MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (19)Pulang ke rumah, Indra langsung menemui ibunya."Ma, Indra rencana mau jual mobil. Boleh nggak, Ma?" "Buat apa?" Bu Rahmi mengernyitkan keningnya dengan ekspresi heran."Buat melamar Selvi.""Melamar Selvi? Kamu nggak sedang bercanda 'kan, Ndra? Kok melamar Selvi harus jual mobil segala? Nggak salah?"Indra menggelengkan kepalanya."Nggak, Ma. Dia minta mahar sesuai dengan tahun pernikahan kami. Dua puluh ribu ditambah dua puluh dua juta rupiah. Uang dari mana kalau nggak jual mobil, Ma?" Indra balik bertanya."Lho, kok banyak sekali? Apa kamu sudah pikirin masak-masak, Ndra? Kemarin katanya nikah di KUA aja biar nggak banyak butuh biaya, terus maharnya seperangkat alat shalat aja, kok sekarang jadi duit segitu banyak? Kalau kamu jual mobil, terus kamu mau pake apa ke kantor? Jangan gila, Ndra! Pikirkan masak-masak lagi!" jawab Bu Rahmi lagi.Indra menghembuskan nafasnya."Mau gimana lagi dong, Ma? Selvi 'kan anak orang kaya. Dia juga pengusaha t
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (20)14 hari kemudian.Indra tersenyum bahagia dan lega saat akhirnya petugas pengadilan agama menyerahkan selembar kertas berwarna kuning yang merupakan bukti sah perceraian antara dirinya dengan Aira.Ia merasa bersyukur. Setelah sekian lama menjalani proses persidangan dan menunggu hingga akta perceraian itu dibuat dan ditanda tangani oleh petugas pengadilan agama, akhirnya berkas yang dia nanti-nantikan itu pun keluar juga dan sekarang telah berada dalam genggamannya.Dengan hati lega dan bahagia luar biasa, ia pun segera keluar dari gedung pengadilan agama kota itu tempat dia mengambil akta cerai itu pagi ini.Usai mengambil akta cerai, seperti biasanya, dia pun mengunjungi toko milik calon istrinya, Selvi, hendak mengabarkan langsung berita gembira ini.Namun, sesampainya di toko, tak seperti biasanya, kali ini ia menemukan toko perhiasan milik calon istrinya itu dalam keadaan terkunci dan tertutup rapat.Indra pun seketika dilanda tanda tanya be
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (21)"Ini, Bu surat cerainya. Tanda tangani bukti pengambilan berkas dulu ya, Bu, baru bisa Ibu bawa pulang akta cerainya," ujar petugas pengadilan agama tersebut pada Aira.Aira mengangguk patuh lalu segera membubuhkan tanda tangannya pada buku register yang terbentang di hadapannya.Setelah selesai menandatangani bukti pengambilan akta cerai itu, dia pun segera keluar dari gedung pengadilan agama dengan senyum terkembang di bibirnya.Dengan membawa serta kedua buah hatinya, usai dari pengadilan agama, perempuan itu gegas menuju kediaman pemilik tanah perumahan yang dia beli kemarin.Rencananya dia ingin minta segera dibuatkan surat perjanjian jual beli tanah kaplingan tersebut agar bisa memiliki kekuatan hukum atas tanah tersebut dan bisa segera membangun rumah impiannya itu di sana.Bulan kemarin dia sudah melakukan pembayaran pertama, tapi sengaja minta agar surat perjanjian pembelian secara kredit tanah tersebut dilakukan setelah ia mendapatkan su
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (22)Setelah mengurus berkas berkas yang diperlukan, beberapa hari kemudian, pernikahan Indra dan Selvi pun dilangsungkan.Tak ada pesta meriah seperti permintaan Selvi sebelumnya yang kemudian dibatalkan oleh wanita itu sendiri. Yang ada hanyalah ijab dan kabul yang dilangsungkan di hadapan petugas kantor urusan agama dan para saksi serta keluarga mereka saja.Dihadiri Bu Rahmi, dan anak anaknya serta menantunya, juga ibu dan kakak Selvi, Indra akhirnya mengucapkan ijab kabul pada wanita yang begitu ia cintai itu.Usai mengucapkan ijab kabul, dua insan itu pun keluar dari gedung KUA menaiki mobil yang dikemudikan oleh Rudy, kakak Indra."Kita sementara tinggal di rumah Mama aja ya, Vi. Kita belum punya rumah. Jadi sementara tinggal di rumah Mama aja ya? Lagian sebagai menantu perempuan, sudah seharusnya kamu tinggal di rumah mertua, kan?" ucap Indra pada istrinya."Tapi, Mas ... Mamaku juga maunya kita yang tinggal di rumah dia, karena rumahku juga se
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (23)"Pak, ini model rumahnya ya, Pak. Bisa kan, Bapak bikin persis seperti gambar ini dan desainnya sama persis seperti rumah ini?" tanya Aira pada pria paruh baya di depannya yang dikenalkan oleh pemilik tanah padanya sebagai pemborong bangunan yang kualitas pekerjaannya cukup baik menurut para konsumennya yang beberapa Aira temui untuk sekedar sharing dan tanya tanya.Harga borongan yang tidak mahal dari harga umum dan lamanya pengalaman laki laki tersebut sebagai pemborong bangunan membuat Aira merasa yakin untuk menyerahkan pekerjaan rumahnya pada laki laki itu. Apalagi Aira juga sudah melihat sendiri fisik bangunan yang berhasil dibangun oleh lelaki itu. Semuanya bagus dan tampak berkualitas baik."Iya, Bu. Insyaallah saya bisa membangun rumah sesuai model yang Ibu inginkan ini,' jawab lelaki itu pada Aira.Usai merundingkan masalah harga borongan pekerjaan membangun rumahnya tersebut dan lamanya perkiraan hari mengerjakannya, Aira pun segera mem
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (24)"Mas, aku pulang dulu ya, soalnya Cantika nanyain aku terus. Kalau kamu masih ingin sama sama aku, kamu bisa nyusul aku ke rumah mamaku ya, nanti atau besok pagi. Tapi baiknya sih besok pagi aja, soalnya malam ini aku capek banget, Mas! Pengen istirahat.""Besok pagi aja aku tunggu Mas di rumah mama ya. Kita bicarain soal toko nanti di rumah mama, oke?" sambung Selvi lagi sesaat sebelum masuk ke dalam mobil Ryan.Indra tak menyahut. Ia ingin mencegah Selvi pergi tapi tak berdaya saat istrinya itu memaksa naik ke mobil kakaknya lalu tanpa menunggu persetujuan darinya lagi, segera berlalu dari halaman rumahnya.Sepeninggal menantunya yang pergi tanpa pamit itu, Bu Rahmi mengepalkan tangannya dengan kesal. Perempuan judes itu lalu menatap tajam sang putra."Ndra? Gimana sih istri kamu itu? Malam pertama bukannya mikirin suaminya tapi kok malah mikirin anak perempuannya! Keterlaluan banget! Kamu harus bisa tegas sama dia, Ndra, biar nggak berbuat sema
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (25)"Mas, syukurlah akhirnya kamu datang juga. Masuk yuk, Mama dan Mas Ryan sudah nungguin tuh dari tadi," ujar Selvi saat akhirnya Indra sampai juga di kediaman mertuanya itu.Indra menganggukkan kepalanya lalu mengikuti langkah istrinya masuk ke dalam rumah besar keluarga mertuanya itu.Di ruang tengah dia mendapati Bu Dewi dan kakak iparnya, Ryan tengah duduk seolah memang benar benar sudah menunggu kedatangannya.Melihat kemunculannya, mertuanya dan kakak iparnya itu sontak menyambutnya dengan senyum sumringah."Menantu Mama, Indra, akhirnya kamu datang juga. Ayok mari duduk. Mama sudah lama nungguin kamu lho. Ryan juga. Apa kabar? Kamu sehat sehat aja kan?" ujar mertuanya sambil mempersilahkan Indra untuk duduk.Indra tersenyum lalu pelan pelan duduk di depan Bu Dewi dan Ryan."Sehat sehat, Ma. Makasih Mama udah ngundang Indra ke sini. Apalagi kata Selvi, Mama ada rencana buat Indra. Indra bersyukur andainya Mama dan Mas Ryan memang percaya pada
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (26)"Aira? Dini? Dino? Kalian ... ?" Indra menatap tak percaya pada tiga sosok manusia yang ada di depannya itu.Entah sudah berapa lama mereka tidak lagi bertemu. Selama ini tak ada keinginan dalam hatinya untuk mencari.Namun, setelah apa yang terjadi dalam rumah tangga seumur kecambah-nya dengan Selvi, rasa haru dan rindu pada anak dan mantan istrinya itu menyeruak juga di sudut sanubari Indra.Sungguh, ia tak menyangka bisa bertemu Aira dan anak anaknya di sini. Tapi dia merasa sangat bahagia bisa kembali bersua setelah sekian lama berpisah.Ada pun Aira menutup mulutnya karena rasa terkejut yang sangat pada apa yang ada di depannya saat itu. Rasanya dia tak percaya melihat sosok Indra yang sedang menatap lekat dirinya dan kedua buah hatinya.Ya, Tuhan, bagaimana bisa tiba tiba mantan suaminya itu ada di depannya dan dapat menemukannya? Batin Aira gundah."Mas Indra ... ? Ngapain kamu di sini?" tanya Aira tak suka setelah beberapa detik terpana, b
POV DONNYSetelah diperintahkan hakim untuk melakukan mediasi, kami berdua pun akhirnya menghadap hakim mediasi di ruangan kerjanya.Kulihat Nisa menatap garang saat aku berjalan lebih dulu menuju ruangan tersebut. Aku memang berharap hakim mediasi dapat menyatukan kami berdua kembali. "Jadi, Pak Hakim, saya ingin rujuk lagi dengan istri saya ini. Saya memang sudah melakukan kesalahan fatal dengan mengkhianati perkawinan kami, tapi saya sangat menyesali hal itu, Pak Hakim.""Saya juga kasihan sama Nisa, istri saya ini. Kalau dia jadi janda, pasti namanya akan buruk di mata masyarakat. Dia akan jadi bahan gunjingan tetangga. Orang-orang akan takut kalau Nisa merebut suami mereka. Lagi pula, zaman begini banyak laki-laki suka seenaknya saja. Mereka berpikir janda itu perempuan yang mudah digoda dan diajak berbuat yang tidak-tidak.""Makanya saya ingin mengajak Nisa rujuk. Apalagi, Nisa ini hanya ibu rumah tangga biasa. Tidak punya banyak pilihan. Hanya laki-laki yang benar-benar baik s
POV DONNY"Saudari Nisa, Saudari yakin hendak melanjutkan gugatan perceraian pada suami Saudari, yakni Saudara Donny ini? Sudah dipertimbangkan masak-masak? Kami masih memberikan kesempatan bila mana Saudari hendak membatalkannya," ucap salah seorang hakim pada Nisa yang kemudian mengangguk yakin sebagai jawaban."Yakin, Yang Mulia. Sudah saya pertimbangkan masak-masak, saya akan tetap melanjutkan gugatan saya ini," jawab Nisa dengan nada tegas."Baik." Hakim mengangguk-anggukkan kepalanya lalu meneruskan pertanyaan kembali."Apa alasan dan dasar hingga Saudari memutuskan untuk menggugat cerai suami Saudari?" lanjut hakim pula."Karena suami saya sudah menikah lagi tanpa izin dari saya maupun izin atasan tempat ia bekerja sehingga saat ini status kepegawaian suami saya pun terancam dipecat dan berakhir. Bukan itu saja, saat ini suami saya juga sudah memiliki seorang putri dari pernikahan keduanya itu, Yang Mulia dan sebagai seorang istri, rasanya saya tidak bisa menerima dan mentoleri
POV DONNYSetelah dengan terpaksa meninggalkan rumah ibu NIna, aku pun melajukan roda dua menyusuri jalanan kota yang mulai sepi di jam tengah malam seperti ini.Hampir semua rumah penduduk sudah tutup. Hanya warung kopi dan warung pinggir jalan saja yang tampaknya masih buka.Aku pun membelokkan kendaraan ke sebuah warung kopi yang terlihat ramai.Kubiarkan saja tas pakaian berada di jok motor sementara aku duduk di bangku santai yang berjajar di sepanjang pinggir trotoar."Kopi, Mas. Satu," ucapku pada pelayan.Pelayan mengangguk. Aku pun menunggu, tetapi hingga beberapa saat lamanya, pesanan kopiku tak juga kunjung datang.Aku pun memanggil pelayan itu kembali dan dengan tak sabar, meminta pesananku segera dibuatkan.Pelayan tampak grogi. Namun, sesaat kemudian ia membawakan juga pesanan kopi yang kuminta. "Maaf ya, Mas. Kami kurang anggota, jadi pesanan lama nunggu," ujarnya sambil menundukkan kepala, meminta maaf."Kekurangan anggota? Maksudnya kurang pekerja?" tanyaku dengan na
POV DONNY"Nina, apa ini? Keterlaluan kamu! Kamu selingkuh ya! Atau ... jangan-jangan kamu ju*al diri! Kamu gila! Baru saja selesai nifas, sudah berbuat seperti ini! Bukan sama suami, tapi sama orang lain! Dasar perempuan jal*ng!" bentakku kalap saat melihat keadaan Nina yang demikian.Kurenggut kimono yang dikenakan perempuan itu hingga sobek di beberapa bagian.Nina berusaha mempertahankan dan menutup bagian atas tubuhnya yang terbuka dengan telapak tangan, tapi percuma sebab tangan itu pun kurenggut paksa."Percuma kamu tutupi! Aku sudah melihat semuanya, Nina! Kamu selingkuh, kan! Iya, kan!" bentakku lagi dengan kalap.Nina hanya mampu menatapku nanar."Apa kata kamu! Hentikan, Mas! Apa-apaan kamu!" dengkusnya keras."Kamu yang apa-apaan! Kenapa badan kamu merah-merah begini! Kamu habis ngapain! Jelaskan!" bentakku untuk ke sekian kalinya dengan nada penuh curiga dan emosi.Nina hendak membuka mulutnya, tapi urung saat Naura tiba-tiba tersentak bangun dari tidurnya lalu memekik ke
POV DONNY"Bu, memangnya Nina mau ke mana sih? Hari sudah sore, apa nanti nggak kemalaman di jalan?" tanyaku pada ibu mertua saat Nina sudah keluar dari rumah, menggunakan ojek online yang dipesan oleh istriku itu untuk pergi. Entah ke mana."Nina ke mana nggak perlu kamu tanyakan lagi, Don. Biar aja dia pergi. Doakan saja istrimu itu selamat! Yang penting nanti pulang bawa uang. Kamu nggak bisa ngasih istri dan anakmu makan lagi, jadi nggak usah banyak tanya deh!" jawab ibu mertua dengan ketus sambil berlalu ke belakang."Kok ibu ngomong gitu? Sebelum SK pemecatan Donny keluar, Donny kan masih bisa dapat gaji, Bu. Lagi pula gajian kemarin semua uangnya sudah Donny kasih ke Nina, kok dibilang Donny udah nggak bisa ngasih makan Nina dan Naura lagi sih, Bu!" protesku sedikit keras pada beliau sambil membuntuti langkah ibu mertua ke belakang. Namun, beliau mengibaskan tangannya."Iya, bulan ini mungkin masih bisa makan. Tapi itu juga pas-pasan, karena sembako sekarang naik semua. Minyak
POV DONNY"Bu, maaf apa lowongan pekerjaan ini masih ada, Bu?" tanyaku pada ibu pemilik warung yang baru saja mengantarkan teh dingin yang kupesan.Ibu tersebut menganggukkan kepalanya."Masih. Siapa yang butuh pekerjaan? Tapi gajinya kecil ya, cuma lima ratus ribu sebulan. Kerjanya cuci piring sama ngantarin makanan ke meja tamu," sahut sang ibu dengan wajah datar."Lima ratus ribu, Bu? Kecil sekali ya," ucapku tanpa sadar. Membuat sang ibu pemilik warung makan mencebikkan bibirnya tak suka. Hari gini mencari pekerjaan memang susah. Sejak pandemi Corona melanda, hampir semua sektor usaha terdampak. Apalagi rumah makan yang notabene jam operasinya dibatasi sebab pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat."Gajinya kecil? Namanya juga kerja di rumah makan, Mas. Kalau mau gaji besar, situ ngelamar aja jadi menteri apa presiden sekalian. Ya, sudah. Nanti es tehnya nggak usah dibayar! Hitung-hitung saya sedekah sama sampean. Pengangguran aja sok minta digaji besar. Belum tentu juga saya
POV DONNY"Gimana, Don? Sukses usahanya?" tanya Ilham saat aku mampir ke rumah sohibku itu sepulang dari kantor Bu**ti.Aku menggelengkan kepala dengan wajah masam."Gagal, Ham. Pak Bu**ti malah marah-marah. Aku diusir dari ruangan dan malah Pak Ferdy disuruh naikkan berkas pemecatanku secepatnya, supaya bisa diteken segera," sahutku perih sambil menjatuhkan tubuh ke sofa dengan gerakan lunglai.Mendengar jawabanku, Ilham tampak terkejut dan tak percaya."Ya, Tuhan. Kok bisa sih, Don? Gimana ceritanya?" Ilham menatapku prihatin."Entahlah, Ham. Aku juga nggak nyangka. Pak Ferdy ternyata punya rekaman CCTV rumah makan waktu mereka makan bertiga kemarin, jadi gagallah usahaku untuk mempengaruhi Bu**ti supaya memecat Pak Ferdy dari jabatannya. Bukannya dipecat, malah aku yang disuruh secepatnya diberhentikan dari pekerjaan. Nasib!" keluhku penuh penyesalan."Hmm, ya sudahlah, Don. Mau gimana lagi, semua sudah terjadi. Sekarang lebih baik kamu fokus memikirkan masa depan kamu selanjutnya
POV DONNY"Jadi tidak benar kalau anda hanya makan berduaan saja dengan Bu Nisa, Pak Ferdy?" tanya Pak Bu**ti sambil menatap wajah Pak Ferdy.Pak Ferdy menggelengkan kepalanya lalu kembali membuka mulutnya."Rekaman CCTV rumah makan itu buktinya, Pak. Selain itu saya juga masih menyimpan bukti chat pertama kali saya dengan Bu Nisa. Bapak bisa baca ini, tanggalnya tidak lama kemarin" ujar Pak Ferdy lagi sambil menyodorkan ponselnya ke hadapan pimpinan kami itu.Pak Bu**ti membaca pesan whatsapp lelaki itu dengan istriku lalu tiba-tiba mengernyit heran."Tapi di sini Bapak memang mengajak makan siang Bu Nisa. Maksudnya apa?" Beliau bertanya kaget.Aku pun ikut kaget. Benarkah Pak Ferdy memang mengajak makan siang Nisa? Kalau begitu, berarti tak salah dugaanku, Pak Ferdy memang ada hati dengan istriku itu. Dan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja!"Saya mengajak makan siang Bu Nisa sebagai ucapan terima kasih, Pak. Tidak ada maksud lain. Saya memang merasa berterima kasih pada Bu Nisa ka
POV DONNY"Pak Ferdy, ke ruangan saya sebentar bisa, Pak? Ada hal yang mau saya bicarakan," ucap laki-laki berpenampilan berwibawa di depanku sesaat setelah ia memencet tombol di layar ponselnya, kelihatannya sedang menghubungi seseorang.Siapakah yang beliau hubungi itu? Pak Ferdy? Tak apa, aku siap menghadapi laki-laki pecundang itu saat ini juga! Biar dia tahu aku juga tidak bodoh dan mau begitu saja dipecundangi olehnya!"Baik, Pak!" terdengar sahutan di seberang yang tak urung sampai juga ke telingaku.Hmm, bagus! Dengan begitu aku akan bisa menunjukkan siapa diriku sebenarnya.di hadapannya!Beberapa saat kemudian, pintu ruangan ini pun diketuk dari luar."Masuk," ucap Bapak Bu**ti dengan suara berwibawa.Ceklek!Pintu pun dibuka dan dari luar. Sesosok tubuh laki-laki yang beberapa hari ini sebenarnya telah membuatku merasa insecure saat berdiri di sampingnya muncul di sana.Pakaiannya rapi dan terlihat mahal. Jam yang melingkar di pergelangan tangannya yang kekar juga kelihata