Nostalgia
Tiara berjalan menuju rumahnya, ditemani rintik hujan. Badannya sudah mulai lemah, mungkin ia akan sakit. Ditambah beban pikiran yang ada dalam benaknya. Membuat ia semakin drop.
Lima menit kemudian. Tiara sampai rumah. Para penjaga rumah membukakan gerbang untuknya. Gerbang yang menjulang tinggi sekitar 3 meter. Ibu dan ayahnya sudah menanti didepan pintu istananya.
"Sudah ayah bilang, kalau kemana-mana diantar saja pakai mobil. Sekarang kamu jadi basah kuyup kan."
Tiara hanya diam dan masuk kedalam rumah. Masuk ke kamar mandi dan berendam air hangat di bedtubenya. Kegiatan ini bisa menghilangan penat dalam hidupnya. Meringankan beban pikirannya dan menghilangan rasa linu karena terkena air hujan.
Setelah selesai mandi. Dia langsung masuk kamar dab tidak keluar lagi. Ayah dan ibunya panik. Mereka pun menggedor kamar Tiara.
"Tok ... tok ... tok"
"Sayang ... buka pintunya!"
Tanpa sahutan. Orang tuanya membuka pintu. Ternyata tidak di kunci. Ibunya tahu betul, pasti ia seperti ini gara-gara memikirkan hubungannya dengan pria miskin itu. Jadi ibunya berusaha memberi pengertian padanya.
"Dengarlan ibu ... kamu itu cantik, sarjana. Banyak lelaki bertitel dan berseragam dinas yang ingin bersanding denganmu. Kamu sudah terbiasa hidup enak dan serba berkecukupan selama ini. Kalau kamu nikah dengan Tomi yang miskin itu. Kamu akan sengsara. Percaya deh ucapan ibu. Semua orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya."
"Tomi itu bahkan pengangguran. Mau kasih makan apa nanti? Jangan sampai menyesal di kemudian hari," ayahnya mulai menambahkan penjelasan.
Tiara hanya membisu dan terus menangis. Sulit rasanya. Dia sedang dimabuk cinta. Ucapan yang benar pun selalu di anggapnya salah. Karena dia selalu merasa hanya perasaannya yang benar. Tiara tidak memperdulikan nasihat dari orang tuanya itu. Dia malah memejamkan matanya. Ibu dan ayahnya memahami dan mulai meninggalkan Tiara seorang diri di dalam kamarnya yang luas dan mewah itu.
***
Sa'at memejamkan mata. Tiara teringat semua kenangan manis bersama Tomi. Sebelas tahun bukan waktu yang singkat. Banyak hal yang mereka lalui bersama. Ini sangat berat bagi mereka berdua.
Sebelas tahun lalu.
Setelah perkenalan mereka di ruang tunggu pendaftaran. Tiara di pertemukan lagi dengan Tomi dalam satu kelas. Yaitu kelas 7A. Kelas ini berisi kumpulan siswa siswi pintar. Ini sekolah elit. Tapi Tomi bisa masuk kesini karena dirinya pintar dan mendapat beasiswa. Sehingga dapat program sekolah gratis.Di sekolah elit ini pun sama seperti sekolah lainnya. Mengadakan kegiatan MOS sebelum resmi menjadi siswa SMP. Banyak hal yang perlu di bawa untuk persyaratan masa orientasi siswa ini. Tomi tidak sanggup membelinya. Tentu saja hal ini membuatnya mendapatkan hukuman.
Tiara melihat kearah Tomi yang sedang di caci maki oleh kakak kelas. Namun Tomi hanya diam membisu, tertunduk malu. Ia merasa menjadi orang termiskin di kelas ini. Tapi ia tetap semangat. Karena niatnya untuk menuntut ilmu bukan untuk saling pamer harta.
Menyaksikan drama ini, sangat menyedihkan bagi Tiara. Karena hanya Tomi yang di hukum karena tidak membawa persyaratan MOS berupa makanan ringan yang harganya mahal-mahal. Tiara langsung angkat suara dan mengangkat tangannya ke atas.
"Kak ... saya juga tidak bawa persyaratannya."
Dia mulai berbohong agar bisa dihukum berdua bersama Tomi.
"Baiklah. Kalian berdua setelah selesai acara MOS. Wajib membersihkan WC sekolah!!!"
Dengan senang hati Tiara dan Tomi menerima hukumannya.
Pulang sekolah mereka bercanda ria sambil asik membersihkan WC sekolah yang lumayan luas. Namun tidak terasa lelah. Malah seru.
Mereka saling ciprat air. Tertawa terbahak. Senyuman manis tiara sepanjang waktu selalu merekah. Membuat jantung Tomi kecil berdegup kencang.
Jatuh cinta!!!
Tomi benar-benar jatuh cinta pada sosok Tiara kecil yang sangat baik dan berhati tulus. Bahkan Tiara tidak malu berteman dengan Tomi yang tidak sederajat itu. Hal ini membuatnya semakin mengangumi Tiara.
***
Kenangan lainnya yaitu sa'at Tiara mulai merasa jatuh cinta dan ingin selalu bersama Tomi.
Hari ini, Tiara pamit berangkat sekolah lebih pagi dari biasanya. Karena ia sudah tidak sabar ingin bertemu Tomi. Dengan alasan ada piket. Ayah mengantarkan putri semata wayangnya itu sampai depan gerbang sekolah.
Tiara menunggu di kelas. Terus menunggu kedatangan Tomi. Sayangnya sampai bel jam pertama berbunyi Tomi belum juga datang. Rupanya Tomi datang terlambat. Katanya dia tidak punya ongkos untuk naik angkutan umum. Jadi dia harus berjalan kaki menuju sekolah. Perutnya yang lapar, ditambah rasa lelah karena perjalanan jauh. Membuat kepala Tomi pusing.
"Aku pikir kamu tidak sekolah hari ini. Aku khawatir."
"Aku pasti sekolah. Aku takut kamu menangis lagi seperti minggu lalu. Waktu aku ijin sekolah," jawab Tomi.
"Kamu terlihat pucat. Apa kamu sakit? pasti kamu belum sarapan lagi seperti hari-hari lalu."
Tomi hanya manggut. Tiara mulai bangun dari tempat duduknya dan mengantar Tomi ke UKS.
"Ayo berbaring!! Beristirahatlah di kasur ini. Aku akan mengambilkan air hangat dan membelikan sarapan untuk mu," perintah Tiara kecil pada Tomi.
Mata Tomi berkaca-kaca. Terharu. Tiara begitu peduli padanya. Padahal dia hanya orang miskin. Bahkan teman-teman lain lun enggan bergaul dengan Tomi. Dia sangat bersyukur pada Tuhan. Karena telah mempertemukannya dengan gadis imut nan cantik ini. Rasanya Tomi sudah tidak kuat lagi membendung perasaannya.
Tiara datang membawakan air hangat dan sarapan.
"Terimakasih. Aku sangat menyayangimu Tiara," sambil menyentuh pipi lembutnya.
Tiara tersipu malu. Namun sangat girang. Akhirnya setelah satu bulan mereka berteman. Tomi mengungkapkan perasaannya juga.
***
Setelah peresmian hubungan itu. Mereka semakin sering berdua. Kekantin berdua. Belajar bersama berdua. Main berdua. Kemanapun berdua. Tidak peduli teman-teman disekelilingnya membuli. Bahkan mengolok-olok kedekatan mereka.
Momen indah lainnya yang mereka alami yaitu sa'at mereka dihadapkan dengan pelajaran seni. Tiara yang tidak bisa main musik. Akhirnya merasa tenang. Karena Tomi bisa mengajarinya. Ya!!! Tomi sangat jago main gitar dan alat musik lainnya.
Waktu itu sedang turun hujan deras. Tomi mengajari Tiara bermain gitar. Tomi menyentuh jemari Tiara untuk menekan senar-senar gitar. Namun Tiara sperti kesulitan. Akhirnya Tomi pun memeluk dari belakang untuk mengajarinya. Sangat romantis. Aroma tubuh Tiara yang harum. Membuat Tomi ingin sekali mengecup pipinya yang lembut. Tapi ia tidak berani, hanya bisa mencium aroma rambutnya yang sangat harum.
Sekejab mereka lupa kalau masih anak ingusan. Adegannya seperti di acara sinetron yang diperankan oleh orang dewasa.
Kemesraan itu berakhir ketika Putri teman sekelas Tiara meminta Tomi untuk mengajarinya juga.
"Tomi gantian dong! aku juga mau diajarin main gitar."
Sontak ucapannya itu membuat hati Tiara terbakar. Ini pertama kalinya Tiara merasa cemburu. Tiara memegang erat tangan Tomi dan berharap Tomi menolak permintaan cewek genit itu.
"Ayo bawa aku pergi!!! aku ingin selalu bersama kamu."***Dua hari kemudian. Setelah Tiara merasa membaik dan sehat kembali. Dia menemui Tomi. Sebelas tahun bukan waktu yang singkat. Hampir tiap hari Tiara berkunjung kerumah Tomi, karena memang rumah mereka lumayan dekat. Hanya beda kecamatan. Perjalanan dari rumahnya menuju rumah Tomi sekitar 15 menit.Tentu saja keluarga besar Tomi sudah tahu dan hafal dengan problem mereka. Hanya saja mereka tidak berani menegur. Hanya bisa diam menyaksikan hubungan terlarang mereka. Sebagai keluarga hanya bisa mendukung keinginan anaknya.Setelah sampai rumah Tomi. Tiara langsung masuk tanpa rasa canggung. Sudah seperti rumahnya sendiri. Kebetulan ada ibu dan ayah Tomi yang sedang duduk di ruang TV. Langsung menyapa,"Kata Tomi kamu sakit? sudah sembuh? kamu sudah kasih kepastian belum pada Tomi?""Sudah sehat bu. Ia ini mau bertemu Tomi untuk kasih kepastian," jelas Tiara sambil mengecup telapak tangan
Jiwa dan Ragaku terpisah"Apa aku sudah mati? dimana aku?" Tiara menengok kearah kanan dan kiri. Dia sangat terkejut melihat jiwanya terlepas dari raganya.***Tomi langsung masuk kedalam gubug reotnya. Masuk kekamar dan mengambil HPnya. Ternyata benar yang ibunya katakan. Ada 20 panggilan tidak terjawab dari Tiara."Ada apa menelpon? bukannya tadi sudah bertemu," tanya Tomi pada hati kecilnya.Jari jemari Tomi langsung memencet Tombol memanggil Tiara. Berdering. Tandanya aktif. Beberapa detik kemudian, diangkat."Selamat malam. Apa benar ini Tomi?" tanya seorang laki-laki yang terdengar dari ponsel Tiara."Ia pak betul. Ada apa yah tadi memanggil?" tanya Tomi."Tiara sedang koma. Sudah seminggu lalu. Tapi malam ini dia mengigau memanggil nama Tomi. Jadi kami mencari tahu nama itu lewat kontak HP nya. Bisa kamu kerumah sakit sekarang? alamatnya akan saya kirimkan lewat pesan."Panggilan itu berakhir sebelum T
Tomi berbaring dikasur bututnya. Baru saja ia akan memejamkan matanya. Tiba-tiba Tiara datang mengejutkannya. Dia benar-benar mirip hantu. Datang dan pergi sesuka hati. "Tomi ... temenin aku ngobrol dong!" sapa Tiara dengan nada manjanya. "Kamu ... ngapain kamu masih berkeliaran. Aku mohon kembali pada ragamu. Aku ingin lihat kamu sembuh seperti dulu," Tomi memohon dengan mata yang berkaca-kaca. "Aku sudah berusaha kembali ketubuh ku. Tapi tidak bisa. Mungkin karena aku tahu. Sekalipun aku sembuh, kita tidak bisa bersama. Ibu sangat keras. Jadi lebih baik aku tidak hidup." Mereka menghabiskan malam berdua dikamar Tomi yang sangat sempit. Namun Tiara bahagia. Setidaknya impiannya bisa keluar malam dan bersama Tomi memandang bintang dimalam hari sudah terwujud. Tiara bercerita satu hal rahasia besar pada Tomi. Yang selama belasan tahun ini ia pendam. Mengenai ibu Tiara. Ibu yang selama ini ia hormati, ternyata bukan ibu kandung Tiara. Tentu saja
"Kenapa ibu selalu melarang hubungan kita? kenapa ayah selalu nurut dengan ucapan ibu? Kenapa aku selalu kesulitan berbicara dengan ayah? aku akan cari tahu sendiri."***Tiara masih belum bisa kembali pada tubuhnya. Dia masih sibuk berkeliaran memecahkan permasalahannya selama ini. Malam ini dia pulang kerumahnya. Melewati gerbang kokoh yang tergembok rapat. Menembus dinding istana megahnya. Dia bisa melewatinya tanpa harus meminta satpam membukakan pintu.Diruang keluarga ayah dan ibunya sedang berdiskusi membicarakan Tiara."Sampai kapanpun ibu tidak mau punya mantu miskin! si Tomi itu nanti akan menjadi parasit bagi kita. Ibu tidak mau harta ayah nantinya dirampas dia," protes ibu pada ayah Tiara."Ya sudah. Ayah nurut saja apa kata ibu."Tiara kesal sekali menyaksikan drama ini. Rupanya dalam keadaan sekaratpun, ibu tirinya tidak peduli perasaan Tiara.Setelah ayah pergi menuju kamar dan meninggalkan ibu
"Saya akan mencoba santet gagak hitam sekali lagi kii! Yang kemarin belum berhasil. Tiara belum meninggal. Malah sekarang dia sudah siuman dari komanya. Saya mohon bantu saya lagi aki siliwangi!!!"***Ibu tiri mulai geram dan sangat murka melihat Tiara siuman. Usahanya menyewa jasa santet ternyata gagal. Dia mencari jasa santet terampuh melalui media sosial. Secara online dia berkomunikasi dan bernegosiasi masalah harga.Dia tidak bodoh. Banyak penipuan di media sosial baru-baru ini yang viral terjadi. Salah satunya saat ibu tiri menyewa jasa pelet online minggu lalu. Uang sudah ia transfer, Namun nomor HPnya malah diblokir. Pelet tidak dilaksanakan dan uangpun hilang.Namun kasus teetipunya ibu tiri ini tidak membuatnya kapok. Malah dia membuatnya pelajaran. Agar lebih pintar dan berhati-hati lagi. Kali ini dia akan menyewa jasa santet lagi di aki siliwangi. Dia sangat percaya pada aki karena dia sudah tahu tempatnya.Wala
Tomi terpaksa meninggalkan motor bututnya di rumah. Dia harus pergi ke Majalengka mencari ibu kandung Tiara. Berbekal tabungannya yang tidak seberapa, itupun hasil bobok celengan ayamnya yang sudah hampir 2 tahun ia kumpulkan. Tanpa minta belas kasih dan balas budi. Dia pergi niat ibadah dan membantu permasalahan kekasih hatinya.Tomi harus menaiki beberapa tranaportasi untuk menuju alamat itu. Dari rumah meuju jalan raya, ia diantar ayahnya menggunakan motor butut milik Tomi. Kemudian dia menunggu bus datang. Ia berdiri di halte bus seorang diri. Tidak menunggu lama, bus pun datang. Ini bukan pertama kalinya dia berpergian.Bisa dibilang Tomi pemuda yang aktif. Dia sering ikut acara tour keagamaan. Karena profesi dia kan sebagai marbot masjid. Selain tugas utamanya membersihkan masjid. Dia juga Sering membantu Pak Ustad dalam mempersiapkan acara-acara dimasjid dan acara tour ibu jamiyahan.Setelah sampai dia harus naik angkot jurusan yang berbeda
"Aku talak kamu sekarang juga!" ucap ayah Tiara penuh kesal."Silahkan. Tapi serahkan dulu semua harta kamu. Kalau tidak! aku akan membuat putri kamu lebih menderita lagi!" ancam Anita, istri mudanya.***Tiara hanya bisa berbaring di kasurnya. Dia lumpuh. Dia hanya bisa meneteskan air mata. Namun, semangatnya untuk sembuh begitu kuat. Dia berusaha menggerakan bibirnya agar dapat bicara.Tomi pun datang. Langsung menangis meminta maaf. Harusnya dia turuti semua keinginan Tiara. Tomi janji kalau nanti Tiara sembuh. Dia akan turuti semua kemauan Tiara. Tidak akan menolaknya lagi. Sekali pun Tiara meminta untuk nikah lari. Tomi akan laksanakan."Kamu pasti sembuh! aku akan bacakan ayat-ayat suci untuk kamu."Tomi fokus mengaji. Sementara ayah di rumah sedang bertengkar dengan istri mudanya."Aku talak kamu sekarang juga!" ucap ayah Tiara penuh kesal."Silahkan. Tapi serahkan dulu semua harta kamu. Kalau tid
Masih suasana duka. Hujan deras pun turun menyelimuti kota. Tiara sudah kembali pulang pada Tuhannya di usianya yang genap 26 Tahun. Keegoisan orang tua membuatnya pergi sebelum merasakan bahagianya pernikahan. Penantian panjang Tomi pun sia-sia.Tomi membelai rambut Tiara untuk yang terakhir kalinya. Selimut putih pun mulai dokter tutupkan keseluruh tubuh Tiara. Dokter membawa Tiara pergi dari ruang rawat itu dan mulai memandikannya. Benar-benar Kisah yang sangat pilu.Tomi menuju musholah rumah sakit. Dia datang pada Tuhannya dan memohon ampun. Atas kekhilafannya selama ini. Atas yang mereka lakukan selama ini. Harusnya mereka tidak berlarut-larut dalam zinah selama belasan tahun. Akhirnya mereka tidak bisa bersama.Tomi yang selaku marbot masjid dan paham tentang agama. Selalu menutup mata dan hatinya. Padahal dia tahu pacaran itu adalah perbuatan dosa besar. Karena dalam agamanya, haram hukuknya laki-laki dan perempuan yang belum ma
Rangga ingin sekali mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari Rara, karena Rangga tahu kalau Rara adalah gadis yang baik. Baginya, Rara adalah gadis spesial beda dari gadis-gadis lainnya. Rara gadis yang sopan terutama dalam perpakaian, sangat sederhana. Tidak seperti Lita, mantan kekasihnya dulu, selalu saja tampil seksi di depan umum. Di kampus, Rangga menjadi cowok populer karena ketampanannya dan ketahirannya. Banyak mahasiswi jatuh hati pada dirinya, tapi tidak dengan Rara. Rara sepertinya tidak jatuh hati pada Rangga. Sekata pun bahkan Rangga tidak pernah mendengar Rara memuji kepopulerannya. Bagi Rara, Rangga biasa saja. Ini yang membuat Rangga jatuh cinta padanya, Rara begitu cuek bahkan tidak peduli kalau Rangga menjadi orang nomor satu di kampus. Setelah pertengkaran itu, Rara pergi meninggalkan Rangga sendiri di depan gedung administrasi. Rasa benci Rara semakin menjadi-jadi karena tahu kalau Rangga benar-benar tidak punya hati, seenaknya saja menuduh Rara s
Dini pergi meninggalkan Rara dan Rara mulai berjalan kaki menuju cafe di sebrang jalan yang sedang membutuhkan pelayan. Rara berharap akan mendapatkan hasil yang baik kali ini.Setelah sampai di depan cafe, Rara membaca papan pengumuman di depan pintu cafe yang bertuliskan "Dibutuhkan!!! pelayan wanita". Pikirnya ternyata Dini benar memang ada lowongan kerja di cafe ini. Melihat gerak gerik Rara yang mencurigakan akhirnya pemilik cafe keluar dan menegur Rara."Permisi, ada yang bisa saya bantu?" tanya Ibu paruh baya dengan setelah baju tuniknya."Maaf mengganggu bu, sebetulnya saya sedang butuh pekerjaan," jawab Rara sopan."Kebetulan sekali, saya sedang mencari pelayan wanita kalau kamu mau, kamu bisa kerja membantu saya di cafe ini.""Tentu saja bu, saya mau," jawab Rara penuh semangat dan senyum bahagia."Perkenalkan Saya Anisa, Saya pemilik cafe ini. Mulai besok kamu boleh bekerja," kata Ibu Anisa sambil menjabat tangan Rara."Say
"Stop Pak!" kata Rara menyuruh supir angkutan umum untuk menurunkannya di depan kampus negeri. Rara turun dari angkutan umum dan memberikan ongkos kepada supir. Kemudian Rara berlari menuju ruang ujian seleksi penerima beasiswa di kampus negeri. Macetnya jalanan membuat dirinya terlambat datang, sehingga dia harus berlari dan terburu-buru menuju ruang ujian. Saat sampai parkiran kampus, Rara tidak sengaja menabrak cowok sombong dan emosional sehingga terjadi keributan. BRAK!!! "Kamu buta yah?! kalau jalan lihat-lihat dong!" teriak cowok emosional itu. "Maaf kak, saya sedang terburu-buru karena ingin ikut ujian," jawab Rara. "Oh ujian beasiswa bidik misi khusus untuk orang miskin itu? haha dasar gembel yah kamu! Pantas sih kelihatan dari pakaian yang kamu kenakan, kumuh!" ucapnya sambil tertawa terbahak meledek penampilan Rara. Rara kesal sekali dengan perlakuan cowok tengil itu. Rara berjanji di dalam hati untuk tidak akan memaafkannya
Sekuat apapun Dini menyembunyikan. Akhirnya orantuanya tahu juga kalau tentang keberadaan Candra. Sejak Candra kerja di sini, Dini merasa hidupnya jadi penuh mata-mata. Karena setiap Dini jalan dengan Candra pasti saja orangtua nya tahu.Waktu itu misalnya. Orangtua Dini tidak sengaja mampir ke tempat les dan ternyata motor Dini tidak ada. Sejak saat itu orangtuanya selalu curiga dan menyuruh orang-orang kepercayaannya unutk memata-matai anak gadisnya itu.Dini benar-benar merasa risih. Bahkan orangtuanya lupa kalau umur anaknya sudah 26 tahun. Masih saja seperti anak kecil selalu dikekang.Akhirnya saat liburan sekolah tiba. Dini memutuskan untuk pergi dari rumah mencari kebebasan. Dia menuliskan surat di secarik kertas yang bertuliskan,"Maaf yah Mamih Papih. Aku benar-benar sudah tidak sanggup dikekang seperti ini. Tidak apa kalau kalian tidak akan menganggapku anak lagi. Aku akan pergi. Dan jangan pernah salahkan Candra karena dia pun tidak akan tahu
Beda sekolah beda cerita. Di sekolah SMK swasta Dini terkenal paling sukses karirnya. Karena hanya dia yang nyabang di tiga sekolah dan beberapa bulan lalu, dia mendapat tawaran mengajar les bahasa inggris di suatu lembaga. Tentu saja Dini terima.Semua guru melihat Dini selalu banyak penghasilannya. Apalagi ngajar di tempat les honor selalu cair tiap bulan, tidak seperti di sekolah yang cairnya tiga bulan sekali. Mengandalkan dana bos.Waktu awal gajihan pun Dini sempat nangis, karena Di MA hanya dapat upah enam puluh ribu rupiah sebulan dan itu cairnya lama sekali."Mih sedih banget, Dini kuliah mahal-mahal masa honornya segini. Untuk bensin saja mana cukup belum lagi untuk jajan dan beli make up," keluh Dini sambil memamerkan tiga amplop honor dari berbagai sekolah."Dari MA dapet enam puluh ribu, dari SMP dapet seratus lima puluh ribu, dan dari SMK seratus dua puluh ribu," ucap Mamih sambil menghitung hasil kerja keras anaknya.Jelas saja Dini
Entahlah. Orangtuanya sangat tidak mendukung bakat menulis Dini. Katanya, untuk apa menulis seperti orang yang tidak punya masadepan. Dan selalu marah kalau Dini membaca novel. Katanya tidak penting, tidak berkualitas. Lebih baik baca berita.Orangtuanya hanya ingin Dini selalu patuh terhadap semua keputusan mereka. Sedikitpun Dini tidak pernah dikasih kebebasan untuk memilih apa yang dia suka.Hidupnya benar-benar terkekang. Hal apapun yang disukai Dini selalu salah dan tidak pernah didukung. Hati kecilnya selalu berteriak. Ingin menjadi penulis hebat dan karyanya akan ada ditoko buku ini, bahkan di toko buku sedunia.Selama satu jam setengah Dini mematikan ponselnya agar tidak dihubungi Aldi dan dia fokus membaca novel-novel kesukaannya."Rasanya aku ingin mengoleksi semua novel-novel yang aku suka dan aku akan membuat perpustakaan mini dirumah pribadiku nanti. Semoga Candra bisa membantuku untuk mewujudkan semua impianku kelak," rintih Dini pada diriny
Beruntungnya Dini, karena memiliki orangtua yang sangat peduli terhadapnya. Baru sehari dia jadi pengangguran, dia langsung dapat kerjaan baru. Mother tidak sengaja keceplosan bilang kalau jadi guru honor harus pake uang pelicin. Jadilah Papih meminta Dini untuk menemui kepala sekolah yang bisa bantu Dini untuk menjadi seorang guru honorer."Ayo siap-siap Din, Papih mau ketemu kepala sekolahnya!" perintahnya."Ngga usah Pih, lagian kita kerja itu untuk cari uang, bukan malah buang-buang uang Pih. Sayang uangnya kalau untuk nyogok Pih.""Ngga apa-apa, yang penting kamu bisa jadi guru!"Dini tidak bisa berbuat apa-apa, jadi dia menurut saja, seperti biasanya. Setelah Dini selesai menyiapkan berkas-berkas lamaran, Dini dan Papihnya menuju sekolah yang dituju untuk melamar.Setelah sampai sekolah ternyata Ibu Kepsek tidak ada, jadi Dini meminta nomor ponselnya pada security sekolah dan menghubunginya."Asslamaualaikum bu. Saya Dini bu mahasiswi
Dini menghela nafas panjang, dia yakin dia bisa melewati ujian demi ujian dalam hidupnya. Hampir saja dia ingin berhenti kerja gara-gara tidak nyaman. Tapi sebentar lagi akan gajian, jadi dia tidak ingin kerja kerasnya sia-sia hanya gara-gara gosip-gosip murahan.Gosip Dini sebagai wanita penggoda HRD pun menyebar ke seluruh penjuru gedung-gedung pabrik. Dini seperti artis yang sedang viral. Tiap dirinya berjalan kaki seorang diri, pasti siapapun yang melihatnya mencibir dan mengata-ngatainya."Oh jadi dia cewek yang sok cantik, yang menggoda HRD biar bisa naik jabatan? haha," ledek Ani karyawati pabrik bagian gudang.Semua teman-teman Ani pun tertawa sinis meledek Dini, Tapi Dini tidak peduli dan menganggapnya angin lalu saja.Di tengah kesendiriannya, Dini mulai menulis lagi. Dia ingin sekali menjadi penulis terkenal. Namun orangtuanya tidak pernah mendukungnya. Hanya Candra yang selalu mengerti bakat dan minat Dini. Candra bilang, buat saja dulu novel
Pikiran Rangga mulai liar. Dia berniat untuk melampiaskan hasratnya pada Caca, mumpung dia seorang diri di kosan. Kebetulan cuaca sedang hujan saat itu. Jadi Rangga meminta ijin untuk berteduh sebentar di kosannya."Haduh hujan!!! Ca aku numpang neduh dulu ya disini, bolehkan?""Boleh banget dong. Yuk masuk!" sambut Caca penuh kebahagiaan."Kamu ngekos sama siapa disini?""Sendiri.""Udah laha?""Baru 2 minggu lalu. Sejak aku pindah kerja kesini, jadi aku ngekos. Dulukan aku kerja di pabrik kaos kaki Bandung."Hujan bertambah besar. Rangga makin senang, dengan begitu dia bisa berlama-lama bersama Caca. Caca sibuk mempersiapkan minum dan mengambilkan beberapa cemilan untuk Rangga.Kosan Caca hanya ada satu kamar, Jadi Caca tidur dan masak disatu tempat. Hanya ada satu toilet mini berukuran 1 meter di kamar kosannya. Kosannya lumayan bebas, di pinggir jalan.Di dalam ruangan hanya ada satu kasur busa kecil berukuran 120cm