Beranda / Pernikahan / MEMILIH BERPISAH / BAB 6: Jangan menangis Bu

Share

BAB 6: Jangan menangis Bu

Penulis: Ray
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bulir-bulir bening mengalir deras menemani setiap langkah wanita hamil itu. Ia tidak kuasa menahan air matanya agar tidak tumpah. Di kecewakan dan di sakiti orang yang paling ia cintai, itulah yang membuat hatinya semakin berdenyut perih dan menyisakan luka sebegitu nyerinya.

"Kenapa kamu berubah Mas? Tidak adakah tersisa cinta di hatimu lagi untukku? Bukankah aku tidak pernah sekalipun mengkhianati kamu Mas? Bahkah kamu juga tahu itu kan?" Lirih Sarah berucap pada dirinya sendiri.

Tiga jam berjalan kaki, Sarah akhirnya sampai tepat di depan rumah orang tuanya. Lelah yang teramat sangat membuat tubuhnya yang juga sedang mengandung seolah mati rasa.

Brug! Tubuh Sarah ambruk hingga tersungkur tepat saat kakinya menginjakkan teras rumah masa kecilnya. Rumah yang dipenuhi kenangan indah saat ia kecil dulu, ya, itulah rumah kedua orang tuanya.

"Astaghfirullah ... Huft," Lirih Sarah dengan nafas yang tersekat-sekat.

Wanita itu akhirnya tidak sadarkan diri.

=====

"Pak, gimana kondisi anak kita Pak? Sarah bagaimana Pak?" Tanya Ratna pada suaminya, Yusuf. Pasangan paruh baya itu adalah kedua orang tua Sarah.

Raut wajah Ratna menggambarkan kecemasan yang teramat dalam, pun begitu juga dengan suaminya. Mereka terkejut hingga tidak mampu berkata apapun. Saat pagi tadi, mereka hendak berangkat ke mesjid menunaikan sholat subuh berjamaah. Tiba-tiba anak semata wayang mereka sudah tergeletak di lantai tidak sadarkan diri.

"Tenang Bu, kita berdoa saja ya, semoga Sarah dan bayinya baik-baik saja. Kita serahkan semuanya pada Allah dan dokter yang bertanggung jawab" jawab Yusuf berusaha tegar.

Sebenarnya Yusuf juga hampir syok melihat kondisi Sarah yang sangat mempeihatinkan. Apalagi detak jantungnya dan bayinya juga sudah sangat lemah.

"Pak, sudah Bapak hubungi suaminya Pak? Anton sudah tahu kabar tentang Sarah Pak?" Tanya Ratna kembali pada suaminya.

Ratna terus-menerus mondar-mandir ke sana ke mari, tidak bisa sedikitpun ia menyimpan kegelisahan di hatinya sebab khawatir terhadap anak dan cucunya yang masih dalam kandungan.

"Sudah Bu, tapi panggilan Bapak tidak ada yang diterima Bu, mungkin Anton masih banyak kerjaan Bu."

"Mungkin Pak, tapi setidaknya kita kabari lewat pesan Pak, siapa tahu sewaktu Anton membuka handphone dia bisa tahu langsung kondisi istrinya Pak"

"Iya Bu," Jawab Yusuf pada istrinya.

Akhirnya Yusuf mengirimkan pesan singkat kepada Anton.

"Assalamu 'alaikum Nak Anton, maaf Bapak mengganggu pekerjaan Anton hari ini, tapi ini adalah berita darurat. Ternyata Sarah sudah pulang dari Taiwan, pagi tadi Ibu dan Bapak menemukan Sarah sudah tidak sadarkan diri di teras rumah Ton. Sekarang Sarah di rawat di rumah Sakit Ibu dan Anak. Kalau ada waktu tolong mampir ke sini ya Nak," Yusuf segera mengirim pesan itu pada Anton.

=====

Suara tetesan air infus terasa seperti memenuhi ruangan itu. Sarah yang baru saja sadarkan diri masih sangat lemah, untuk menggerakkan tubuhnya saja ia belum mampu.

Deg! Deg! Tendangan kecil dari kaki mungil bayi yang dikandung Sarah masih terasa aktif.

“Alhamdulillah” batinnya berucap syukur. "Terima kasih Nak, kamu sudah kuat. Ibu bangga padamu Sayang" ucap Sarah lirih sambil mengelus perutnya penuh haru.

Sarah berusaha kuat dan tegar demi bayi yang di kandungnya. Ia akan berjuang sekuat tenaga yanh ia miliki, agar selalu bertahan demi sang buah hati.

“Nduk, syukurlah kamu sudah sadar nduk” Ucap Ratna yang ternyata berada tepat di sebelah kanan Sarah.

Ratna membelai halus rambut panjang Sarah. Belaian kasih seorang Ibu yang tiada pernah bisa tergantikan. Ketulusan yang sangat luar biasa tanpa batas.

Sarah hanya bisa menatap sayu ke arah Ibunya. Ingin menumpahkan segala kesedihan dan juga kepedihan yang ia rasa. Namun hatinya tidak kuasa menambah beban pikiran kedua orang tuanya.

Air mata Ratna berjatuhan menatap kondisi anaknya yang sangat memprihatinkan.

“Jangan menangis Bu, tidak ada yang perlu ditangisi. Biarlah ini menjadi pelajaran dan kisah yang paling berharga yang pernah ku alami,” ucap Sarah dalam hati. Karena untuk mengeluarkan sepatah dua patah kata saja bibirnya masih sangat teramat kelu.

“Nduk ... A-pa yang sebenarnya ter-jadi Sayang?” kini Ratna berucap dengan suara parau dan isak tangis yang tak tertahan.

Sarah tidak mampu menjawab tanya Ibunya. Namun, air matanya ikut mengalir membasahi pipi. Teringat kembali kekejaman suami dan keluarganya terhadap dirinya.

Mereka sangat tega mengusir Sarah dalam keadaan hamil, di malam hari yang dingin juga hujan yang cukup deras. Tidak ada seorangpun yang mau mendengarkan penjelasan Sarah.

“Mas, inikah cinta yang kau agung-agungkan padaku? Ternyata cintamu hanya sebatas bibir saja, tidak lebih.” Batin Sarah yang kembali merasakan kepedihan, sakit, pilu juga kekecewaan yang bercampur menjadi satu.

“Tega kamu Mas, tega sekali kamu padaku juga anak kita.” Air mata ini kembali berderai, bahkan membuat tubuh Sarah gemetar sebab sesunggukan.

“Sarah, apa yang terjadi Nduk?” Ratna kembali bertanya pada anak semata wayangnya itu.

Sarah mengalihkan pandangan mata melihat sudut ruangan. Ia tidak sanggup menatap wajah Ratna, ibunya. Apalagi air matanya sudah tidak bisa lagi dikendalikan. Air mata itu ingin terus menerus mengalir menumpahkan kekecewaan dan rasa sakit yang tak tertahankan.

“Hik ... Hik ... Hik ...,” Hanya isakan tangis Sarah yang mampu menjawab pertanyaan Ratna.

Ratna kembali memeluk tubuh Sarah erat. Pun Sarah membalas pelukan hangat Ibunya sedemikian eratnya. Melepaskan segala sepedihan dan kesedihan di hati yang tidak berujung.

Ada rasa penyesalan karena telah mengikuti keinginan suami dan mertuanya. Andai Ia tidak pergi ke Taiwan, mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi.

Bab terkait

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 7 : Pertanyaan Yusuf

    Sudah tiga hari wanita malang yang tengah hamil itu, dirawat di Rumah Sakit. Sampai sekarang tidak ada seorangpun dari keluarga Anton, termasuk Anton sendiri yang menjenguknya.Ratna, wanita paruh baya itu selalu menitikkan air mata saat melihat putri semata wayangnya. Meskipun Sarah Al-ghina selalu berusaha tegar, tapi tetap saja ia belum bisa menyembunyikan kepedihan hatinya dengan sempurna.Tok... Tok... Tok... Pintu ruang rawat Sarah di ketuk."Silahkan, masuk." Sahut Ratna sembari menghapus cepat sisa air mata di pipinya."Maaf, Bu, Saya mau mengantarkan sarapan" ucap seorang wanita yang berprofesi sebagai petugas pengantar makanan, sambil meletakkan makanan tepat di atas nakas samping ranjang Sarah."Terima kasih, Dek" jawab Ratna dengan suara sedikit parau.Wanita petugas pengantar makanan itu mengangguk cepat sambil tersenyum, dan beringsut pergi melanjutkan tugasnya ke ruang-ruang lainnya. Sedang Sarah, masih tertidur dengan pulas, sebab semalaman ia menangis dalam tidurnya.

  • MEMILIH BERPISAH   Bab 8 Sarah Kontraksi

    "Sarah, ini terkait pernikahanmu dengan Anton, selama Sarah tinggal bersama ibu dan bapak, kami tidak pernah sekalipun mendapati Anton dan keluarganya mengunjungi atau bahkan sekedar menanyakan kabar Sarah dan bayi yang kamu kandung ...."Yusuf menghentikan ucapannya sejenak. Mencari kata yang tidak menyakiti dan melukai hati putrinya."Begini Nduk, maksud Bapak kamu barusan, apakah kamu dan Anton sedang ada masalah?" Ratna Akhirnya menyambung ucapan suaminya.Sarah terdiam sejenak, namun matanya kini berkaca-kaca. Wanita hamil yang sudah mendekati hari perkiraan lahir itu pun menundukkan kepalanya. Entah apa yang saat ini ada dalam benaknya."Nduuuk ...," Ratna kini mengelus punggung Sarah. Sebagai seorang ibu, Ia tahu bahwa Sarah saat ini sedang tidak baik-baik saja."Ibu ... Hik ... Hik ... Hik ..." Sarah justru memeluk Ratna dan menangis terisak dalam pelukan Ibunya.Hah! Yusuf menarik nafas kasar, Ia juga turut merasakan kesedihan yang putrinya rasa. Karena tanpa sadar, mata lela

  • MEMILIH BERPISAH   Bab 9 : Sarah Melahirkan

    Yusuf yang baru saja ingin berangkat ke sawah sore itu, berlari dengan paniknya menuju sumber suara. "Ada apa Bu?" tanya Yusuf dengan wajah panik dan keringat bercucuran."Pak, Sarah kontraksi Pak. Ayok kita bawa ke Puskesmas Pak. Sepertinya Sarah sudah ingin melahirkan, Pak""Yok Bu, tunggu sebentar. Biar bapak cari becak" ucap Yusuf sambil berlari ke luar. Pria paruh baya itu bahkan tidak sempat lagi memakai alas kaki.Yusuf terus berlari hingga ke persimpangan tempat biasa para tukang becak mangkal. Memang jarak cukup dekat hanya 150 m saja. namun, sangking paniknya, Yusuf bahkan tidak ingat sama sekali seharusnya ia menggunakan sepeda ontelnya untuk menghemat waktu.huh... hah... huh... hah... nafas Yusuf kini tersengal-sengal."Suf, kamu kenapa ngos-ngosan begitu, kayak baru dikejar-kejar anjing gila saja" cerocos Yadi, tukang becak teman SD Yusuf."Di, tolong ke ru, huh ... hah ...." "Kamu mau minum? duh, gimana ya Suf. Bukannya aku gak niat ngasi, tapi baru aja air bening yan

  • MEMILIH BERPISAH   Bab 10 Anton dan Sri

    Malam tadi, Sri marah dan merajuk pada Anton yang tidak bisa membuat ia bahagia. Sebab Anton tidak pernah bisa memenuhi semua apa yang ia ingin. Karena rasa cinta yang lelaki itu rasa, juga sebab ada rasa takut kehilangan, akhirnya Anton merencanakan sebuah perjalanan romantis bersama pacarnya, Sri.Mendengar ajakan Anton yang ingin melakukan perjalanan romantis dengannya, membuat Sri bahagia. Wanita itu sudah membayangkan akan menikmati hari-hari yang luar biasa, dengan pergi ke tempat wisata, menginap di hotel yang nyaman. menghabiskan waktu berdua berbagi peluh. tapi nyatanya Anton hanya bisa membawa Sri pergi ke pantai dengan motornya, itupun motor yang Anton beli dari hasil kerja keras Sarah.Ketika mereka memulai perjalanan, Anton merasa sangat bahagia bisa menghabiskan waktu bersama wanita tambatan hatinya itu. Namun, sepanjang perjalanan, Anton mulai merasa ada yang berbeda. Sri terlihat acuh tak acuh pada dirinya. Bibir gadis itu merengut sebab rajuknya, Ia bahkan tidak ingi

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 11: Depresi

    Sarah, wanita itu kini resmi menyandang status sebagai ibu muda yang baru saja melahirkan bayinya, namun kebahagiaannya sebagai seorang ibu belumlah sempurna. Apalagi suaminya, Anton, meninggalkannya begitu saja. Anton meninggalkannya dengan kejam, membuangnya seperti kotoran yang menjijikkan. Wanita itu tidak bisa pungkiri kesedihan hatinya yang begitu mendalam."oeee ... oeee ..." tangis bayi Sarah memecah kesunyian malam. Bayi yang saat ini berusia 3 hari itu menangis kejar. Padahal baru dua jam lalu Sarah berhasil membuatnya tertidur.Sebagai seorang ibu baru, tentu Sarah merasakan kelelahan yang teramat sangat. Ya, lelah fisik juga mental membuat wanita itu sangat sulit untuk berfikir jernih."Kenapa Nduk? sini bayinya biar ibu yang jaga. Kamu istirahat saja" ucap Ratna pada putri semata wayangnya."Hmm, ndak apa-apa, Bu. Biar Sarah saja. Ibu istirahat saja" Sarah menolak tawaran ibunya, sebab ia tak ingin repotkan Ratna. Benak wanita itu dipenuhi rasa tidak percaya kepada si

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 12 : Rindu

    "Sarah ... Istighfar Nduk" Yusuf dengan sigapnya menjuahkan Sarah dari si bayi mungil tanpa dosa sembari memeluk sang putri demi menenangkan.Wanita malang yang kini tengah sakit mentalnya itu menangis sesunggukan. Ia sadar telah berbuat salah karena ingin mencelakai buah hatinya. Namun terkadang itu begitu spontan, halusinasi yang tiba-tiba membuat wanita itu berubah menjadi seseorang yang sangat aneh.Sementara Ratna hanya bisa menangis dengan tubuh gemetar seraya membopong sang cucu. Dua kali sudah ia menyaksikan sendiri bahwa Sarah bisa tidak terkontrol jika ditinggal sendiri. Hal Itu menjadi pertimbangan wanita paruh baya itu tidak bisa membiarkan sang cucu bersama-sama dengan ibunya, tanpa pengawasan. Kini Ratna yang masih gemetar hebat, seolah kakinya terasa berat tidak mampu membopong berat tubuh yang tidak seberapa. Wanita paruh baya itu memilih duduk di tepian teras rumahnya, yang terbuat dari semen kasar tanpa plesteran."Tuhan, sembuhkan Anakku. Sembuhkan Sarah." Hanya a

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 13 : Anton Frustasi

    Usai menyuapi Saka makan, Sarah memutuskan menemui kedua orang tuanya. Ada hal yang ia pertimbangkan untuk masa depan anak semata wayangnya. Sarah menggendong Saka ke luar rumah menemui kedua orang tuanya.Di halaman rumah mereka yang cukup luas, terlihat Ratna dan Yusuf menjemur padi. Keringat yang tak henti mengucur dari setiap kening mereka, sebab matahari bersinar sangat terik siang ini."Bu, Pak" panggil Sarah seraya berjalan mendekati Ratna dan Yusuf."Ada apa, nduk?" tanya Ratna menghentikan pekerjaannya yang tadinya membolak balik padi yang tengah ia jemur."Ada yang ingin Sarah sampaikan, Bu, Pak"Ratna dan Yusuf saling melempar pandangan. Pikiran kedua paruh baya itu bergelayut dipenuhi tanda tanya tentang apa yang ingin putri semata wayang mereka sampaikan.Yusuf menganggukkan kepala memberi kode agar Ratna terlebih dahulu menyusul Sarah. Setelah beberapa saat Ratna dan Sarah beranjak kembali ke rumah, akhirnya Yusuf menyusul anak dan istrinya."Assalamu 'alaikum" ucap Yusu

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 14 : Menunggu waktu hingga esok

    "Ma... ma... ma... ma... Huaaaa... Huaaaa..." Tangis Saka pecah saat Sarah tengah mengemasi barang-barangnya.Bayi mungil itu bak mengerti akan ditinggal sang ibu hingga waktu yang cukup lama. Sarah yang sedari tadi sibuk berkemas akhirnya mengalah. Ia menggendong bayi mungilnya berusaha menenangkan."Cup ... Cup ... Cup ... Jangan menangis sayang" ucap Sarah.Berulang kali wanita itu berusaha menenangkan Saka, namun Saka tidak kunjung berhenti menangis. Sarah yang kini bingung harus berbuat apa, akkhirnya menemui Ratna yang tengah sibuk memasak di dapur."Bu, tolong Sarah BU, tolong bantu Sarah menenangkan Saka. Entah kenapa Saka sedari tadi terus menangis,Bu." keluh Sarah pada Ratna."Sini sayang, sama uti."Wanita paruh baya itu dengan sigap mengelap tangannya yang basah dengan daster lusuh yang ia gunakan. Tanpa pikir panjang, Ratna menggendong cucunya penuh kehangatan dan kasih sayang. Tidak berselang lama, Sakapun tertidur dalam gendongan Ratna."Syukurlah, Bu, Alhamdulillah Sak

Bab terbaru

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 20

    Mobil bus terus melaju menuju kota B, di mana kota B itu menjadi titik kumpul mereka. Titin masih berpikir bagaimana caranya membuktikan pada Sarah. Di satu sisi ia tidak ingin ikut campur urusan urusan Sarah, di sisi lain ia juga iba dengan wanita sebaik Sarah yang harus tersakiti hatinya terus-menerus."Aku akan buktikan!. Ya, aku harus cari buktI" Ucap Titin lirih.Wanita itu melihat Sarah yang tersenyum sepanjang perjalanan dalam bus. Bertambahlah rasa iba dalam diri Titin terhadap wanita yang bernama Sarah itu. "Mba Titin, kok jadi gantian ngelamun, sih?." ucapan Sarah membuat Titin terkejut. Titin kembali tersenyum getir."Bukan kenapa-kenapa, mba. Cuma ada sedikit masalah keluarga aja.""Hmm, semoga masalahnya cepat terselesaikan ya, Mba." timpal Sarah lagi.TItin hanya membalas dengan anggukan kepala.*****Sesampainya di Taiwan, Sarah segera menghubungi Ratna dan Yusuf. Bagaimana pun juga tentu ia rindu dengan buah hatinya.Tut .... tut ...Pangggilan pertama Sarah tidak

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 19

    "Sudah siap, sayang?" ucap Anton cepat."udah dong, Sayang. Liat aku mas, aku udah cantik belum?" Tanya Sri manja."Tentu pacar mas Anton cantik sekali." Jawab Anton sambil mentoel dagu wanita itu."Mas Anton bisa aja, Sri jai tambah sayang" Balas Sri menggombal.Anton membawa Sri jalan dan makan di sebuah kafe yang paling bagus di desa itu. Pelayan kafe datang membawa menu makanan. Anton memperhatikan setiap harga yang tertera dalam daftar menu. Untuk air putih saja di bandrol dengan harga seribu rupiah, sedangkan menu yang lain seperi nasi goreng, mie goreng di hargai dengan dua puluh lima ribu rupiah."Sial!" batin Anton.Anton menjadi tidak tenang duduknya, ia takut Sri memesan yang aneh-aneh dan ngambek jika tidak dituruti."Mas, mau pesan apa?" tanya Sri tersenyum."Kamu aja dulu, sayang. Mas udah makan tadi" jawab Anton beralibi.Padahal bukan karena Anton sudah makan, melainkan ia hanya punya uang lima puluh ribu rupiah di dompetnya. Jika ia juga ikut memesan sebelum Sri, ia

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 18

    "Rah, kamu dengar ibu?" Tanya Ratna lagi."Dengar, Bu." Jawab Sarah sambil menarik nafasnya, " Tapi ini demi kebaikan Saka, Bu. Supaya Saka dapatkan kasih sayang dari mas Anton, selaku ayah kandungnya." Jelas Sarah lagi.Padahal Anton belum datang ke rumah Ratna mengambil Saka, hanya sekedar berita keinginan yang disampaikan Sarah. Tapi Ratna sudah begitu sangat sedih hatinya. Ia sangat takut jika harus dijauhkan dari Saka. Karena selama ini, Ratna lah yang selalu mengurusi Saka penuh kasih sayang."Tapi ...," Ucapan Ratna terhenti.Semuanya tidak baik-baik saja, apalagi hatinya saat ini. Berucap dan membujuk pun rasanya percuma, seperti kesia-siaan saja. Ratna putuskan untuk tidak berbicara lagi, ia pasrahkan semuanya pada Tuhan.Yusuf tahu istrinya sedang tidak baik-baik saja, pun ia juga sama. Sama sedihnya jika haru berpisah dengna sang cucu. Tapi Yususf jelas berpikir logika, semuanya demi 'Saka'. Yusuf rangkul tubuh istrinya yang tengah menangis sesugukan dan berusaha menenang

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 17

    Sarah menikmati setiap detik perjalannnya saat ini. Sebab Anton yang selama ini ia rindukan memberikan harapan yang begitu indah buat dirinya. Tidak ada lagi yang paling ia inginkan selain kembali hidup bersama Anton, selamanya. Beberapa kali Sarah tersenyum mengingat kebersamaannya dengan Anton tadi, meski dirasa sangat singkat.Sarah juga berulang-ulang kali membuka pesan W@ yang Anton kirimkan padanya barusan, meski sudah membaca sampai lima kali, tetap saja ia tersenyum dengan jantung yang berdegup kencang. Dalam hati Sarah tidak ingin pergi ke mana-mana. Di sini saja, agar tetap bisa bersama dengan Anton. Tapi Sarah tahu rasanya bagaimana di kecewakan, sebab itu ia tidak ingin kecewakan orang lain."Permisi, Mbak. Boleh saya duduk di sini?" Ucap seorang wanita sambil menunjuk kursi di samping Sarah."Ya, mba. Silahkan" jawab Sarah ramah sambil tersenyum."Terima kasih" jawab wanita itu lagi sambil duduk. "Kalau boleh tahu, nama Mba siapa ya?" tanya wanita itu lagi sambil menjulu

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 16 : Sarah dan Anton

    Sarah dan Anton menikmati hari bersama, bercerita dan nostalgia akan cinta mereka yang pernah mekar indah. Sesekali Sarah tersenyum dan tertawa lepas mengenang masa indah mereka. Anton begitu lihai dalam memilah kata untuk dapatkan kembali hati Sarah."Rah, bisakah kita mengulang kembali bahtera rumah tangga kita yang pernah kandas? Mas benar-benar minta maaf dengan kesungguhan hati mas padamu. Mas akui mas salah, mas juga bodoh" Ucap Anton genggam tangan Sarah dan mengecupnya lembut."Tapi ... Mas," Ucapan Sarah terhenti, bukan karena ia tidak ingin, tapi kerena ia telah tanda tangan kontrak untuk berangkat ke Taiwan. Pun jika Sarah jawab iya, tetap mereka akan terpisah dalam waktu cukup lama. Bukan hanya setahun atau dua tahun, tapi lima tahun lamanya. "Tolong jangan tolak mas, Rah. Mas udah gak bisa hidup lagi jauh dari kamu dan anak kita." Kata-kata lelaki jangkung yang berkulit gelap ini seketika seperti menghipnotis Sarah. Sarah semakin bertambah dilema, di satu sisi ia sanga

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 15: Luluh

    Keesokan harinya, Sarah tetap dengan tekadnya. Tidak sedikitpun niatannya goyah. Meski berulang kali Ratna dan Yusuf meminta, demi Saka."Bu, Pak, Sarah berangkat." ucap wanita itu sambil mencium punggung tangan kedua orang tuanya."Hati-hati, Nduk"Sarah mengangguk dan membalas dengan seuntai senyuman. Kemudian beralih ke buahh hatinya yang masih tertidur dalam gendongan Ratna."Ibu pergi, Nak." ucapnya menciumi pipi gempil sang bayi.Sarah kemudian berjalan menuju persimpangan, mencari becak untuk lanjutkan perjalanan ke Stasiun. Tidak ada seorangpun yang mampu hentikan keinginan Sarah.Sesampai di Stasiun, Sarah pesan tiket ke Kota yang menjadi titik kumpul para TKW. Sarah fokus dengan ponselnya, bermain game demi hilangkan suntuk sejenak sembari menunggu Kereta datang.Tiba-tiba seseorang menepuk pundak Sarah dari sisi belakang, seketika Sarah tekejut. Membuat ponsel yang Sarah pegang terjatuh ke lantai. Wanita itu menoleh, seketika wajahnya berubah, matanya membola melihat seseor

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 14 : Menunggu waktu hingga esok

    "Ma... ma... ma... ma... Huaaaa... Huaaaa..." Tangis Saka pecah saat Sarah tengah mengemasi barang-barangnya.Bayi mungil itu bak mengerti akan ditinggal sang ibu hingga waktu yang cukup lama. Sarah yang sedari tadi sibuk berkemas akhirnya mengalah. Ia menggendong bayi mungilnya berusaha menenangkan."Cup ... Cup ... Cup ... Jangan menangis sayang" ucap Sarah.Berulang kali wanita itu berusaha menenangkan Saka, namun Saka tidak kunjung berhenti menangis. Sarah yang kini bingung harus berbuat apa, akkhirnya menemui Ratna yang tengah sibuk memasak di dapur."Bu, tolong Sarah BU, tolong bantu Sarah menenangkan Saka. Entah kenapa Saka sedari tadi terus menangis,Bu." keluh Sarah pada Ratna."Sini sayang, sama uti."Wanita paruh baya itu dengan sigap mengelap tangannya yang basah dengan daster lusuh yang ia gunakan. Tanpa pikir panjang, Ratna menggendong cucunya penuh kehangatan dan kasih sayang. Tidak berselang lama, Sakapun tertidur dalam gendongan Ratna."Syukurlah, Bu, Alhamdulillah Sak

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 13 : Anton Frustasi

    Usai menyuapi Saka makan, Sarah memutuskan menemui kedua orang tuanya. Ada hal yang ia pertimbangkan untuk masa depan anak semata wayangnya. Sarah menggendong Saka ke luar rumah menemui kedua orang tuanya.Di halaman rumah mereka yang cukup luas, terlihat Ratna dan Yusuf menjemur padi. Keringat yang tak henti mengucur dari setiap kening mereka, sebab matahari bersinar sangat terik siang ini."Bu, Pak" panggil Sarah seraya berjalan mendekati Ratna dan Yusuf."Ada apa, nduk?" tanya Ratna menghentikan pekerjaannya yang tadinya membolak balik padi yang tengah ia jemur."Ada yang ingin Sarah sampaikan, Bu, Pak"Ratna dan Yusuf saling melempar pandangan. Pikiran kedua paruh baya itu bergelayut dipenuhi tanda tanya tentang apa yang ingin putri semata wayang mereka sampaikan.Yusuf menganggukkan kepala memberi kode agar Ratna terlebih dahulu menyusul Sarah. Setelah beberapa saat Ratna dan Sarah beranjak kembali ke rumah, akhirnya Yusuf menyusul anak dan istrinya."Assalamu 'alaikum" ucap Yusu

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 12 : Rindu

    "Sarah ... Istighfar Nduk" Yusuf dengan sigapnya menjuahkan Sarah dari si bayi mungil tanpa dosa sembari memeluk sang putri demi menenangkan.Wanita malang yang kini tengah sakit mentalnya itu menangis sesunggukan. Ia sadar telah berbuat salah karena ingin mencelakai buah hatinya. Namun terkadang itu begitu spontan, halusinasi yang tiba-tiba membuat wanita itu berubah menjadi seseorang yang sangat aneh.Sementara Ratna hanya bisa menangis dengan tubuh gemetar seraya membopong sang cucu. Dua kali sudah ia menyaksikan sendiri bahwa Sarah bisa tidak terkontrol jika ditinggal sendiri. Hal Itu menjadi pertimbangan wanita paruh baya itu tidak bisa membiarkan sang cucu bersama-sama dengan ibunya, tanpa pengawasan. Kini Ratna yang masih gemetar hebat, seolah kakinya terasa berat tidak mampu membopong berat tubuh yang tidak seberapa. Wanita paruh baya itu memilih duduk di tepian teras rumahnya, yang terbuat dari semen kasar tanpa plesteran."Tuhan, sembuhkan Anakku. Sembuhkan Sarah." Hanya a

DMCA.com Protection Status