Beranda / Romansa / MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU / 1. NODA LIPSTIK DI BAJU SUAMIKU

Share

MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU
MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU
Penulis: YATI CAHAYA HATI

1. NODA LIPSTIK DI BAJU SUAMIKU

Penulis: YATI CAHAYA HATI
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

1 NODA LIPSTIK DI BAJU SUAMIKU

Malam terasa begitu dingin. Angin yang bertiup menerpa pepohonan dan melambaikan dedaunan nan elok. Hari ini suamiku berjanji untuk pulang. Setelah dua minggu lebih berada di salah satu cabang restoran karena ada sedikit masalah. Sebenarnya jadwal kepulangannya seharusnya seminggu yang lalu. Namun karena terkendala sesuatu hal mengharuskan tinggal untuk beberapa lama lagi.

Aku mengelus perutku yang mulai membesar. Kehamilan yang kelima ini terasa lebih berat, Berbeda dengan kehamilan sebelumnya. Kali ini badan lebih mudah letih. Apalagi Arya, suamiku jarang berada di rumah. Sejak enam bulan yang lalu dia harus keliling restoran kami yang sudah mempunyai 7 cabang di berbagai kota. Hal itu tentu membuat suamiku semakin sibuk. Walau sebenarnya ada yang bertugas mengelola yaitu orang kepercayaan suamiku. Namun suamiku akhir-akhir ini lebih suka untuk mengontrol secara langsung. Aku tidak masalah, yang penting semuanya baik-baik saja.

Dari seminggu yang lalu, perasaanku selalu tak enak. Ada rasa yang tidak nyaman muncul dari dalam dada

Takut terjadi apa-apa dengan suamiku. Saat kuhubungi manager resto yang ada disana, dia menjawab selama satu minggu suamiku tak berada di sana. Aku ngotot dengan argumenku bahwa suamiku ada disana selama seminggu yang lalu karena sedang mengatasi masalah. Namun jawaban pria itu meyakinkanku tak ada masalah yang berarti. Aku semakin panik, dan mulai berfikir tak jelas.

Ting tong. Bel berbunyi dan membuyarkan lamunanku. Kuayunkan langkah menuju pintu utama. Suamiku muncul dari balik pintu. Senyumnya terlihat manis sekali. Tak terlihat lelah di matanya. Seolah baru saja mengalami sesuatu hal yang menggembirakan.

Aku mencium punggung tangan suamiku dan mengambil travelbag dari tangannya.

“Kau baik-baik saja, Sayang? Bagaimana dengan si dede?” tanya Mas Arya sambil mengelus perutku..

“Aku baik-baik saja, Mas. Aku sangat mengkhawatirkanmu.”

“Aku baik-baik saja. Anak-anak mana?”

“Sudah tidur.“

“Oh, ya sudah.“

“Mau aku siapin makan?”

“Enggak usah, aku sudah makan tadi. Aku cape mau tidur.”

“Ayo!” menggandeng lengan suamiku. Aku mencium wangi parfum yang tidak biasa. Hal ini bukan menjadi kebiasaannya. Biasanya saat pulang dari bepergian, tak ada bau parfum yang masih melekat. Namun kali ini, aku merasakan ada perbedaan. Tubuh suamiku begitu wangi dan terlihat sangat tampan. Wajahnya yang terbiasa dipenuhi jambang dan kumis tipis, kini bersih dan menambah ketampanannya. Walau sudah berusia empat puluh tahun, suamiku masih terlihat muda.

“Oh, ya, mas. Kita punya tetangga baru lo. Orangnya masih muda dan sangat cantik<” Ucapku sambil menaiki anak tangga satu persatu.

“Oh, ya! Rumah yang sebelah mana? Apa kau sudah bertemu dengannya? Dan dia cerita apa saja padamu?” suamiku menghentikan langkahnya. Dia menatap wajahku dengan seksama, lalu mengajukan pertanyaan yang beruntun.

“Iih nafsu amat sih nanya’nya.”Aku mencubit lengan suamiku sambil tersenyum.

“Mmm, enggak sih, biasa aja,” jawab suamiku sambil berlalu.

“Sebelah rumah kita persis. Yang dulu aku bilang ingin membelinya supaya bisa dijadikan satu dengan rumah kita. Anak kita kan banyak. Tapi kamu bilang katanya belum ada uang. Ya, sayang banget sudah kebeli orang.”

“Sudahlah! gak usah bahas hal itu lagi. Aku baru pulang, cape!” Mas arya berlalu. Dia terlihat sangat marah. Entahlah padahal aku juga tidak berkata yang menyinggung perasaannya.  Mungkin saja dia sedang sensitif.

Kami sampai di dalam kamar. Aku langsung menyiapkan piyama untuk suamiku. Sementara suamiku ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

***

POV ARYA WIGUNA

Aku mematung di depan cermin. Berkali-kali mengusap wajah kasar. Apa yang harus aku katakan pada Miranti, kalau rumah itu memang sudah aku beli, tapi bukan untuknya. Dan bagaimana kalau dia sampai tahu jika tetangga baru itu adalah istriku yang berarti madunya. Kenapa juga aku menerima persyaratan yang tidak masuk akal dari Stefani. Saat dia meminta mahar rumah yang ada di sebelah Miranti, aku menyetujuinya tanpa berfikir panjang.

Bodohnya aku saat dia memintanya aku terbuai dengan tubuh moleknya yang dengan sukarela diserahkan kepadaku. Aku tak peduli dia gadis atau bukan. Bagiku dia sangat menggairahkan. Stefani tahu aku menggilainya. Bukan hanya tubuhnya yang sexy, kemahirannya di atas ranjang benar-benar membuatku tak bisa lepas darinya. Satu hal yang tak pernah aku dapatkan lagi dari Miranti.  Aku akui aku tergila-gila padanya.

Sangat berbeda dengan Miranti. Diusianya yang sama denganku, sudah tidak menggairahkan. Tubuhnya yang bergelambir sana sini sangat berbeda dengan tubuh Stefani yang masih padat dan kencang. Apalagi dia sudah melahirkan berkali-kali membuatku malas menyentuhnya. Jangankan menyentuhnya, melihat dia membuka pakaian saja aku tak bernafsu.

Sekarang, apa yang harus aku katakan pada Miranti. Cepat atau lambat dia pasti akan mengetahuinya. Apalagi mulut Stefani itu tak bisa dipercaya. Dia bisa saja berbicara sendiri kepada Miranti tentang pernikahan kami.

“Oh Tuhan, apa yang harus aku lakukan?” Aku meremas rambutku. Rasanya pusing tak terkira.

“Aku tak bisa meninggalkan Stefani karena dia gairah hidupku. Aku juga tak mungkin meninggalkan Miranti karena dia assetku. Kalau Miranti sampai mengetahui pernikahan keduaku di saat yang tak tepat, bisa-bisa dia menendangku dari hidupnya.”

Kupejamkan mata sejenak, mengenang kembali betapa indahnya bulan maduku bersama Stefani. Pulau dewata, disanalah aku dan Stefani mengikat janji. Dulu menjadi impianku dan Miranti untuk bisa mengikat janji suci disana. Namun dulu karena terkendala masalah biaya, hingga kami memutuskan untuk acara sederhana saja di rumah Miranti. Hucu, rasanya menyebalkan.

Tapi kini, aku sudah memenuhi keinginanmu Miranti. Tapi bukan denganmu, melainkan dengan madumu. Stefani aku menggilaimu. Kau begitu pandai menyenangkanku. Rasanya seminggu tak cukup untuk berbulan madu. Wajahmu, tubuhmu oh Stefaniku kau benar-benar membuatku gila. Membuatku lupa kalau aku bukan hanya milikmu. Tapi ada seorang wanita hamil yang menanti kepulanganku. Shiitt, mengingat wanita hamil itu, membuatku muak.

****

POV ASMARA MIRANTI

Kupegang pinggangku yang terasa pegal. Seharian tadi aku begitu lelah. Mengurus rumah dan ke empat anak tanpa ART sangat melelahkan. Aku sudah pernah meminta untuk dicarikan ART kepada Mas Arya. Namun suamiku menolaknya secara halus. Dia bilang kalau kami harus berhemat, karena omset restoran kami sedang turun. Bahkan uang bulananku dipotong lima puluh persen.

Restoran AYAM GORENG KAMPUNG MIRANTI adalah warisan dari orangtuaku. Dulu memang hanya mempunyai dua cabang. Berada ditangan dingin Mas Arya bisa menambah lima cabang lagi. Suamiku sangat pandai dalam berbisnis.

“Mir, jangan lupa siapin baju untuk besok ya! Aku mau ke bandung selama seminggu!” seru suamiku dari dalam kamar mandi.

“Pergi lagi? Bukannya kamu baru pulang?”

“Iya, masih banyak urusan di sana! Pokoknya kamu siapin aja!”

“Iya!”

Mata terasa sangat mengantuk Ingin rasanya memejamkan mata saat ini juga.

 Aku lalu membongkar pakaian kotor untuk diganti dengan yang baru. Tunggu, aku melihat  ada noda seperti lipstik. Aku tak percaya dan meneteliti ulang dan hasilnya sama. Noda lipstik ada disetiap bajunya.

Aku meneliti seluruh isi koper. Saat membuka bagian resleting bagian dalam, aku menemukan alat kontrasepsi pria di dalamnya.

Deg, dadaku bergemuruh. Untuk apa dia membawanya saat bepergian. Benarkah suamiku berselingkuh. Alat itu sudah menunjukkan kalau suamiku punya wanita lain. Tidak mungkin seorang pria membawanya tanpa bersama seorang wanita. Belum lagi bekas lipstik yang ada di bajunya.

“Ohh,” Aku mendadak limbung dan hampir terjatuh. Kupegang perut yang agak mulas. Aku tak percaya dengan semua ini. Mas Aryaku   adalah lelaki setia. Tidak mungkin dia menghianatiku. Tega sekali kau Mas. Kedua mata mulai mengembun. Tanpa terasa airmata jatuh menetes. Aku lemah, aku tak berdaya. Kenapa aku harus mengalami hal ini. Oh Tuhan, tolonglah hambaMu.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Dian Rahmat
gak masuk akal deh... pengusaha punya bbrp outlet tapi gak punya art, pdhal anak 4. lebay bgt outhor bikin alasan.
goodnovel comment avatar
Rani Hermansyah
yok mampir di buku recehku Istri yang tak dirindukan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   2. PENGHIANATAN SUAMIKU

    PENGHIANATAN SUAMIKU“Miranti, kamu kenapa?” Mas Arya terkejut melihat tubuhku yang terbaring lemas di lantai sembari memegangi perut. Dia menggendong tubuhku dan membaringkan di atas ranjang.“Miranti, bangun. Kita ke dokter ya!” Mas Arya sangat mencemaskanku. Berkali-kali dia menepuk-nepuk pipiku. Dia mengira aku tak sadarkan diri. Tubuhku memang lemas, tapi aku tetap sadar. Semua kecemasan yang Mas Arya rasakan, bagiku itu palsu. Pria yang tega menghianati istrinya adalah pria yang pandai berbohong. Semua yang dia katakan hanya palsu belaka.Aku tak ingin membuka mataku. Ingin rasanya aku akhiri saja hidupku. Rasa sakit yang aku rasakan tak bisa terbayar oleh apapun. Jiwaku lemah, ragaku tak ingin bersahabat dengan nyawa. Pergilah kau wahai nyawaku, aku tidak ingin bersamamu lagi. Pergi lah jauh dan bawa ragaku bersamamu. Aku tak mau melihat wajah suamiku lagi. Tanpa terasa airmata menetes di pipiku. Isak tangis

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   3. KEBERANIAN UMAR PUTRAKU

    KEBERANIAN UMAR PUTRAKUPOV ARYA WIGUNAKulangkahkan kaki menuju pintu utama. Ingin segera meninggalkan rumah menuju surga baruku. Sikap Miranti benar-benar mengesalkan. Terlalu mengurusi urusan pribadiku.Seharusnya dia tak mengusik caraku untuk bahagia. Kenapa dia harus seteliti itu mempertanyakan tentang noda lipstik itu. Wajarlah seorang suami mencari kesenangannya di luar sana kalau berada di rumah seperti dalam neraka.Apalagi di kehamilannya kali ini sangat cerewet dan manja. Sudah tahu usia tak muda lagi masih saja hamil. Gak hamil saja aku malas pakai, apalagi dengan body yang melar seperti itu. Bisa membuat burungku tak mau bangun dan melempem kaya krupuk. Huch sebal sekali. Awas saja kalau dia berani melawanku, akan aku beri hukuman yang tak kan dilupakan seumur hidupnya.Kuputuskan untuk pergi ke rumah istri mudaku. Sangat membahagiakan kalau aku mengingatnya. Dia adalah penyemangat hidupku. Bersamanya aku s

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   4. KEDUA MANUSIA TERKUTUK

    4.KEDUA MANUSIA TERKUTUKPOV ARYA WIGUNAUmar terus mendekat kearahku. Tak bisa hal ini di biarkan. Sebagai orangtua, tak boleh kalah oleh anak ingusan itu. Takkan kubiarkan anak itu menang melawanku.“Mau apa kau, umar? Kau mau balas memukul papah?” tanyaku padanya.“Umar tidak pernah membalas saat papah menamparku. Tapi papah sudah memukul mamah, dan aku harus membalasnya!” jawab putraku kalap.Anak nakal itu mengepalkan tangannya dan siap memukulku.“Dia istri papah. Dan papah berhak memberinya hukuman!” jawabku tak mau kalah.“Tapi tidak dengan memukul! Jangan pernah sakiti mamah, atau papah berhadapan denganku!” umar menekan leherku hingga sakit tak tertahankan.“Jangan kurangajar kamu sama papah! Lepasin papah!” rasa sakit menekan seluruh syaraf leher dan juga tenggorokan, membuat kepalaku terasa berkunang-kunang. Kucoba melepaskan diri, tapi tangan juara taekwondo itu s

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   5. DATANGNYA BENALU

    DATANGNYA BENALUPOV MIRANTICape sekali rasanya pagi ini. Kurebahkan tubuhku pada sofa tamu. Anak-anak sudah berangkat sekolah. Artinya, pekerjaan pagi sudah terselesaikan. Untung saja putraku mau membantu pekerjaan rumah hingga tak harus menyelesaikan sendiri.Ting tong, bel berbunyi. Dengan rasa malas, perlahan aku bangkit. Memegang perut yang sudah cukup besar. Tak sabar rasanya untuk segera melihat wajahnya. Lelaki atau perempuan sama saja. Yang penting lahir dengan kondisi sempurna, sehat dan selamat.Ting tong, ting tong! Bel berbunyi berkali-kali hingga memekakkan telinga. Siapa sebenarnya pagi-pagi begini sudah bertamu. Mana gak sopan lagi. Huh, malas rasanya untuk membuka pintu. Bel berbunyi lagi dan pintu digedor dengan keras. Hal itu membuatku takut. Jangan-jangan ada rampok yang menyatroni rumahku.“Ada apa sih brisik banget!” bentaknya.“Itu mas, ada tamu. Tapi gak sopan banget.”

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   6. KEPUTUSANKU

    6, KEPUTUSANKU“Tunggu! Rumah ini milikku, dan aku tak mengijinkannya!” seruku kepada para benalu itu.Mas Arya tersenyum sinis dan menggelengkan kepala. “Miranti, miranti, apa kau lupa? Siapa yang membeli rumah ini? Aku yang membelinya dari hasil keringatku sendiri menjadi jongos dari ayah kamu yang tukang kawin itu!”“Jaga bicaramu, Mas! Ayahku tak pernah menganggapmu sebagai jongosnya. Dan jangan pernah bilang ayahku tukang kawin! Kau tak tahu masalah yang melatarbelakangi semua itu!” sahutku dengan penuh emosi. Aku tak terima ayahku dihina oleh suamiku.“Loh, memang kenyataannya kok. Ayahmu itu kawin sampai empat kali. Kamu toh juga anak haram. Apa artinya kalau bukan tukang kawin?” sahut ibu mertuaku. Mereka benar-benar membuatku emosi.“Aku tak terima ayahku dihina seperti ini! Apa kalian lupa, kalian itu numpang hidup bersumber dari ayahku?! Aku bisa saja mencabut seluruh fasilitas yang s

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   7. RAHASIA STEFANI DAN UMAR

    RAHASIA STEFANI DAN UMARMas Arya terfokus kepada tas yang ku bawa. Reflek, tanganku melingkar untuk melindungi tas. Tatapan Mas Arya penuh curiga. Dia menarik tanganku untuk keluar rumah, lalu menutup pintu dari luar.Suamiku curiga dengan sikapku. Aku juga tak mengerti kenapa tangan ini reflek melindungi tas yang kubawa. Aku mencoba mengatur nafas dan bersikap tenang.“Apa yang kau bawa?” tanya suamiku dengan tetap terfokus pada tas yang masih kulindungi dengan tanganku.‘Oh ini, tas.” Jawabku singkat.“Isinya?!” suamiku mulai meninggikan suaranya dan aku sangat tak menyukainya.“Kecilkan suaramu! Aku bukan budakmu yang bisa kau bentak sesuka hati!” jawabku sengit dan tak mau kalah.“Jangan mengalihkan pembicaraan!”“Siapa yang mengalihkan pembicaraan?! Kau yang menyuruhku keluar dari rumah ini! Apa tak boleh juga aku membawa pakaianku?!

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   8. FAJAR TEMAN MASA KECILKU

    FAJAR TEMAN MASA KECILKUPOV MIRANTISudah sepuluh menit aku menunggu pak suryo, mantan pengacara perusahaan dan pak agus yang dulu mengurusi bagian keuangan. Mereka adalah orang yang menghargai waktu. Tanpa menunggu lama, kedua orang itupun sudah duduk di hadapanku. Setelah memesan minuman, kami berbasa-basi dengan menanyakan keadaan masing-masing. Setelah itu, keduanya menjelaskan kenapa bisa di berhentikan oleh suamiku.Aku sangat terkejut mendengar alasan suamiku memecat mereka. Dengan alasan perusahaan jatuh pailit hingga terpaksa menghentikan keduanya. Namun aneh, kenapa hanya mereka berdua saja tidak dengan yang lainnya. Pak agus menjelaskan karena beliau sering menolak keinginan mas arya untuk mencairkan dana yang begitu besar, walau berkali-kali suamiku mengancamnya. Diusianya yang sudah lanjut, pak agus dikenal sangat loyal dengan perusahaan. Dia benar-benar menjaga amanah dari ayahku.Selama berada dalam genggaman mas ary

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   9. KARYAWAN SONGONG

    KARYAWAN SONGONG“Apa yang kau lakukan?” terdengar suara seorang wanita begitu keras hingga mengagetkanku. Seketika aku menghentikan tanganku memukul fajar. Pria di hadapanku juga sama terkejutnya denganku. Wajahnya memucat seperti mayat. Aku dibuatnya heran. Seorang pengacara seperti fajar mendadak pucat melihat kedatangan wanita itu.Aku penasaran, semengerikan apa wajah wanita yang ada di belakangku itu. Perlahan, kuputar kepala. Alangkah terkejut saat melihatnya. Bukan hantu mengerikan ataupun monster. Bukan wanita gembul dan berwajah sadis. Tak seperti yang ada dalam bayanganku. Wanita itu begitu cantik dan sexy.Kupandangi dia dari ujung kepala hingga ujung kaki. Kakinya menapak di lantai, itu artinya dia manusia dan benar-benar cantik seperti bidadari dari langit. Rambutnya yang tergerai, kulitnya yang putih mulus, serta kaki jenjangnya benar-benar sempurna sebagai seorang wanita. Dia juga masih muda. Usianya tak jauh be

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   9O. HIDUP DAMAI

    9O. HIDUP DAMAIMIRANTI“Sayang, kenapa berhenti?” aku bertanya kepada suamiku saat menghentikan mobil secara mendadak.‘Itu di depan banyak kerumunan orang. Mobil tidak bisa lewat. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi. Itu ada mobil polisi.” Jawab suamiku sembari menunjuk mobil polisi yang terparkir tak jauh dari hadapan..“Iya.” Aku melihat ke arah depan. Ternyata fajar menghentikan mobil tak jauh dari gedung tua yang menyebabkan trauma pada diriku. Dimana aku hampir saja kehilangan kehormatan dan juga kehilangan orang-orang yang aku sayangi. Semua ini gara-gara Handoyo dan Stefani. Kemana aku harus mencari perempuan hina itu untuk membalas dendam kepadanya.“Maaf numpang tanya, pak. Ada apa ya, kok kelihatannya ramai sekali. Apa ada kecelakaan?” tanya fajar kepada salah satu orang yang berlalu lalang.“Ada korban pembunuhan. Korbannya perempuan. Katanya korban pemerkosaan la

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   89. KEMATIAN TRAGIS STEFANI

    KEMATIAN TRAGIS STEFANIMIRANTIPalu hakim sudah di ketuk. Hukuman untuk putra sulungku sudah ditentukan. Meremas dada yang terasa sesak. Tubuh terasa lemas. Sepuluh tahun bukan waktu yang pendek. Umar akan menghabiskan masa mudanya di dalam penjara.Aku sangat menyesal. Semua terjadi karena aku yang tak bisa mengendalikan emosi. Kalau saja saat itu aku menuruti apa kata suamiku untuk tidak bertindak gegabah, mungkin saat ini aku masih bisa memeluk putraku setiap detik.Fajar beserta tim sudah mengusahakan secara maksimal. Namun kasus yang menimpa putraku tidak ringan. Keluarga Handoyo juga menuntut keadilan. Seandainya saja waktu bisa di putar, aku ingin melihat Handoyo yang duduk di kursi pesakitan. Rasanya bagai mimpi ketika melihat anakkulah yang duduk di sana. Dada terasa bagai di himpit batu besar. Sesak dan sakit tak terkira.“Yang sabar, Mir.” Fajar memelukku erat. Kutumpahkan segala kesedihan pada dadany

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   88. KEMATIAN HANDOYO

    KEMATIAN HANDOYOSeorang wanita yang sangat kubenci menghadang langkah. Dia bertepuk tangan dengan suka cita di hadapan.“Kasihan sekali, kamu Miranti. Kau harus kehilangan dua orang yang sangat kau sayangi.”Stefani. Wanita itu benar-benar membuatku kesal.Plaak. Satu tamparan mengenai rahangnya. Plaak, satu tamparan lagi kembali kuhadiahkan kepada stefani. Menjambak rambutnya dengan keras hingga kepalanya terangkat dan meludahi wajahnya.“Lakukan apa yang membuatmu senang. Setidaknya, akulah pemenangnya. Akulah yang melempar batu hingga mengenai tangan Arya dan membuatnya terjatuh. Aku juga yang sudah merencanakan untuk menodaimu beramai-ramai. Itulah sederet dosa yang sangat membuatku bahagia. Walaupun kau berhasil lolos dari berandalan itu, aku tetap puas karena kematian Arya dan anakmu!”“Jadi kau yang melakukannya?!”“Iya! Ha ... ha ... ha ....”Bugg.

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   87. KEMATIAN ARYA DAN YUSUF

    KEMATIAN ARYA DAN YUSUF“Pergi kalian atau aku habisi anak ini!” terdengar suara Handoyo dengan nada mengancam dibarengi oleh suara tangisan Yusuf. Serentak kami menoleh dan terkejut melihat Handoyo yang sedang menyandera Yusuf dengan belati di leher. Ayah juga berdiri dengan nafas naik turun tak jauh dari Handoyo. Sepertinya, Ayah baru saja mengejar musuh bebuyutannya itu. Saat posisi terdesak, Handoyo menyandera putraku.“Lepaskan putraku, handoyo! Aku berniat untuk mendekat, tapi Fajar memegangi lenganku.“Jangan gegabah, Mir. Kau bisa membahayakan nyawa Yusuf!” Fajar memegangi tubuhku dengan erat. Aku berusaha melepaskan diri, tapi sayangnya tenagaku kalah kuat dari suamiku.“Lepaskan cucuku Handoyo! Atau kau akan ....”“Akan apa?! Kau akan membunuhku?! Kau bisa lakukan itu setelah kematian cucumu ini!” Handoyo menekan leher Yusuf dengan keras hingga putraku itu menan

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   86. UMAR SALAH PAHAM

    UMAR SALAH PAHAM“Yusuf? Dia tadi bersama Arya.” Jawabku sembari menyapu pandangan di seluruh ruangan. Namun tak nampak keduanya. Kemana para penjahat itu membawa mereka.“Arya! Teganya dia menculik darah dagingnya sendiri! Awas akan aku habisi kau!” Fajar mengepalkan tangannya. Matanya memerah dan memancarkan amarah yang membara. Dia pasti mengira Arya yang sudah menculik yusuf. Aku tak boleh membiarkan kesalahpahaman ini.“Fajar. Arya tidak bersalah. Dia tidak menculik Yusuf. Justru dia malah membantuku.”“Diam Mir! Jangan membela manatn suamimu itu! Sudah jelas dia yang bersalah dengan mengumpankan darah dagingnya sendiri tanpa memikirkan dampaknya!”“Fajar aku tidak bohong. Arya memang ....”“Cukup Mir! Ayo aku akan membawamu kepada ayahmu. Setelah itu aku akan mencari Yusuf. Kau pulanglah bersama ayahmu!”‘Tidak, fajar aku....&rd

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   85. BANTUAN DATANG

    BANTUAN DATANG“Jadi ini wanita yang akan membuat kami senang, Tuan?”‘Iya. Kalian aku bayar mahal untuk bersenang-senang. Bagaimana, aku orang yang sangat baik’kan?”“Sangat baik ha ... ha ....”“Dia bahkan masih menggunakan gaun pengantin yang sangat sexy. Bagian dadanya yang sedikit menyembul sangat menggiurkan. Membuatku segera ingin menyentuhnya. Ha ... ha ....”“Suaminya pasti akan menangis darah setelah melihat malam pertama istrinya bukan bersamanya, melainkan dengan kami bersepuluh. Ha ... ha ....”“Itu yang kuinginkan. Kalau kalian bisa melakukan tugas dengan baik dan memastikan suami dari wanita itu akan menangis darah, aku akan memberikan bonus untuk kalian ha ... ha ....”Aku berusaha menutup kedua telinga. Namun tetap saja percakapan mereka yang sangat mengerikan terdengar oleh kupingku hingga membuat tubuh menggigil. Wa

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   84. BANTUAN ARYA

    BANTUAN ARYA“Aw.” Aku mengaduh saat tanpa sengaja menendang sesuatu yang membuat lutut sakit. Pada saat masih kesakitan sembari memegangi lutut, tiba-tiba ada yang menarik kayu di tangan dengan keras hingga membuatku kembali mengaduh.“Aw. Sakit.”“Miranti?! Benar itu dirimu?!”Aku menegakkan kepala. Arya sudah mengetahui keberadaanku. Gigi gemerutuk menahan amarah melihat pria yang tak pantas menyandang sebutan ayah. Tak mungkin hanya berdiam diri. Arya harus merasakan akibat dari perbuatannya.Mundur beberapa langkah sembari tangan menggapai apapun yang bisa kujadikan alat untuk melindungi diri.Krompyang. Suara benda yang berjatuhan saat tanganku berusaha menggapai sesuatu yang ada di sana. Sialnya aku tak tahu kalau di belakang terdapat banyak tumpukan benda. Tempat yang begitu gelap, benar-benar membuatku kesulitan.“Miranti! Kau tidak apa-apa’kan? hati-hati

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   83. MASUK KANDANG MACAN

    masuk kandang macanARYAPlaak. Satu tamparan keras mendarat di pipi saat aku memohon untuk membatalkan rencana jahat Handoyo. Aku bahkan sudah berusaha merendahkan diri dengan mencium kaki Handoyo dan juga istriku. Kalau saja bukan karena keselamatan putraku dan mantan istri yang pernah kusakiti, aku tak sudi untuk mencium kaki manusia tak berperasaan dan juga istri yang tak punya harga diri. Menyesal aku sudah meninggalkan istri sebaik Miranti.“Asal kau tahu, Arya. Aku juga sudah muak denganmu! Kau sudah tidak aku butuhkan lagi! Kini balas dendamku akan terbalaskan. Saat anak dari musuh terbesar sudah berada di genggaman, kau akan kuhabisi setelah mereka! Tapi terlebih dahulu, kau harus menyaksikan penderitaan anak dan mantan istrimu! Mereka semua akan aku habisi di depan matamu! Ha ... ha ....” Handoyo menendang tubuhku. Rasa sakit di sekujur tubuh berusaha kutahan, aku harus tetap memohon kepada iblis yang ada di hadapan.

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   82. KENA JEBAKAN

    KENA JEBAKAN“Kejutan.”Tiba-tiba aku dikejutkan oleh mamah, ibu, ayah mertua dan juga anak-anak Miranti. Mereka muncul dari arah dapur.“Apa-apaan sih. Gak lucu tahu’gak” sungutku.“Hey anak nakal. Jangan begitu. Yang sopan sama orangtua!” mamah menjewer kuping hingga aku mengaduh kesakitan.“Lepasin. Mamah nih bikin malu aja.” Aku tak berani melepas tangan Mamah. Seperti inilah kebiasaannya. Mungkin dalam pikirannya aku ini masih bocah ingusan yang suka pipis di celana. Huch. Menyebalkan.“Aku sekarang’kan sudah jadi ayah. Malu sama mereka.” Bisikku di telinga mamah.Wanita yang melahirkanku tersenyum mengejek, lalu mengacak rambutku. Untungnya tanpa harus memintanya lagi, tangannya kini berpindah ke pundak dan mengelus dengan lembut.“Mamah bahagia kalian pulang tepat waktu.” Mengecup keninng dengan lembut. Terlu

DMCA.com Protection Status