Home / Romansa / MENANTI KEPASTIAN / BAB4 JIWA DAN RAGAKU TERPISAH

Share

BAB4 JIWA DAN RAGAKU TERPISAH

Author: Dwi Ayu Asri Bahari
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

 Jiwa dan Ragaku terpisah

"Apa aku sudah mati? dimana aku?" Tiara menengok kearah kanan dan kiri. Dia sangat terkejut melihat jiwanya terlepas dari raganya.

***

Tomi langsung masuk kedalam gubug reotnya. Masuk kekamar dan mengambil HPnya. Ternyata benar yang ibunya katakan. Ada 20 panggilan tidak terjawab dari Tiara. 

"Ada apa menelpon? bukannya tadi sudah bertemu," tanya Tomi pada hati kecilnya.

Jari jemari Tomi langsung memencet Tombol memanggil Tiara. Berdering. Tandanya aktif. Beberapa detik kemudian, diangkat.

"Selamat malam. Apa benar ini Tomi?" tanya seorang laki-laki yang terdengar dari ponsel Tiara.

"Ia pak betul. Ada apa yah tadi memanggil?" tanya Tomi.

"Tiara sedang koma. Sudah seminggu lalu. Tapi malam ini dia mengigau memanggil nama Tomi. Jadi kami mencari tahu nama itu lewat kontak HP nya. Bisa kamu kerumah sakit sekarang? alamatnya akan saya kirimkan lewat pesan."

Panggilan itu berakhir sebelum Tomi menjawabnya. Tomi hanya tertegun. Sangat rumit. Tiara sedang koma seminggu lalu. Jadi barusan yang berbincang dengan Tomi siapa? Tomi terus memikirkan hal yang tidak masuk akal itu.

Tubuh Tomi mulai lemas. Seperti tidak ada tulang. Dia berbaring di kasur kapuknya. Yang tingginya hanya dua centimeter saja. Tanpa ranjang.

Ibu dan ayah Tomi menghampirinya. Sempat menguping perbincangannya di telpon tadi.

"Tiara kenapa?" tanya ibunya membuka pembicaraan.

"Tiara koma seminggu lalu bu. Tapi anehnya. Tepat pukul 12 malam tadi baru saja kami ngobrol didepan rumah. Aneh sekali,"  Tomi berusaha menahan tangis.

"Yang sabar ya. Mungkin itu halusinasi kamu saja. Karena kamu terlalu rindu. Ayo kita jenguk sama-sama!" ayah berusaha menenangkan dan memberi solusi.

Tepat pukul 3 malam. Mereka sekeluarga menuju rumah sakit. Kebetulan alamatnya baru dikirim oleh keluaraga Tiara. Jadi Tomi baru bisa jenguk sekarang.

***

"Apa aku sudah mati? dimana aku?" Tiara menengok kearah kanan dan kiri. Dia sangat terkejut melihat jiwanya terlepas dari raganya.

Masih diruang rawat. Tubuhnya terbujur kaku seorang diri. Dihiasi oksigen, selang pernafasan dan aksesoris kedokteran lainnya. Tulang kepalanya nampak bekas jahitan. Seperti habis oprasi pada bagian kepalanya. Tiara bangun perlahan dari jasadnya. Dan mengamati dirinya yang terlisah dari raganya itu.

Tiara melihat telapak tangannya. Dia mulai mencoba menyentuh tubuhnya. Untuk kembali pulang. Namun tidak bisa. Bahkan arwahnya pun tidak bisa menyentuh raganya.

Dia masih penasaran. Mungkin ini hanya mimpi. Dia mulai berjalan melewati pintu yang tertutup rapat. Berhasil. Dia mampu menembusnya dengan baik.

"Ya Tuhan!! aku benar-benar sudah jadi hantu kah? bagaimana dengan Tomi. Aku belum kasih kepastian untuknya. Tuhan jangan ambil aku terlebih dahulu. Aku minta sedikit waktu lagi agar Tomi tenang mendapatkan kepastian dariku," rintihnya dengan tulus diiringi air mata yang bercucuran.

Sambil berjalan dilorong-lorong rumah sakit. Tiara berfikir keras. Kenapa dia bisa koma seperti ini? 

Kejadian terakhirnya adalah saat dia kabur dari rumah. Namun Tomi tidak setuju dengan keputusannya. Jadi dia kabur sendiri menghunakan angkutan umum. Tidak disangka angkutan umum itu mengalami kecelakaan dahsyat. Yang menewaskan seluruh penumpangnya. Kecuali Tiara. 

Mungkin Tiara juga sudah mati. Kalau saja semua alat-alat dokter dilepas. Tiara orang kaya. Jadi orang tuannya mampu memfasilitasi pengobatan anak semata wayangnya itu. Tidak seperti penumpang lain.

Tiara terus berjalan. Sampai akhirnya dia berhasil menemui Tomi tengah malam itu.

***

Tomi dan keluarga sudah datang dirumah sakit. Tampak kedua orangtua Tiara yang tiada henti menangis. Dan beberapa pengawal menjaga disekitar ruang tunggu dekat kamar rawatnya.

Tomi mencoba menyalami mereka. Tapi disambut cacian oleh ibunya Tiara.

"JANGAN SENTUH TANGANKU. BOCAH MISKIN!!!"

Sambil menahan isak tangis. Ibunya Tiara terus mengomel dan menyalahkan Tomi. 

"Semua gara-gara kamu! anak saya berubah jadi pembangkang sejak kenal kamu! bahkan berani kabur dari rumah gara-gara lebih memilih kamu. Tolong. Jauhi anak saya mulai dari sekarang!!"

Tomi dan keluarga meminta maaf dan berjanji akan menjauhinya. Sementara ayahnya hanya bisa diam. Menenangkan ibu Tiara yang sangat murka. Setelah seminggu akhirnya ia tahu sosok Tomi yang membuat anaknya celaka.

"Jadi mereka memintaku datang hanya untuk ini? mencaci maki dihadapan orangtua ku?" keluhnya dalam hati.

Tomi pamit dan melangkah pergi. Beberapa detik kemudian. Suster berteriak histeris karena Tiara sedang sakaratul maut. Detak jantunhnya mulai perlahan. Ibunya sangat panik,

"Tolong suster! Tolong Dokter! selamatkan anak semata wayang saya."

"Tolong panggilkan Tomi. Dia penyemangat hidup anak ibu. Tolong jangan egois dulu. Semua demi keselamatan Tiara. Biarkan Tomi menemani hari-hari yang sulit dilewati anak ibu ini. Sampai keadaan mulai membaik!" perintah pak dokter pada keluarga Tiara dengan sangat.

Para pengawal langsung berlari mengejar Tomi. Tomi yang sudah sampai parkiran. Terpaksa kembali lagi. Diijinkan masuk kedalam ruangan yang Tiara tempati.

Tomi duduk disamping Tiara. Dia mulai memegang tangan Tiara dan memgecupnya dihadapan orangtuanya dan orang tua Tiara.

"Aku datang Tiara ... bangunlah. Aku janji tidak akan menuntutmu lagi. Tidak akan meminta kepastian lagi.  kita akan terus sama-sama. Seperti keinginanmu. Tidak mengapa kalau harus backstreet lagi. Aku akan terima. Asal kamu nyaman dan bahagia."

Tiara masih belum merespon. Semua yang menyaksikan cemas. Tomi akhirnya meneteskan air matanya karena sangat takut kehilangan. Penantiannya belasan tahun. Harus berakhir seperti ini kah? 

"Sayang ... bangunlah!!! TERBITLAH KEKASIH HIDUPKU. Terbitlah seperti hari-hari lalu. Yang selalu menyinari hari-hariku. Membuatnya lebih berwarna. Aku tidak bisa tanpa kamu."

Berulang kali Tomi mengatakan terbitlah kekasihku. Tiba-tiba jemari Tiara bergerak. Seperti merespon. Detak jantung mulai normal. Semua yang menyaksikan merasa lebih tenang dari sebelumnya.

Dokter mulai memeriksa kembali. Keadaannya mulai membaik. Berulang kali dokter memperingati untuk tahan emosi agar Tiara stabil lagi. Tapi Ibu Tiara masih saja mencaci maki,

"Ingat ya! sampai matipun saya tidak akan sudi punya menantu kaya kamu. Setelah anak saya siuman lebih baik kamu pergi menjauh untuk selamanya!"

Tomi manggut tanda setuju. Tomi dan keluarganya pulang. Menahan pilu yang teramat dalam. Bahkan sedang keritispun orangtuanya masih keras kepala. Seperti tidak ingin melihat anaknya bahagia. Kasihan sekali Tiara. Pasti hidupnya sangat tertekan.

"Heran yah, masa seorang ibu ngga mau lihat anaknya bahagia," celetuk ibu Tomi saat masuk rumah.

"Bukan ibu kandungnya kali jadi setega itu sama anak. Udah tahu anak lagi kritis. Apa susahnya pura-pura merestui. Kalau keadaan sudah kembali normal ya terserah. Mau melarang kek. Mau menikahkan Tiara sama laki-laki laim yang kaya. Bodo amat!" balas ayah Tomi dengan nada yang sangat kesal.

"Maafin Tomi yah bu. Harusnya Tomi ngga jatuh cinta sama anak kolong merat. Kasihan Tiara. Semoga lekas membaik dan cepet sadar dari komanya."

***

Related chapters

  • MENANTI KEPASTIAN   BAB 5 RAHASIA BESAR

    Tomi berbaring dikasur bututnya. Baru saja ia akan memejamkan matanya. Tiba-tiba Tiara datang mengejutkannya. Dia benar-benar mirip hantu. Datang dan pergi sesuka hati. "Tomi ... temenin aku ngobrol dong!" sapa Tiara dengan nada manjanya. "Kamu ... ngapain kamu masih berkeliaran. Aku mohon kembali pada ragamu. Aku ingin lihat kamu sembuh seperti dulu," Tomi memohon dengan mata yang berkaca-kaca. "Aku sudah berusaha kembali ketubuh ku. Tapi tidak bisa. Mungkin karena aku tahu. Sekalipun aku sembuh, kita tidak bisa bersama. Ibu sangat keras. Jadi lebih baik aku tidak hidup." Mereka menghabiskan malam berdua dikamar Tomi yang sangat sempit. Namun Tiara bahagia. Setidaknya impiannya bisa keluar malam dan bersama Tomi memandang bintang dimalam hari sudah terwujud. Tiara bercerita satu hal rahasia besar pada Tomi. Yang selama belasan tahun ini ia pendam. Mengenai ibu Tiara. Ibu yang selama ini ia hormati, ternyata bukan ibu kandung Tiara. Tentu saja

  • MENANTI KEPASTIAN   Bab 6 Penyelidikan

    "Kenapa ibu selalu melarang hubungan kita? kenapa ayah selalu nurut dengan ucapan ibu? Kenapa aku selalu kesulitan berbicara dengan ayah? aku akan cari tahu sendiri."***Tiara masih belum bisa kembali pada tubuhnya. Dia masih sibuk berkeliaran memecahkan permasalahannya selama ini. Malam ini dia pulang kerumahnya. Melewati gerbang kokoh yang tergembok rapat. Menembus dinding istana megahnya. Dia bisa melewatinya tanpa harus meminta satpam membukakan pintu.Diruang keluarga ayah dan ibunya sedang berdiskusi membicarakan Tiara."Sampai kapanpun ibu tidak mau punya mantu miskin! si Tomi itu nanti akan menjadi parasit bagi kita. Ibu tidak mau harta ayah nantinya dirampas dia," protes ibu pada ayah Tiara."Ya sudah. Ayah nurut saja apa kata ibu."Tiara kesal sekali menyaksikan drama ini. Rupanya dalam keadaan sekaratpun, ibu tirinya tidak peduli perasaan Tiara.Setelah ayah pergi menuju kamar dan meninggalkan ibu

  • MENANTI KEPASTIAN   Bab 7 Santet Gagak Hitam

    "Saya akan mencoba santet gagak hitam sekali lagi kii! Yang kemarin belum berhasil. Tiara belum meninggal. Malah sekarang dia sudah siuman dari komanya. Saya mohon bantu saya lagi aki siliwangi!!!"***Ibu tiri mulai geram dan sangat murka melihat Tiara siuman. Usahanya menyewa jasa santet ternyata gagal. Dia mencari jasa santet terampuh melalui media sosial. Secara online dia berkomunikasi dan bernegosiasi masalah harga.Dia tidak bodoh. Banyak penipuan di media sosial baru-baru ini yang viral terjadi. Salah satunya saat ibu tiri menyewa jasa pelet online minggu lalu. Uang sudah ia transfer, Namun nomor HPnya malah diblokir. Pelet tidak dilaksanakan dan uangpun hilang.Namun kasus teetipunya ibu tiri ini tidak membuatnya kapok. Malah dia membuatnya pelajaran. Agar lebih pintar dan berhati-hati lagi. Kali ini dia akan menyewa jasa santet lagi di aki siliwangi. Dia sangat percaya pada aki karena dia sudah tahu tempatnya.Wala

  • MENANTI KEPASTIAN   Bab 8 Mencari Ibu Kandung Tiara

    Tomi terpaksa meninggalkan motor bututnya di rumah. Dia harus pergi ke Majalengka mencari ibu kandung Tiara. Berbekal tabungannya yang tidak seberapa, itupun hasil bobok celengan ayamnya yang sudah hampir 2 tahun ia kumpulkan. Tanpa minta belas kasih dan balas budi. Dia pergi niat ibadah dan membantu permasalahan kekasih hatinya.Tomi harus menaiki beberapa tranaportasi untuk menuju alamat itu. Dari rumah meuju jalan raya, ia diantar ayahnya menggunakan motor butut milik Tomi. Kemudian dia menunggu bus datang. Ia berdiri di halte bus seorang diri. Tidak menunggu lama, bus pun datang. Ini bukan pertama kalinya dia berpergian.Bisa dibilang Tomi pemuda yang aktif. Dia sering ikut acara tour keagamaan. Karena profesi dia kan sebagai marbot masjid. Selain tugas utamanya membersihkan masjid. Dia juga Sering membantu Pak Ustad dalam mempersiapkan acara-acara dimasjid dan acara tour ibu jamiyahan.Setelah sampai dia harus naik angkot jurusan yang berbeda

  • MENANTI KEPASTIAN   Bab 9 Permintaan Terakhir

    "Aku talak kamu sekarang juga!" ucap ayah Tiara penuh kesal."Silahkan. Tapi serahkan dulu semua harta kamu. Kalau tidak! aku akan membuat putri kamu lebih menderita lagi!" ancam Anita, istri mudanya.***Tiara hanya bisa berbaring di kasurnya. Dia lumpuh. Dia hanya bisa meneteskan air mata. Namun, semangatnya untuk sembuh begitu kuat. Dia berusaha menggerakan bibirnya agar dapat bicara.Tomi pun datang. Langsung menangis meminta maaf. Harusnya dia turuti semua keinginan Tiara. Tomi janji kalau nanti Tiara sembuh. Dia akan turuti semua kemauan Tiara. Tidak akan menolaknya lagi. Sekali pun Tiara meminta untuk nikah lari. Tomi akan laksanakan."Kamu pasti sembuh! aku akan bacakan ayat-ayat suci untuk kamu."Tomi fokus mengaji. Sementara ayah di rumah sedang bertengkar dengan istri mudanya."Aku talak kamu sekarang juga!" ucap ayah Tiara penuh kesal."Silahkan. Tapi serahkan dulu semua harta kamu. Kalau tid

  • MENANTI KEPASTIAN   Bab 10 Balas Dendam

    Masih suasana duka. Hujan deras pun turun menyelimuti kota. Tiara sudah kembali pulang pada Tuhannya di usianya yang genap 26 Tahun. Keegoisan orang tua membuatnya pergi sebelum merasakan bahagianya pernikahan. Penantian panjang Tomi pun sia-sia.Tomi membelai rambut Tiara untuk yang terakhir kalinya. Selimut putih pun mulai dokter tutupkan keseluruh tubuh Tiara. Dokter membawa Tiara pergi dari ruang rawat itu dan mulai memandikannya. Benar-benar Kisah yang sangat pilu.Tomi menuju musholah rumah sakit. Dia datang pada Tuhannya dan memohon ampun. Atas kekhilafannya selama ini. Atas yang mereka lakukan selama ini. Harusnya mereka tidak berlarut-larut dalam zinah selama belasan tahun. Akhirnya mereka tidak bisa bersama.Tomi yang selaku marbot masjid dan paham tentang agama. Selalu menutup mata dan hatinya. Padahal dia tahu pacaran itu adalah perbuatan dosa besar. Karena dalam agamanya, haram hukuknya laki-laki dan perempuan yang belum ma

  • MENANTI KEPASTIAN   Bab 11 Reinkarnasi

    Suara adzan subuh terdengar sangat merdu. Tomi pun terbangun dari tidurnya. Hari ini dia tampak bersemangat sekali. Tentu saja, dia mulai bekerja hari ini. Dia menyiapkan baju putih dan celana kulot hitamnya. Setelah itu, dia pergi menuju kamar mandi. Membersihkan diri dan mengambil wudhu.Seperti biasanya. Tomi melakukan sholat subuh qobliyah 2 rokaat sebelum melaksanakan sholat wajib subuh. Selalu konsisten karena dirinya tahu pahala yang sangat besar yang akan didapat. Pahalanya melakukan sholat qobliyah subuh yaitu kebaikannya melebihi dunia dan seisinya.Setelah selesai melakasanakan sholat. Ibu memerintah Tomi untuk sarapan terlebih dahulu. Agar kerjanya fokus. Sarapan itu penting untuk memulai aktifitas. Tomi makan dengan lahap, ibu bahagia sekali. Anak semata wayangnya itu sudah lagi tidak terlihat murung. Sudah mau makan dan mau membuka lembaran baru."Assalamualaikum, Tomi pamit bu. Doain agar kerjaan Tomi lancar dan berkah ya bu!" pinta To

  • MENANTI KEPASTIAN   Bab 12 Rumah Sakit Jiwa

    "Kenapa Rara begitu akrab dengan bapak HRD itu. Aku jadi cemburu!" keluh Tomi dalam hatinya.***lima jam berlalu Tomi bekerja. Belum juga Tomi menjawab pertanyaan Rara, waktu istirahat pun tiba. Rara pamit untuk makan siang dan begitu saja meninggalkan Tomi."Kok dia ngga ngajak aku makan siang bareng?" Tomi masih berhalusinasi kalau Rara itu adalah Tiara, pacarnya yang sudah meninggal beberapa minggu lalu.Sakit seperti menyayat hati. Biasanya Tiara sangat perhatian sekali, melayani Tomi makan siang seperti raja. Tomi masih belum bisa melupakan kenangan manis bersama kekasihnya itu. Jelas saja. Sebelas tahun mereka bersama. Mengukir indah kenangan manis. Pasti terasa amat sulit dilupakan.Tomi berjalan seorang diri menuju kantin. Dia benar-benar sangat membutuhkan sosok Tiara disampingnya. Belum juga lukanya pulih. Dia harus menyaksikan drama yang membuatnya membakar hati. Di kantin. Tidak sengajaTomi melihat Rara sedang makan siang berdua bersam

Latest chapter

  • MENANTI KEPASTIAN   TAMAT

    Rangga ingin sekali mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari Rara, karena Rangga tahu kalau Rara adalah gadis yang baik. Baginya, Rara adalah gadis spesial beda dari gadis-gadis lainnya. Rara gadis yang sopan terutama dalam perpakaian, sangat sederhana. Tidak seperti Lita, mantan kekasihnya dulu, selalu saja tampil seksi di depan umum. Di kampus, Rangga menjadi cowok populer karena ketampanannya dan ketahirannya. Banyak mahasiswi jatuh hati pada dirinya, tapi tidak dengan Rara. Rara sepertinya tidak jatuh hati pada Rangga. Sekata pun bahkan Rangga tidak pernah mendengar Rara memuji kepopulerannya. Bagi Rara, Rangga biasa saja. Ini yang membuat Rangga jatuh cinta padanya, Rara begitu cuek bahkan tidak peduli kalau Rangga menjadi orang nomor satu di kampus. Setelah pertengkaran itu, Rara pergi meninggalkan Rangga sendiri di depan gedung administrasi. Rasa benci Rara semakin menjadi-jadi karena tahu kalau Rangga benar-benar tidak punya hati, seenaknya saja menuduh Rara s

  • MENANTI KEPASTIAN   Perjuangan

    Dini pergi meninggalkan Rara dan Rara mulai berjalan kaki menuju cafe di sebrang jalan yang sedang membutuhkan pelayan. Rara berharap akan mendapatkan hasil yang baik kali ini.Setelah sampai di depan cafe, Rara membaca papan pengumuman di depan pintu cafe yang bertuliskan "Dibutuhkan!!! pelayan wanita". Pikirnya ternyata Dini benar memang ada lowongan kerja di cafe ini. Melihat gerak gerik Rara yang mencurigakan akhirnya pemilik cafe keluar dan menegur Rara."Permisi, ada yang bisa saya bantu?" tanya Ibu paruh baya dengan setelah baju tuniknya."Maaf mengganggu bu, sebetulnya saya sedang butuh pekerjaan," jawab Rara sopan."Kebetulan sekali, saya sedang mencari pelayan wanita kalau kamu mau, kamu bisa kerja membantu saya di cafe ini.""Tentu saja bu, saya mau," jawab Rara penuh semangat dan senyum bahagia."Perkenalkan Saya Anisa, Saya pemilik cafe ini. Mulai besok kamu boleh bekerja," kata Ibu Anisa sambil menjabat tangan Rara."Say

  • MENANTI KEPASTIAN   Karyaku

    "Stop Pak!" kata Rara menyuruh supir angkutan umum untuk menurunkannya di depan kampus negeri. Rara turun dari angkutan umum dan memberikan ongkos kepada supir. Kemudian Rara berlari menuju ruang ujian seleksi penerima beasiswa di kampus negeri. Macetnya jalanan membuat dirinya terlambat datang, sehingga dia harus berlari dan terburu-buru menuju ruang ujian. Saat sampai parkiran kampus, Rara tidak sengaja menabrak cowok sombong dan emosional sehingga terjadi keributan. BRAK!!! "Kamu buta yah?! kalau jalan lihat-lihat dong!" teriak cowok emosional itu. "Maaf kak, saya sedang terburu-buru karena ingin ikut ujian," jawab Rara. "Oh ujian beasiswa bidik misi khusus untuk orang miskin itu? haha dasar gembel yah kamu! Pantas sih kelihatan dari pakaian yang kamu kenakan, kumuh!" ucapnya sambil tertawa terbahak meledek penampilan Rara. Rara kesal sekali dengan perlakuan cowok tengil itu. Rara berjanji di dalam hati untuk tidak akan memaafkannya

  • MENANTI KEPASTIAN   Nikah

    Sekuat apapun Dini menyembunyikan. Akhirnya orantuanya tahu juga kalau tentang keberadaan Candra. Sejak Candra kerja di sini, Dini merasa hidupnya jadi penuh mata-mata. Karena setiap Dini jalan dengan Candra pasti saja orangtua nya tahu.Waktu itu misalnya. Orangtua Dini tidak sengaja mampir ke tempat les dan ternyata motor Dini tidak ada. Sejak saat itu orangtuanya selalu curiga dan menyuruh orang-orang kepercayaannya unutk memata-matai anak gadisnya itu.Dini benar-benar merasa risih. Bahkan orangtuanya lupa kalau umur anaknya sudah 26 tahun. Masih saja seperti anak kecil selalu dikekang.Akhirnya saat liburan sekolah tiba. Dini memutuskan untuk pergi dari rumah mencari kebebasan. Dia menuliskan surat di secarik kertas yang bertuliskan,"Maaf yah Mamih Papih. Aku benar-benar sudah tidak sanggup dikekang seperti ini. Tidak apa kalau kalian tidak akan menganggapku anak lagi. Aku akan pergi. Dan jangan pernah salahkan Candra karena dia pun tidak akan tahu

  • MENANTI KEPASTIAN   Pengalaman

    Beda sekolah beda cerita. Di sekolah SMK swasta Dini terkenal paling sukses karirnya. Karena hanya dia yang nyabang di tiga sekolah dan beberapa bulan lalu, dia mendapat tawaran mengajar les bahasa inggris di suatu lembaga. Tentu saja Dini terima.Semua guru melihat Dini selalu banyak penghasilannya. Apalagi ngajar di tempat les honor selalu cair tiap bulan, tidak seperti di sekolah yang cairnya tiga bulan sekali. Mengandalkan dana bos.Waktu awal gajihan pun Dini sempat nangis, karena Di MA hanya dapat upah enam puluh ribu rupiah sebulan dan itu cairnya lama sekali."Mih sedih banget, Dini kuliah mahal-mahal masa honornya segini. Untuk bensin saja mana cukup belum lagi untuk jajan dan beli make up," keluh Dini sambil memamerkan tiga amplop honor dari berbagai sekolah."Dari MA dapet enam puluh ribu, dari SMP dapet seratus lima puluh ribu, dan dari SMK seratus dua puluh ribu," ucap Mamih sambil menghitung hasil kerja keras anaknya.Jelas saja Dini

  • MENANTI KEPASTIAN   Tidak mendukung

    Entahlah. Orangtuanya sangat tidak mendukung bakat menulis Dini. Katanya, untuk apa menulis seperti orang yang tidak punya masadepan. Dan selalu marah kalau Dini membaca novel. Katanya tidak penting, tidak berkualitas. Lebih baik baca berita.Orangtuanya hanya ingin Dini selalu patuh terhadap semua keputusan mereka. Sedikitpun Dini tidak pernah dikasih kebebasan untuk memilih apa yang dia suka.Hidupnya benar-benar terkekang. Hal apapun yang disukai Dini selalu salah dan tidak pernah didukung. Hati kecilnya selalu berteriak. Ingin menjadi penulis hebat dan karyanya akan ada ditoko buku ini, bahkan di toko buku sedunia.Selama satu jam setengah Dini mematikan ponselnya agar tidak dihubungi Aldi dan dia fokus membaca novel-novel kesukaannya."Rasanya aku ingin mengoleksi semua novel-novel yang aku suka dan aku akan membuat perpustakaan mini dirumah pribadiku nanti. Semoga Candra bisa membantuku untuk mewujudkan semua impianku kelak," rintih Dini pada diriny

  • MENANTI KEPASTIAN   Nurut

    Beruntungnya Dini, karena memiliki orangtua yang sangat peduli terhadapnya. Baru sehari dia jadi pengangguran, dia langsung dapat kerjaan baru. Mother tidak sengaja keceplosan bilang kalau jadi guru honor harus pake uang pelicin. Jadilah Papih meminta Dini untuk menemui kepala sekolah yang bisa bantu Dini untuk menjadi seorang guru honorer."Ayo siap-siap Din, Papih mau ketemu kepala sekolahnya!" perintahnya."Ngga usah Pih, lagian kita kerja itu untuk cari uang, bukan malah buang-buang uang Pih. Sayang uangnya kalau untuk nyogok Pih.""Ngga apa-apa, yang penting kamu bisa jadi guru!"Dini tidak bisa berbuat apa-apa, jadi dia menurut saja, seperti biasanya. Setelah Dini selesai menyiapkan berkas-berkas lamaran, Dini dan Papihnya menuju sekolah yang dituju untuk melamar.Setelah sampai sekolah ternyata Ibu Kepsek tidak ada, jadi Dini meminta nomor ponselnya pada security sekolah dan menghubunginya."Asslamaualaikum bu. Saya Dini bu mahasiswi

  • MENANTI KEPASTIAN   Resign

    Dini menghela nafas panjang, dia yakin dia bisa melewati ujian demi ujian dalam hidupnya. Hampir saja dia ingin berhenti kerja gara-gara tidak nyaman. Tapi sebentar lagi akan gajian, jadi dia tidak ingin kerja kerasnya sia-sia hanya gara-gara gosip-gosip murahan.Gosip Dini sebagai wanita penggoda HRD pun menyebar ke seluruh penjuru gedung-gedung pabrik. Dini seperti artis yang sedang viral. Tiap dirinya berjalan kaki seorang diri, pasti siapapun yang melihatnya mencibir dan mengata-ngatainya."Oh jadi dia cewek yang sok cantik, yang menggoda HRD biar bisa naik jabatan? haha," ledek Ani karyawati pabrik bagian gudang.Semua teman-teman Ani pun tertawa sinis meledek Dini, Tapi Dini tidak peduli dan menganggapnya angin lalu saja.Di tengah kesendiriannya, Dini mulai menulis lagi. Dia ingin sekali menjadi penulis terkenal. Namun orangtuanya tidak pernah mendukungnya. Hanya Candra yang selalu mengerti bakat dan minat Dini. Candra bilang, buat saja dulu novel

  • MENANTI KEPASTIAN   Pasrah

    Pikiran Rangga mulai liar. Dia berniat untuk melampiaskan hasratnya pada Caca, mumpung dia seorang diri di kosan. Kebetulan cuaca sedang hujan saat itu. Jadi Rangga meminta ijin untuk berteduh sebentar di kosannya."Haduh hujan!!! Ca aku numpang neduh dulu ya disini, bolehkan?""Boleh banget dong. Yuk masuk!" sambut Caca penuh kebahagiaan."Kamu ngekos sama siapa disini?""Sendiri.""Udah laha?""Baru 2 minggu lalu. Sejak aku pindah kerja kesini, jadi aku ngekos. Dulukan aku kerja di pabrik kaos kaki Bandung."Hujan bertambah besar. Rangga makin senang, dengan begitu dia bisa berlama-lama bersama Caca. Caca sibuk mempersiapkan minum dan mengambilkan beberapa cemilan untuk Rangga.Kosan Caca hanya ada satu kamar, Jadi Caca tidur dan masak disatu tempat. Hanya ada satu toilet mini berukuran 1 meter di kamar kosannya. Kosannya lumayan bebas, di pinggir jalan.Di dalam ruangan hanya ada satu kasur busa kecil berukuran 120cm

DMCA.com Protection Status