Makan Sepiring BerduaBab 46Aku langsung berlari masuk ke dalam rumah, lupa kalau datang bersama Mas Hanif, biarlah dia bersama Nenek dan Kakek, nanti juga dipersilahkan masuk.Aku langsung berlari menuju kamar Shella.Tok tok tok!"Shella! Shella!" Aku memanggilnya saat sudah di depan kamar lalu mengetuk pintu kamar.Ceklek!Pintu terbuka dan muncul wajah Shella yang pucat dan kuyu sambil cemberut."Lamaaa ...!" ujarnya merajuk."Nich ...! Pesennya mendadak sih, terus di proses dulu sayang," ujarku sambil mengangkat kantong plastik berisi pesanannya."Wah ...! Ayo di makan," Mata Shella langsung berbinar, direbutnya kantong plastik dari tanganku, berjalan riang sambil senyum-senyum ke arah meja makan."Ayo Dewi! Ikutin gue, ngapain bengong di situ," ujarnya sambil tetap berjalan.Aku memang masih melongo melihat tingkah Shella, tadi Nenek bilang, dia sakit nggak kuat jalan, nggak bisa bangun, lah ... sekarang dia melangkah cepat sambil mesam-mesem, aneh banget ulahnya.Aku langsung
Aku segera menghabiskan separuh porsi nasi, bahkan hanya sedikit saja yang diri ini makan, selebihnya untuk Kak Dewa, baru hari ini aku makan sepiring berdua dengan pria, aku makin grogi dengan tatapannya.Aku membuang muka, menghindari tatapan kak Dewa, melihat ke arah Shella."Shella ...! Kamu sudah periksa ke dokter?" tanyaku.Shella menjawab dengan senyuman dan anggukan kepala dengan antusias, bola matanya juga melebar berbinar memancarkan rasa bahagia.Kriuk ..kriuk...Shella menikmati gigitan kedondong muda di tangannya, yang membuatku ngilu dan meringis membayangkan sensasi kecutnya.Aku lihat dipiring ada buah-buahan yang serba muda dan pasti kecut rasanya.Kedua alisku menaut, keningku mengerenyit."Shella?! Kamu ngidam?" tanyaku hati-hati sambil memicingkan mata.Shella, hanya nyengir lebar sambil menganggukkan kepalanya lagi dengan raut wajah yang sama berbinar bahagia."Masya Allah ...! Alhamdulillah ...! Beneran Shella ...?!" Aku terlonjak dari tempat dudukku, karena mende
POV HanifSemenjak pulang dari mengantar Dewi ke rumah Neneknya Shella, hati ini begitu gelisah, berkali-kali kutarik napas dalam dan mengembuskan perlahan.Aku menatap langit-langit kamar, resah! Mata ini tak mau terpejam juga, padahal jam sudah menunjukkan pukul 22.40.Kenapa aku segelisah ini? Apa aku kecewa atau cemburu? Melihat pandangan mata Kak Dewa begitu lembut dan sayang pada Mbak Dewi? Mampukah aku bersaing dengannya?Mbak ...?! Aku memanggilnya Mbak! Karena memang usiaku jauh lebih muda hampir 10 tahun darinya.Tapi, bukankah mencintai beda usia tidak ada larangan? Bahkan aku banyak baca dan lihat di berita, ada pernikahan seorang Nenek dengan pemuda ABG, ada mantan siswa cowok menikahi mantan gurunya perempuan, atau sebaliknya ada seorang gadis dinikahi Kakek-kakek dan mereka hidup rukun.Pasangan itu terlihat lebih romantis dan harmonis, bahkan hingga punya keturunan.Jadi buat aku, jatuh cinta dengan Dewi yang usianya 10 tahun lebih tua dariku bukanlah hal yang memaluk
POV Ardi"Hallo Bro, Lu jadi ke Bali?" Fauzi, sahabatku bertanya, namun matanya tetap fokus menatap layar ponsel, kami tetangga rumah, dia sering menginap di rumahku, kami juga satu sekolahan."Kurang tahu gue zi, gimana keluarga Tante aja, berangkat okey, nggak juga nggak apa-apa," jawabku santai."Eh, tapi di Bali banyak turis loh ... bisa buat konten, ngobrol sama mereka, pakai bahasa mereka, lalu kita terjemahkan artinya, dan menginfokan pengucapan yang benar di konten," ujar Fauzi."Iya juga, gimana nanti aja deh, sekarang juga lagi sibuk edit naskah cerita berbahasa asing dan terjemahannya, bikin naskah yang mengedukasi dulu.""Lu bantu promo juga di group literasi ya," ujarku."Okey Bro ..! Eh Ardi, otak lu nggak keriting, encer banget dah, tiap hari bikin naskah, edit naskah, bikin konten, masih sekolah, bantu kerjaan Om lu, bantu nyokap lu, keren tau nggak." Fauzi berdecak kagum."Hidup gue keras zi dari kecil, nyokap gue berjuang demi anak-anaknya, tiap hari bangun subuh, t
BAB 50Fauzi terus saja menggodaku dan tertawa keras, melihat aku dan Tiara tersipu malu Tok tok tok!"Ardi Sayang, ini Ibu Nak." Terdengar pintu kamar, ruangan kedap suara yang aku pakai untuk ruang bekerja dan bikin tugas di ketuk Ibuku."Sebentar ya," kataku pada Tiara, yang dibalas dengan anggukannya.Aku memutar kenop pintu Ceklek!"Ya Bu?" ucapku."Tadi Ibu lihat ada temen kamu yang datang, ayo di ajak makan dulu, Sholat dhuhur dulu ya," kata Ibuku.Aku membuka pintu lebar-lebar agar Ibu bisa melihat Fauzi juga."Tante," Fauzi menyapa dan menganggukkan kepala dengan sopan. Ibu membalasnya dengan tersenyum.Namun pandangan Ibu berhenti pada ponselku yang masih menyala, dia memperhatikan sosok yang terlihat di ponselku. Tiara yang merasa diperhatikan menyapa dan memberikan senyumannya."Hallo ...! Tante Dewi, apa kabar? Senang bisa melihat Tante lagi, Tante tambah cantik loh," ujar Tiara.Ibu masih diam dengan alis menaut."Siapa dia Ardi? Ibu seperti pernah melihatnya, tapi dim
"Ayah baru? Maksudnya apa sih Kak?" tanya Aisyah polos.Ibu menggeleng-gelengkan kepala, memintaku agar menyudahi obrolan ini, namun aku tidak setuju, aku masih ingin menggoda adikku."Ayah baru itu, kalau Ibu menikah lagi, jadi punya suami baru, suami Ibu itu yang jadi Ayah baru Aisyah," jelasku."Ibu emang mau nikah lagi? Berarti Ayah tiri namanya Kak, galak nggak? Aisyah nggak mau! Takut punya Ayah tiri jahat kayak di tivi-tivi?" ujarnya sendu.Ibu hanya diam menyimak dan memperhatikan aku dan Aisyah mengobrol."Nggak semua Ayah tiri jahat Dek, ada yang baik dan super baik juga kok, makanya sering-sering berdoa ya, semua Aisyah di kasih Ayah tiri yang baik," ujarku."Sudah Kak! Aku pernah berdoa kok, Ya Allah semoga Aisyah bisa punya Ayah lagi yang sayang sama Ibu, Kakak dan Aisyah seperti Om Dewa, gitu Kak," katanya polos.Aku menahan tawa, sambil melihat reaksi Ibu yang tercengang.Tiba-tiba ponselku berdering."Om Dewa? Panjang umur Dek! Habis diomongin orangnya telpon," katak
KEKECEWAAN SHELLA PADA DEWIBAB 52Aku melirik jam dinding lagi, jam tiga lebih lima belas menit, masih ada waktu, jam 5 sore sudah harus dibawa ke rumah Shella."Mbak Dewi! Ini bikin nasi gorengnya seberapa banyak?" tanya Gembong yang baru datang langsung aku tugaskan memasak nasi goreng spesial."Kira-kira untuk 25 porsi kalau sudah jadi masukin ke termos nasi ya, biar awet hangat," ujarku sambil meneliti yang harus dipersiapkan, ada 5 ekor bebek goreng, ayam panggang, ikan bakar, aneka lalapan, sambel tomat terasi dan sambel mangga muda, tumis kangkung, rica-rica, tongseng.Aku tak perhitungan dengan apa yang akan aku bawa, mereka selama ini sangat baik dan selalu menolongku dengan iklasMama Laura tadi bilang tamunya dari Saudi, rekan-rekannya yang lain juga datang bersama istrinya, aku siapkan juga menu Indonesia lainnya yang tidak ada di warungku, seperti sate dan pecel.--------Setelah rapi semua menu, aku segera membersihkan diri dan bersiap-siap. Ardi dan Aisyah sudah rapi l
Aku segera keluar dan menutup pintu kamar Shella, kaki ini berjalan melangkah ke arah ruang sholatan, karena adzan magrib sudah terdengar, pandanganku menoleh sejenak ke arah para tamu yang berkumpul karena aku bisa melihatnya dari posisi yang aku lalui.Mata ini melihat para tamu yang dari Saudi, teringat kata Shella 2-3 hari lagi mereka akan kembali ke negaranya bersama Kak Dewa juga.Mata ini penasaran mencari sosok Kak Dewa yang tadi terlihat memakai pakaian sangat rapi, begitu tampan dan berkarisma.Saat mata ini menemukan sosok yang aku cari, dia sedang duduk bersama para tamu, ternyata Kak Dewa juga sedang menatapku.Ya Ampun! Jantung ini tiba-tiba berdetak lebih cepat, kenapa bisa barengan sih saling melihatnya, aku segera memalingkan wajah, namun ada perasaan nyaman setelah melihat wajah Kak Dewa, eh. Jadi senyum senyum sendiri.Setelah sholat magrib berjamaah, mereka semua makan malam bersama, tempat terpisah, untuk para lelaki di sebelah kanan untuk para perempuan di meja