Kepergian Via sangat membuat Aryo terpuruk."Aku harus bangkit dari keterpurukan ini, aku harus menemukan Via ku, wanita yang berhasil membuatku jatuh cinta yang keduakalinya, Arrrgghh!" Frustasi Aryo.Ia menyadari yang terjadi padanya sekarang atas kesalahannya. Via telah merancang semuanya karena ia telah menoreh luka yang amat dalam dihati istrinya. ia berpikir setelah beberapa hari ini ia telah menebus kesalahannya dengan menemani dan mendampingi istrinya dengan sabar mencoba untuk menuruti semua kemauannya. Tapi sekarang Via meninggalkan tanpa merasa bersalah, Via tega membuatnya seperti orang gila.Pikiran Aryo sangat kacau, memikirkan kemana Via pergi meninggalkannya, "Aku harus bangkit untuk menemukan Via, aku tidak boleh berdiam diri dan menangisi yang telah semua yang telah terjadi ini. akan ku bawa ia pulang bersamaku dan tidak akan dilepaskan lagi!" gumam Aryo menyeka air matanya, segera beranjak dari tempat duduknya.Aryo keluar dari kamarnya dengan hati yang berusaha kua
Hari ini Via kembali ke Indonesia. Setelah enam bulan berada di negara asing untuk bersembunyi dari Aryo sekaligus menenangkan hatinya yang telah tergores luka.Disana Via bisa melupakan semuanya, melepaskan bebannya yang sangat berat. Via tahu selama ini Aryo mencarinya dengan segala usaha, akan tetapi tetap saja tidak bisa menemukan keberadaannya. Perna dalam persidangan Aryo meminta agar kiasa hukum menghadirkan Via disana, namun Via tetap saja menolak. Tidak membutuhkan waktu lama proses perceraian berjalan dengan lancar walaupun tanpa kehadiran Via, karena Via mengandalkan pengacara yang sangat handal dan sudah biasa menangani kasus seperti itu. Alasan Via kembali ke Jakarta karena ia tidak mungkin meninggalkan kota kelahirannya selamanya, selain itu di Jakarta juga ia mempunyai usaha sendiri yang dikelola oleh Intan sedang berkembang pesat, Kedai kopi dan sekarang sudah ada toko kue juga.Seandainya nanti ia bertemu kembali dengan Aryo, ia tidak akan menghindar ataupun lari, i
Via mulai melangkah kedepan dan menyetop taksi yang lewat. Perjalanan menuju alamat yang diberikan oleh Intan ternyata lumayan jauh, berulang-ulang Via membacanya secarik kertas berisikan alamat itu."Perusahaan Antarna Groub," gumamnya karena baru pertamakali mendengar nama perusahaan itu.Sekitar setengah jam taksi yang ia tumpangi pun berhenti didepan gedung, setelah membayar taksi Via pun turun dan langsung masuk kedalam gedung menuju meja resepsionis."Selamat siang Mbak!" sapa Via pada karyawan itu."Siang! Apakah Mbak membawa pesanan kue dari toko cake VITAN?" tanya karyawan itu langsung."Iya," jawab Via tersenyum"Baik Mbak, silahkan langsung saja menuju ruangan direktur di lantai 13.""Oh, harus aku sendiri yang membawakannya ya?" tanya Via agak keberatan."Iya Mbak, karena Direktur sendiri yang memintanya.""Baiklah kalau begitu Mbak, saya ke atas dulu." Via berjalan menyusuri lobby menuju lift.Beberapa menit kemudian pintu lift terbuka, Via berjalan menuju ruangan khusus
Dilain hari, saat Via sedang ditoko kue, Mika datang mengunjunginya."Mbak," panggilnya ketika melihat Via."Mika, dengan siapa kamu kesini?" tanya Via sambil celingak-celinguk."Aku sendirian Mbak, aku hanya dapat tugas dari mama untuk mengantarkan rendang jengkol ini. Katanya dulu Mbak Via suka jengkol," Mika menyondorkan rantang ditangannya."Wah, tante Elisa masih ingat aja kalau aju suka rendang jengkol." ucap Via meraih rantangnya dengan semangat, Karena sejak menikah dengan Aryo ia tidak perna makan rendang jengkol lagi sebab Aryo tidak suka dengan baunya yang menyengat."Iya, mama titip salam. Soalnya dia tidak bisa anterin langsung karena harus check up.""Tante sakit?" Via mengajak Mika duduk mengobrol."Nggak, cuma mama bilang dia harus rutin ke dokter untuk cek darahnya," jelas Mika."Oh," Via mengangguk-anggukkan kepalanya, "bilang sama tante, makasih banget udah bawain rendang jengkolnya.""Iya Mbak, nanti aku sampaikan.""Tunggu dulu ya. Mbak ambilkan minuman spesial bu
Semakin hari Via semakin dekat dengan keluarga Andre, hanya saja ia jarang bertemu Andre karena Andre sibuk dan jarang dirumah. Banyak waktu yang mereka lewati bersama, Kadang Elisa dan Via hanya jalan-jalan dan mengobrol.Seperti hari ini, Elisa meminta Via untuk datang kerumahnya. Ia ingin mengajarkan Via memasak lagi. Tentunya Via tidak menolak, ia juga ingin pandai memasak seperti Elisa.Dirumah besar keluarga Andre, terlihat Elisa sudah berdiri diteras dan tersenyum ke arah Via yang baru saja keluar dari dalam taksi."Maaf ya Tante lama menunggu," ucap Via saat mendekati Elisa"Tidak apa-apa Sayang, mau pergi sekarang atau mau minum dulu?" tanya Elisa"Pergi sekarang aja Tante, mumpung sinar matahari belum terlalu tinggi.""Ya sudah kalau begitu, Pak! Kita jalan sekarang." Pintah Elisa pada supirnya yang sedari tadi menunggu.Setelah Elisa dan Via masuk kedalam mobil, supirnya pun mulai melajukan mobilnya menuju pasar, karena sebelumnya mereka harus berbelanja dulu.Tak membutuhk
"Mm ... Bukannya Via menolak Tente, tapi bagaimana dengan Andre? Apa jadinya kalau ia menikah dengan orang yang tidak ia cintai. Biarkan saja Andre mencari sendiri istri pilihan hatinya. Tante," kilahnya mencari alasan. Elisa pun mengangguk pelan mendengar jawaban Via. Namun, seketika suara yang terdengar lantang membuat keduanya membulatkan mata."AKU SIAP MENIKAHI MU VIA!""Andre, Apa kamu bilang? Boleh kau ucapkan sekali lagi!" ucap Elisa dengan penuh kegirangan."Aku siap untuk menikahi Via, Ma." jawaban Andre yang mampu membuat senyuman Elisa mengembang.Lain halnya dengan Via, perasaan kembali tak menentu. Ia bingung kenapa Andre bisa berbicara seperti itu? Apakah ia tidak salah dengar?."Bagaimana Sayang? Kamu dengar sendiri kan apa yang dikatakan oleh Andre. Jadi tante mohon agar kamu mempertimbangkan lagi permintaan kami ya." ujar Elisa penuh harap."Iya Tante, nanti akan ku pertimbangkan," jawabnya diam-diam melirik ke arah Andre. Sebenarnya ingin sekali ia meminta penjelasa
Didalam kamar, Via masih menatap bengong dihadapan cermin, memandangi wajahnya yang sudah dihias rapi oleh beberapa MUA tadi. Ia tak menyangka kalau ia hari ini benar-benar akan menikah dengan Andre hanya karena anggukkannya waktu itu.Ia berharap agar keputusan menerima Andre sebagai suaminya tak salah, karena ia sudah trauma dengan pernikahan. mengingat dimana pernikahan pertama berjalan begitu menyakitkan."Dihari bahagia kok melamun?" tanya Intan yang kedatangannya tidak disadari oleh Via."Intan, kamu ngagetin aja deh.""Bukan aku yang bikin kaget, tapi kamu yang sedari tadi melamun sampai-sampai tidak menyadari kalau aku masuk.""Aku hanya memikirkan apa aku tidak salah dalam mengambil keputusan? Tidak terlalu terburu-buru kah aku menikah lagi?""Tidak Via, sepertinya Andre benar-benar tulus mencintai kamu. Jadi kamu jangan pikirin yang macam-macam ya, sebentar lagi acara akad nikahnya akan dimulai." Intan mencoba menyakinkannya."Makasih Tan, kamu selalu ada untukku.""Iya, tap
Berkali-kali ia menelan ludahnya, namun pandangan tak luput dari punggung istrinya.Hingga akhirnya ia menarik Via hingga menghadap kearahnya. Tangan dilingkarkannya di pinggang Via membuat muka keduanya semakin dekat."Ndre! Aku nggak bisa napas," ucapnya. Seketika Andre menghentikan aksinya yang membuat Via tidak bisa bernapas."Sayang! Sekarang kamu itu istriku. Tolong, panggil aku dengan sebutan SAYANG jangan Andre ataupun Ndre, Oke!" Andre mengedipkan sebelah matanya"Harus SAYANG banget ya?" tanya Via pelan."Iya dan itu perintah. Tidak boleh dilanggar, Oke!" Sebuah kecupan kembali mendarat di bibir Via. Lagi-lagi Via tidak bisa menghindar, Andre melanjutkan misinya yang sempat terputus.Saat Andre sudah benar-benar bernapsu, aksinya harus terhentikan lagi karena ketukan pintu dari luar. Dengan sangat terpaksa Andre melepaskan pelukan pada pinggang istrinya lalu berjalan untuk membuka pintu."Ada apa, Bi?" tanya Andre saat pintu terbuka."Kata ibu makan dulu, ibu menunggu di me
Misteri handuk basah diatas kasur.Karena tidur lebih awal, Via terbangun tepat jam sebelas malam, di mana saat itu Andre baru saja terpejam beberapa menit yang lalu. Ia baru menyelesaikan banyak pekerjaan yang menumpuk akibat beberapa lama tidak masuk kerja karena insiden kemarin."Sayang." Via mencubit hidung suaminya, merasa kesal karena tidak mendapatkan respon dari Andre."Sayang." Kali ini Via menggoyangkan tubuh Andre dengan kuat."Hmm," jawab Andre dengan mata masih terpejam karena ia sangat mengantuk."Hei, bangun buka matanya." Via masih terus berusaha membujuk Andre untuk membuka mata."Iya, kenapa Sayang?" tanya Andre juga berusaha menahan kantuknya."Aku pengen banget makan rujak buah dan mangga muda.""Sayang, ini sudah sangat larut malam, mungkin sudah tidak ada yang jual rujaknya. Besok saja ya, mas janji akan beliin banyak.""Nggak mau besok, maunya sekarang." Rengek Via disertai wajah yang mulai cemberut.Waktu berlalu begitu cepat, tanpa terasa hari berganti minggu,
Via kembali kerumah sakit membawa perasaan yang tak menentu, langkahnya sangat terasa berat ketika mengetahui semua kebenarannya.'Wanita itu kini benar-benar telah berhasil merusak semua kebahagiaanku,' batin Via kembali menuju ruangan Aryo. Didepan ruangan Aryo, terlihat dokter sudah keluar dengan cepat Via menghampirinya."Dok, bagaimana keadaan teman saya?" tanya Via khawatir.Dokter menghela napas, "Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi takdir berkata lain. Darah yang dikeluarkan sudah sangat banyak."Seketika Via merasa shock mendengar penjelasan dokter. Ia tidak menyangka sesuatu yang sangat ia takutkan kini benar-benar terjadi.*Semua yang ada di pemakaman itu beranjak pulang, kini hanya tinggal Via dan beberapa teman kerja Aryo.Via menyeka sisa-sisa air mata di wajahnya, kini Aryo benar-benar telah pergi untuk selamanya.Walau bagaimanapun Aryo adalah orang yang pernah mengisi hari-harinya, tentunya Via merasa sedih, apalagi Aryo meninggal akibat tusukan yang dilak
"Hallo."".....""Apa! Kecelakaan?"Seketika semua tubuhnya terasa melemah.****Via menatap sekitar di dalam ruangan serba putih. Dengan aroma obat-obatan atau anti bacterial sejenisnya.Menghapus sisa-sisa air matanya, mata yang sudah bengkak karena sudah menangis beberapa hari.Setelah beberapa waktu yang lalu melewati 8 jam yang menegangkan menunggu operasi berlalu, dan ini sudah 1 minggu ia disini, rasanya sangat sulit baginya untuk bernapas, Andre belum juga sadarkan diri, matanya masih terpejam damai dengan selang infus di hidung dan tangannya.Via disini sendirian, karena Mika juga mengabarkan kalau mertuanya juga jatuh sakit ketika mereka tiba di Jerman."Sayang, kapan kamu bangun? Aku mohon bangunlah." ucapnya lirih, dengan bulir-bulir air mata mulai membasahi pipinya.Ia pun menjatuhkan bokongnya ke lantai, mencoba menumpahkan semua rasa sedihnya dengan kembali menangis.Mendengar langkah kaki yang akan masuk ke dalam ruangan, Via mendongakkan kepalanya."Via, apa yang kamu
Pukul 05.30 Via sudah sedari tadi berkutat di dapur, menyiapkan sarapan untuk suaminya.Saat ia sedang pokus mencicipi masakannya, kedua tangan tiba-tiba melingkar di pinggangnya."Sayang, kamu sudah bangun?" ucapnya yang sedikit kaget dengan kehadiran suaminya."Iya Sayang, kamu terlalu pagi bangunnya, padahal tadi dingin banget, butuh kehangatan," ucap Andre terus mencium tengkuk istrinya."Nah, sekarang kamu cepetan mandi, abis itu akan ku suguhkan yang hangat-hangat.""Benarkah?""Iya, ini kan baru dimatiin kompornya, tentunya masih hangat dong.""Ah, kalau itu panas namanya,""Apa bedanya?""Yang hangat itu kamu." Andre mempererat pelukannya, dengan tangannya yang mulai nakal.Via perlahan sedikit menjauh, takut suaminya meminta lebih, "Sekarang sarapannya sudah siap, cepatan mandi, abis itu kita sarapan bareng." Tak bisa berbuat lebih, Andre akhirnya menurut. 30 menit kemudian Andre datang lagi, kali ini ia sudah terlihat rapi dengan seragam kerjanya.Via mulai mengambil nasi
Malam ini, Andre mengajak Via untuk makan malam diluar. Via pun menurut saja, walaupun dalam hatinya penuh tanda tanya, tidak biasanya Andre mengajaknya makan malam di tempat yang agak jauh dari rumah mereka."Sayang, emangnya kita mau kemana?" tanya Via saat mereka diperjalanan."Ya, mau dinner lah," jawab Andre enteng."Dinner? Tidak biasanya, lagipula sudah sudah beberapa restoran mewah yang sudah kita lewati, emangnya kita akan makan dimana?""Kamu diam saja, sebentar lagi kita akan sampai."Dengan hati yang tak menentu, Via pun akhirnya diam sejenak. Namun, merasa perjalanan sudah sangat jauh Via kembali bertanya. "Sayang, ini sudah terlalu jauh, sebenarnya kita mau kemana?" "Paling 10menit lagi kita akan sampai.""Sayang, setengah jam yang lalu kamu juga bicara seperti itu, nyatanya kita belum juga sampai, kalau terus-terusan begini perut kita akan keroncongan."Andre hanya bisa tersenyum mendengar celotehan istrinya.Benar saja, 10 menit kemudian mereka pun tiba ditempat tuju
Aryo juga sangat tidak menyangka kalau ia akan bertemu Via disini, ia sangat ingin berjumpa dan meminta maaf pada Via. Tetapi, sekarang keadaannya sudah berbeda. Via sudah menikah lagi, bahkan suaminya sekarang adalah sahabatnya sendiri.Selain itu ditempat kerja bukanlah waktu yang tepat untuk meminta maaf.Selama ini Aryo sudah berusaha mencari Via kemana-mana, tetap saja ia tidak menemukannya. Via benar-benar menghilangkan bagai ditelan bumi.Aryo pun frustasi, alhasil pekerjaannya terbengkalai sehingga ia dipecat dari perusahaan tempatnya bekerja.Uang hasil penjualan rumah yang sudah dibagi dua oleh Via juga sudah habis, ia gunakan untuk berpoya-poya, minum-minum, membayar wanita dan berjudi. Aryo benar-benar hancur dan seperti orang gila karena ditinggal oleh Via.Baru satu bulan ini, ia berusaha untuk bangkit kembali untuk meneruskan hidupnya.Saat pertemuan selesai, semua orang yang ada diruangan itu keluar, begitu pula dengan Andre dan Via. Diam-diam Aryo memerhatikan mereka
Pukul 10.00 pagi Salsha sudah tiba di rumah Elisa. Dengan gayanya yang menurutnya sudah sangat pas.Perlahan diketuknya pintu rumah Elisa. Seorang pembantu keluar dan membukakan pintu."Maaf siapa ya?" tanya pembantu itu tak mengenal Salsha"Saya temannya Via," jawab Salsha tersenyum."Oh, non Via tidak ada disini, mereka sudah tinggal di rumahnya sendiri.""Oh begitu ya, tante Elisa nya ada?""Kalau nyonya ada didalam.""Boleh saya bertemu dengan tante Elisa?"Pembantu itu menatap Salsha dan memperhatikannya lamat-lamat"Siapa Bi?" tanya Elisa yang datang dari belakang, karena mendengar suara asing."Anu nyonya, ini ada yang mau ketemu nyonya."Elisa pun mempercepat langkahnya, "Sepertinya saya perna ketemu kamu?" ucapnya saat melihat Salsha."Iya tante, kemarin kita ketemu, saya temannya Via." Salsha memasang wajah sok manisnya"Oh, ya sudah silahkan masuk dulu," ajak Elisa."Bi, buatkan minuman untuk nak," Elisa menatap ke arah Salsha"Salsha tante," ucapnya mengerti maksud Elisa
"Salsha!" Ucap Via ketika melihat wajahnya."Via, dimana mas Aryo? Dia harus menikahiku." "Maaf saya tidak tahu." Via beranjak berdiri dan dengan cepat masuk kedalam toilet karena sudah sangat kebelet.Saat ia keluar ternyata Salsha masih berdiri disana menunggunya."Via, kamu harus dengarkan aku dulu.""Kalau kamu hanya mau ngomongin tentang mas Aryo ataupun menanyakan dimana dia sudah ku jawab aku tidak tahu dan aku tidak punya banyak waktu." Via melanjutkan langkahnya, seketika tangannya dicegat oleh Salsha."Mau kamu apa sih Sha? Seharusnya kamu lebih tahu tentang mas Aryo. Bukankah kamu perna berhasil merebutnya dariku. Sekarang kami sudah bercerai!" "Kamu tinggal kasih tahu dimana mas Aryo berada, gitu aja kok susah banget."Via tersenyum miring dan menggeleng-gelengkan kepalanya, "Aku harus bicara bagaimana lagi biar kamu percaya kalau aku tidak tahu karena sejak bercerai aku sudah tidak sudi bertemu dengannya." Via langsung melangkahkan kakinya kembali ke depan.Salsha pun t
Tak terasa sudah hampir satu bulan penuh mereka tinggal di Maldives dan hari ini mereka sudah kembali ke tanah air.Saat turun dari pesawat senyuman mengembang dibibir keduanya, dari jauh dilihatnya Elisa sudah menunggunya. Via mempercepat jalannya lalu berlari kecil memeluk mertuanya."Mama aku sangat rindu." Via mempererat pelukannya"Mama juga sangat merindukanmu, Sayang.""Jadi aku tak dirindukan nih?" Andre yang sedari tadi dianggurin kini ikut bicara"So pasti mama juga sangat merindukanmu anak nakal." Pelukan serta cubitan kecil mendarat di tubuh Andre. Via pun ikut tertawa kecil melihatnya."Ayo sekarang kita pulang, Mika juga sangat merindukan kalian." Elisa lalu mengandeng tangan Via.Koper mereka dibawa oleh supir pribadi Elisa.Sesampainya di rumah, Andre dan Via disambut oleh Mika dan 2 perempuan bersamanya yang belum Via kenali. Dengan cepat Mika menghambur memeluk Via "Akhirnya kakak ipar ku yang cantik ini pulang juga. Aku sangat merindukanmu.""Sama mbak juga sanga