengatakan jawaban yang selama ini sudah ia pikirkan dengan matang. "Jika orang tuaku saja dengan mudahnya setuju denganmu, kenapa tidak denganku? Aku menerima lamaran darimu, Alan, tapi aku mohon jangan sakiti aku seperti apa y
Karena sudah ada Alan di sini, Seno meminta keduanya mendekat. Alan yang merasa akan ada sesuatu yang terjadi memilih mengikuti alur saja, terlebih dirinya sudah mempersiapkan jauh-jauh hari. "Berhubung kalian sudah datang, bapak akan mengatakan kalau bapak merestui Alan sebagai calon suamimu, sedari dulu Alan sudah mencintaimu nyatanya ketika tau kamu janda pun dia tidak mundur, sekarang semua bapak serahkan kepadamu, Amalia, bagaimana kamu akan memberikan kepastian kepada Alan, jangan terus kamu gantung perasaan seseorang, bapak yakin Alan pria terbaik," ucap Seno dengan suara lemah sambil menyatukan tangan Alan juga Amalia. Mendengar jawaban dari bapaknya membuat Amalia tidak bisa menahan air matanya, dengan suara bergetar, Amalia mengatakan jawaban yang selama ini sudah ia pikirkan dengan matang. "Jika orang tuaku saja dengan mudahnya setuju denganmu, kenapa tidak denganku? Aku menerima lamaran darimu, Alan, tapi aku mohon jangan sakiti aku seperti apa y
Setelah mendengar jawaban dari Alan justru membuat mood Amalia memburuk. Akhirnya mereka saling diam dalam perjalanan. Kebetulan supir yang disewa Alan adalah temannya sendiri jadi dia sudah tau sedikit perihal masalah yang menimpa mereka berdua. Jika dia jadi Alan mungkin tidak akan kuat untuk terus mempertahankan cintanya yang tak pernah dianggap. "Namanya dua orang saling mencintai tidak selamanya selalu bersatu, terkadang mereka ditakdirkan untuk saling menyakiti meskipun di hati tersimpan perasaan yang sangat rapi, tidak semua dua insan yang saling mencintai itu bisa bersatu, banyak dari mereka berakhir sama-sama memiliki pasangan sembari menyimpan perasaan untuk orang yang ia cintai karena mereka sadar jika bersatu yang ada hanya saling melukai, tak hanya itu, banyak juga dari mereka yang berakhir dengan takdir berbeda alam, itu hal yang paling menyakitkan, mencintai namun alam memisahkan mereka, itu adalah level mencintai paling dramatis dan trag
Alan mengalami mimpi dimana dia juga Amalia sedang bertengkar hebat karena masalah Ammar, berulang kali Alan meyakinkan pujaan hatinya jika hanya dirinya lah yang terbaik bagi Amalia hingga akhirnya Amalia luluh juga. Ketika Alan terbangun, dia merasa sedih karena semua hanyalah mimpi semata, mimpi yang kebanyakan orang mengatakan hanyalah bunga tidur namun kenapa di dalam mimpi rasanya seperti kenyataan? Alan tidak menampik jika dirinya menginginkan mimpi itu menjadi kenyataan, bertahun-tahun menyimpan rasa dengan wanita yang sama itu tidaklah mudah. Bahkan ketika Amalia sudah resmi bercerai pun, Alan tak juga mampu meluluhkan hati Amalia, sungguh mengenaskan sekali nasib percintaannya. Hingga terbesit dalam pikirannya untuk menyudahi perasaan ini terhadap Amalia setelah itu ia akan membuka hati untuk wanita lain, tapi akankah itu semua berhasil? Ketika sedang melamun, Amalia menelpon, sebuah kebetulan yang tidak di sengaj