Masih suasana duka. Hujan deras pun turun menyelimuti kota. Tiara sudah kembali pulang pada Tuhannya di usianya yang genap 26 Tahun. Keegoisan orang tua membuatnya pergi sebelum merasakan bahagianya pernikahan. Penantian panjang Tomi pun sia-sia.
Tomi membelai rambut Tiara untuk yang terakhir kalinya. Selimut putih pun mulai dokter tutupkan keseluruh tubuh Tiara. Dokter membawa Tiara pergi dari ruang rawat itu dan mulai memandikannya. Benar-benar Kisah yang sangat pilu.
Tomi menuju musholah rumah sakit. Dia datang pada Tuhannya dan memohon ampun. Atas kekhilafannya selama ini. Atas yang mereka lakukan selama ini. Harusnya mereka tidak berlarut-larut dalam zinah selama belasan tahun. Akhirnya mereka tidak bisa bersama.
Tomi yang selaku marbot masjid dan paham tentang agama. Selalu menutup mata dan hatinya. Padahal dia tahu pacaran itu adalah perbuatan dosa besar. Karena dalam agamanya, haram hukuknya laki-laki dan perempuan yang belum ma
Suara adzan subuh terdengar sangat merdu. Tomi pun terbangun dari tidurnya. Hari ini dia tampak bersemangat sekali. Tentu saja, dia mulai bekerja hari ini. Dia menyiapkan baju putih dan celana kulot hitamnya. Setelah itu, dia pergi menuju kamar mandi. Membersihkan diri dan mengambil wudhu.Seperti biasanya. Tomi melakukan sholat subuh qobliyah 2 rokaat sebelum melaksanakan sholat wajib subuh. Selalu konsisten karena dirinya tahu pahala yang sangat besar yang akan didapat. Pahalanya melakukan sholat qobliyah subuh yaitu kebaikannya melebihi dunia dan seisinya.Setelah selesai melakasanakan sholat. Ibu memerintah Tomi untuk sarapan terlebih dahulu. Agar kerjanya fokus. Sarapan itu penting untuk memulai aktifitas. Tomi makan dengan lahap, ibu bahagia sekali. Anak semata wayangnya itu sudah lagi tidak terlihat murung. Sudah mau makan dan mau membuka lembaran baru."Assalamualaikum, Tomi pamit bu. Doain agar kerjaan Tomi lancar dan berkah ya bu!" pinta To
"Kenapa Rara begitu akrab dengan bapak HRD itu. Aku jadi cemburu!" keluh Tomi dalam hatinya.***lima jam berlalu Tomi bekerja. Belum juga Tomi menjawab pertanyaan Rara, waktu istirahat pun tiba. Rara pamit untuk makan siang dan begitu saja meninggalkan Tomi."Kok dia ngga ngajak aku makan siang bareng?" Tomi masih berhalusinasi kalau Rara itu adalah Tiara, pacarnya yang sudah meninggal beberapa minggu lalu.Sakit seperti menyayat hati. Biasanya Tiara sangat perhatian sekali, melayani Tomi makan siang seperti raja. Tomi masih belum bisa melupakan kenangan manis bersama kekasihnya itu. Jelas saja. Sebelas tahun mereka bersama. Mengukir indah kenangan manis. Pasti terasa amat sulit dilupakan.Tomi berjalan seorang diri menuju kantin. Dia benar-benar sangat membutuhkan sosok Tiara disampingnya. Belum juga lukanya pulih. Dia harus menyaksikan drama yang membuatnya membakar hati. Di kantin. Tidak sengajaTomi melihat Rara sedang makan siang berdua bersam
Terbitlah kekasih hidupku. Datang!!! Seperti matahari yang terbit dan menyinari bumi ini. Jadilah kekasih hidupku dan warnailah hari-hariku dengan cinta kasihmu. *** Rara berhasil membawa Tomi pulang dari rumah sakit Jiwa. Mereka berdiskusi di rumah orang tua Tomi. Rara menjelaskan pada orang tua Tomi. Kalau dirinya tidak bisa menikah dengan Tomi. Karena dia sudah bertunangan dengan bapak HRD. "Mohon maaf pak, bu. Saya sudah punya tunangan. Jadi saya tidak bisa menikah dengan Tomi. Tapi saya akan menemani hari-hari Tomi sampai dia sembuh." "Tidak apa-apa nak. Justru kami yang meminta maaf karena sudah lancang meminta kamu untuk menikah dengan Tomi. Terimakasih atas kebaikanmu." Sejak kejadian itu. Tomi dan Rara mulai akrab. Mereka menelpon satu sama lain. Memberikan semangat pada Tomi dan memberikan perhatian. Tomi mulai bangkit kembali. Hari-harinya mulai berwarna lagi. Tiara yang sudah lama mati seakan hidup kembali dalam sos
Salah Jurusan!!!Mungkin itu kata yang tepat untuk problemku saat ini. Aku tidak minat kuliah jurusan Bahasa Inggris, karena minatku di seni. Tapi sekarang malah berdiri ditengah-tengah gerombolan mahasiswi jurusan Bahasa Inggris. Aku benar-benar nyasar.Aku sangat tidak suka dengan Bahasa Inggris. Pelajaran yang aneh. Sangat susah dibaca. Tulisan dan cara baca sangat berbeda. Pengucapan yang sulit, membuatku malu untuk speak up. Ditambah dengan logat jawaku yang medok. Membuatku benar-benar malu menjadi mahasiswi jurusan Bahasa Inggris.Semua karena keinginan ayahku. Katanya, agar bisa bersaing di masa depan. Di jaman yang semakin canggih dan moderen ini, memiliki skill berbahasa inggris sangat penting. Bahkan menjadi point plus di dunia kerja. Aku hanya bisa nurut. Tapi keputusan itu justru membawa petaka bagiku. Karena diriku kesulitan mengikuti perkuliahan. Seperti terseret-seret karena memang bukan basic dan minatku. Bisakah aku bertahan di Jurusan Ba
"Aku pikir jadi anak kuliahan itu keren. Mirip adegan di sinetron-sinetron. Mahasiswa gagah dengan kemeja kotak-kotaknya dan mahasiswi cantik dengan setelan tunik modernnya. Tapi ternyata salah!!! Tidak disini. Tidak di kampus ini. Ini kampus agamis.Mahasiwanya pakai topi kopiah yang biasa para ustad gunakan untuk sholat. Celananya bukan jeans ketat tapi celana bahan yang cut bray menggantung di atas mata kaki. Bajunya bukan kemeja kotak-kota tapi baju koko. Memang begitu setelannya. Karena kebanyakan mahasiswa kampus ini adalah anak pondok.Begitupun mahasiswinya. Kebanyakan para santri wati jebolan pondok-pondok ternama. Jadi tidak heran kalau banyak gadis-gadis bercadar dan berkerudung panjang berkeliaran di kampus ini. Dini jadi merasa sedang berada di negri Arab Saudi.Apa cuma aku yang berasal dari orang awam? Tidak paham agama. Apalagi harus wajib memakai hijab. Walau terasa gerah kepala ini. Tapi aku tetap memakainya. Kalau tidak, bisa-bisa aku di drop
Hari Bahasa Baku di Kampus (khususnya di kelas Bahasa Inggris D)"Aku pikir, sifat identik dari anak-anak pondok itu cuek. Serius. Tidak suka bercanda. Tapi ternyata salah. Buktinya, si joko anak pondok tapi dia lucu. Hampir semua mahasiswa jurusan Bahasa Inggris ternyata lucu-lucu."Setelah pembelajaran mata kuliah reading selesai. Kelas Bahasa Inggris D mulai ramai bak pasar yang sedang menjual getuk seribu tiga. Suara tawa berserakan dimana-mana, teman-teman menghampiri Dini yang duduk santai sendiri. “Dikau tidak mengapa my sist ?” ledek Rahma dengan Bahasa bakunya.Semua mahasiswa Bahasa Inggris D terserang virus Bahasa baku. Dan bang kosma mulai mengklarifikasi bahwa hari ini adalah hari Bahasa baku khusus kelasnya.Sunnah muakkat, mendekati hukum wajib untuk speak Bahasa baku hari ini. Semua mahasiswa manggut-manggut setuju sama bang kosma. Kelas heboh, bak ada di keraton kasepuhan yang gunain Bahasa kromo inggil.Waktu istirahat,
Suara Adzan subuh mulai terdengar. Dini mulai bangkit dari tidurnya. Dan mulai merapihkan kamarnya. Yang kacau persis kapal pecah. Buku gambar, spidol, kertas, pulpen warna, spidol warna, pinsil, rautan, tissu, penggaris dan tas amburadul semua. Kemudian, dia beres-beres dan membantu ibunya karena ini hari libur kuliah.Dia bahagia karena bisa ngibulin adiknya seharian dan nyubit-nyubit pipinya. Sa’at pukul 14.30, ada tamu yang tidak diundang. “Assalamu’alaikum ...” suara salam berkoar ramai, karena tamu yang datang lumayan banyak. Ada lima perempuan dan lima laki-laki.Ibunya langsung membukakan pintu rumahnya. Pas dilihat tamunya laki-laki. Ibu hampir saja berniat membohongi mereka. Kalau anak gadisnya tidak ada dirumah.Namun, tiba-tiba suara sapa Susan menghapus niat buruk ibunya. Ibu pun memerintah Dini untuk menjamu teman-temannya diluar. Karena ruang tamu digunakan khusus untuk tamu penting saja kata ibu. Seperti pak polisi lalu lint
Pulang kuliah. Dini senyum-senyum sendiri seperti artis karbitan yang sedang promo pasta gigi. Ibunya langsung mikir negatif. Virus over perhatiannya menjalar kepenjuru tubuh sampai muncul virus baru, virus over khawatir !!!“Dini kamu tidak jatuh cinta, kan??” sindir ibunya yang melihat anak gadisnya mesam-mesem.“Tenang aja bu, aku tidak akan jatuh cinta !!” jawabnya sedikit ketus.Dini senyum terus lantaran teringat kejadian di kampus. Mawar ngibrit kabur dan menghindar sa’at bertemu mantan gebetannya yang duda beranak dua itu. Haha haaha haha.Liat kakaknya yang dungu diem merenung, si Sultan adik ciliknya tidak tega. Dia datang nemenin kakaknya yang usil itu sambil bawa cemilan favorit. “Kaaak, yagi apa nih? Yagi sejih ya? Niih tatan awain susuu-ummmbeel hehe,” hiburnya pake Bahasa balita dan sedikit Bahasa Inggris, karena Sultan tahu kakaknya kuliah ambil jurusan Bahasa Inggris.HAH!!! Dini kaget, langsun
Rangga ingin sekali mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari Rara, karena Rangga tahu kalau Rara adalah gadis yang baik. Baginya, Rara adalah gadis spesial beda dari gadis-gadis lainnya. Rara gadis yang sopan terutama dalam perpakaian, sangat sederhana. Tidak seperti Lita, mantan kekasihnya dulu, selalu saja tampil seksi di depan umum. Di kampus, Rangga menjadi cowok populer karena ketampanannya dan ketahirannya. Banyak mahasiswi jatuh hati pada dirinya, tapi tidak dengan Rara. Rara sepertinya tidak jatuh hati pada Rangga. Sekata pun bahkan Rangga tidak pernah mendengar Rara memuji kepopulerannya. Bagi Rara, Rangga biasa saja. Ini yang membuat Rangga jatuh cinta padanya, Rara begitu cuek bahkan tidak peduli kalau Rangga menjadi orang nomor satu di kampus. Setelah pertengkaran itu, Rara pergi meninggalkan Rangga sendiri di depan gedung administrasi. Rasa benci Rara semakin menjadi-jadi karena tahu kalau Rangga benar-benar tidak punya hati, seenaknya saja menuduh Rara s
Dini pergi meninggalkan Rara dan Rara mulai berjalan kaki menuju cafe di sebrang jalan yang sedang membutuhkan pelayan. Rara berharap akan mendapatkan hasil yang baik kali ini.Setelah sampai di depan cafe, Rara membaca papan pengumuman di depan pintu cafe yang bertuliskan "Dibutuhkan!!! pelayan wanita". Pikirnya ternyata Dini benar memang ada lowongan kerja di cafe ini. Melihat gerak gerik Rara yang mencurigakan akhirnya pemilik cafe keluar dan menegur Rara."Permisi, ada yang bisa saya bantu?" tanya Ibu paruh baya dengan setelah baju tuniknya."Maaf mengganggu bu, sebetulnya saya sedang butuh pekerjaan," jawab Rara sopan."Kebetulan sekali, saya sedang mencari pelayan wanita kalau kamu mau, kamu bisa kerja membantu saya di cafe ini.""Tentu saja bu, saya mau," jawab Rara penuh semangat dan senyum bahagia."Perkenalkan Saya Anisa, Saya pemilik cafe ini. Mulai besok kamu boleh bekerja," kata Ibu Anisa sambil menjabat tangan Rara."Say
"Stop Pak!" kata Rara menyuruh supir angkutan umum untuk menurunkannya di depan kampus negeri. Rara turun dari angkutan umum dan memberikan ongkos kepada supir. Kemudian Rara berlari menuju ruang ujian seleksi penerima beasiswa di kampus negeri. Macetnya jalanan membuat dirinya terlambat datang, sehingga dia harus berlari dan terburu-buru menuju ruang ujian. Saat sampai parkiran kampus, Rara tidak sengaja menabrak cowok sombong dan emosional sehingga terjadi keributan. BRAK!!! "Kamu buta yah?! kalau jalan lihat-lihat dong!" teriak cowok emosional itu. "Maaf kak, saya sedang terburu-buru karena ingin ikut ujian," jawab Rara. "Oh ujian beasiswa bidik misi khusus untuk orang miskin itu? haha dasar gembel yah kamu! Pantas sih kelihatan dari pakaian yang kamu kenakan, kumuh!" ucapnya sambil tertawa terbahak meledek penampilan Rara. Rara kesal sekali dengan perlakuan cowok tengil itu. Rara berjanji di dalam hati untuk tidak akan memaafkannya
Sekuat apapun Dini menyembunyikan. Akhirnya orantuanya tahu juga kalau tentang keberadaan Candra. Sejak Candra kerja di sini, Dini merasa hidupnya jadi penuh mata-mata. Karena setiap Dini jalan dengan Candra pasti saja orangtua nya tahu.Waktu itu misalnya. Orangtua Dini tidak sengaja mampir ke tempat les dan ternyata motor Dini tidak ada. Sejak saat itu orangtuanya selalu curiga dan menyuruh orang-orang kepercayaannya unutk memata-matai anak gadisnya itu.Dini benar-benar merasa risih. Bahkan orangtuanya lupa kalau umur anaknya sudah 26 tahun. Masih saja seperti anak kecil selalu dikekang.Akhirnya saat liburan sekolah tiba. Dini memutuskan untuk pergi dari rumah mencari kebebasan. Dia menuliskan surat di secarik kertas yang bertuliskan,"Maaf yah Mamih Papih. Aku benar-benar sudah tidak sanggup dikekang seperti ini. Tidak apa kalau kalian tidak akan menganggapku anak lagi. Aku akan pergi. Dan jangan pernah salahkan Candra karena dia pun tidak akan tahu
Beda sekolah beda cerita. Di sekolah SMK swasta Dini terkenal paling sukses karirnya. Karena hanya dia yang nyabang di tiga sekolah dan beberapa bulan lalu, dia mendapat tawaran mengajar les bahasa inggris di suatu lembaga. Tentu saja Dini terima.Semua guru melihat Dini selalu banyak penghasilannya. Apalagi ngajar di tempat les honor selalu cair tiap bulan, tidak seperti di sekolah yang cairnya tiga bulan sekali. Mengandalkan dana bos.Waktu awal gajihan pun Dini sempat nangis, karena Di MA hanya dapat upah enam puluh ribu rupiah sebulan dan itu cairnya lama sekali."Mih sedih banget, Dini kuliah mahal-mahal masa honornya segini. Untuk bensin saja mana cukup belum lagi untuk jajan dan beli make up," keluh Dini sambil memamerkan tiga amplop honor dari berbagai sekolah."Dari MA dapet enam puluh ribu, dari SMP dapet seratus lima puluh ribu, dan dari SMK seratus dua puluh ribu," ucap Mamih sambil menghitung hasil kerja keras anaknya.Jelas saja Dini
Entahlah. Orangtuanya sangat tidak mendukung bakat menulis Dini. Katanya, untuk apa menulis seperti orang yang tidak punya masadepan. Dan selalu marah kalau Dini membaca novel. Katanya tidak penting, tidak berkualitas. Lebih baik baca berita.Orangtuanya hanya ingin Dini selalu patuh terhadap semua keputusan mereka. Sedikitpun Dini tidak pernah dikasih kebebasan untuk memilih apa yang dia suka.Hidupnya benar-benar terkekang. Hal apapun yang disukai Dini selalu salah dan tidak pernah didukung. Hati kecilnya selalu berteriak. Ingin menjadi penulis hebat dan karyanya akan ada ditoko buku ini, bahkan di toko buku sedunia.Selama satu jam setengah Dini mematikan ponselnya agar tidak dihubungi Aldi dan dia fokus membaca novel-novel kesukaannya."Rasanya aku ingin mengoleksi semua novel-novel yang aku suka dan aku akan membuat perpustakaan mini dirumah pribadiku nanti. Semoga Candra bisa membantuku untuk mewujudkan semua impianku kelak," rintih Dini pada diriny
Beruntungnya Dini, karena memiliki orangtua yang sangat peduli terhadapnya. Baru sehari dia jadi pengangguran, dia langsung dapat kerjaan baru. Mother tidak sengaja keceplosan bilang kalau jadi guru honor harus pake uang pelicin. Jadilah Papih meminta Dini untuk menemui kepala sekolah yang bisa bantu Dini untuk menjadi seorang guru honorer."Ayo siap-siap Din, Papih mau ketemu kepala sekolahnya!" perintahnya."Ngga usah Pih, lagian kita kerja itu untuk cari uang, bukan malah buang-buang uang Pih. Sayang uangnya kalau untuk nyogok Pih.""Ngga apa-apa, yang penting kamu bisa jadi guru!"Dini tidak bisa berbuat apa-apa, jadi dia menurut saja, seperti biasanya. Setelah Dini selesai menyiapkan berkas-berkas lamaran, Dini dan Papihnya menuju sekolah yang dituju untuk melamar.Setelah sampai sekolah ternyata Ibu Kepsek tidak ada, jadi Dini meminta nomor ponselnya pada security sekolah dan menghubunginya."Asslamaualaikum bu. Saya Dini bu mahasiswi
Dini menghela nafas panjang, dia yakin dia bisa melewati ujian demi ujian dalam hidupnya. Hampir saja dia ingin berhenti kerja gara-gara tidak nyaman. Tapi sebentar lagi akan gajian, jadi dia tidak ingin kerja kerasnya sia-sia hanya gara-gara gosip-gosip murahan.Gosip Dini sebagai wanita penggoda HRD pun menyebar ke seluruh penjuru gedung-gedung pabrik. Dini seperti artis yang sedang viral. Tiap dirinya berjalan kaki seorang diri, pasti siapapun yang melihatnya mencibir dan mengata-ngatainya."Oh jadi dia cewek yang sok cantik, yang menggoda HRD biar bisa naik jabatan? haha," ledek Ani karyawati pabrik bagian gudang.Semua teman-teman Ani pun tertawa sinis meledek Dini, Tapi Dini tidak peduli dan menganggapnya angin lalu saja.Di tengah kesendiriannya, Dini mulai menulis lagi. Dia ingin sekali menjadi penulis terkenal. Namun orangtuanya tidak pernah mendukungnya. Hanya Candra yang selalu mengerti bakat dan minat Dini. Candra bilang, buat saja dulu novel
Pikiran Rangga mulai liar. Dia berniat untuk melampiaskan hasratnya pada Caca, mumpung dia seorang diri di kosan. Kebetulan cuaca sedang hujan saat itu. Jadi Rangga meminta ijin untuk berteduh sebentar di kosannya."Haduh hujan!!! Ca aku numpang neduh dulu ya disini, bolehkan?""Boleh banget dong. Yuk masuk!" sambut Caca penuh kebahagiaan."Kamu ngekos sama siapa disini?""Sendiri.""Udah laha?""Baru 2 minggu lalu. Sejak aku pindah kerja kesini, jadi aku ngekos. Dulukan aku kerja di pabrik kaos kaki Bandung."Hujan bertambah besar. Rangga makin senang, dengan begitu dia bisa berlama-lama bersama Caca. Caca sibuk mempersiapkan minum dan mengambilkan beberapa cemilan untuk Rangga.Kosan Caca hanya ada satu kamar, Jadi Caca tidur dan masak disatu tempat. Hanya ada satu toilet mini berukuran 1 meter di kamar kosannya. Kosannya lumayan bebas, di pinggir jalan.Di dalam ruangan hanya ada satu kasur busa kecil berukuran 120cm