Home / Romansa / MELEPAS BENALU / Bab 5 - Playing Victim.

Share

Bab 5 - Playing Victim.

Author: Azzila07
last update Last Updated: 2022-02-07 10:50:44

"Mereka sudah menikah. Apa salahnya jika Ronald bermesraan dengan, Sekar."

Dengan cepat Ibu menutup mulutnya, terlonjak dengan ucapannya sendiri.

"Sudah menikah?" gumamku tertegun mengulang kalimat, Ibu. Hati berdenyut ngilu, nafas ini mendadak sesak. Kini pandanganku menyorot tajam kearah, Mas Ronald.

"Eh ... I-ibu," Mas Ronald membuka suara, menatap Ibu dengan mata melotot. Gelengan kepala jelas sekali terlihat. Sementara Ibu, dia terlihat salah tingkah, dengan bola mata yang mendelik ke kiri dan ke kanan.

Aku sendiri sangat shock mendengar pengakuan Ibu, berkali aku menarik nafas guna menormalkan detak jantung yang semakin bertalu-talu.

Sabarkan hatimu, Astrid!

"Kenapa Oma?" tanyaku selembut mungkin. Yah siapa tahu, ada pengakuan lainnya yang akan terucap tanpa sengaja dari mulutnya.

"Eh ... maksud Ibu, Ronald dia ..." nafas Ibu terlihat sesak, dia meraih minuman yang ada didepannya lalu meminumnya dengan rakus.

Aku melebarkan mata, tersenyum miring melihat tingkahnya. Wajah ini kubuat semanis mungkin agar semua orang yang ada disini menjadi nyaman kembali.

"Jadi kalian sudah menikah?" kini sorotku beralih pada Mas Ronald dan siapa tadi, Sekar? Dia terlihat pongah saat Ibu mertua secara tak sengaja mengungkap jati dirinya. Tak tahu malu sekali dia.

"Jangan salah faham, Dek." sanggah Mas Ronald dengan wajah memelas. Dia terlihat bingung, hendak bicara apa lagi. Wajahnya telihat memucat, dengan mulut yang komat-kamit tidak jelas.

"Apa lagi kebusukkanmu dibelakangku?" ucapku datar. "Sejak kapan kau membodohiku?" sambungku.

Mas Ronald bergeming ditempat, keringat sebiji jagung mulai bermunculan dikeningnya.

"I-itu tidak benar, Dek. Aku hanya iseng saja. Tidak lebih," ucapnya berusaha meyakinkanku.

Netra Sekar membesar, terperangah mendengar pengakuan suamiku.

"Kamu apaan sih, Mas ..." sentaknya tak terima.

"Diam!" geram Mas Ronald. Sekar menghentakkan kaki, merajuk dengan suamiku.

"Oh ya ...  kamu hanya iseng?" tanyaku pelan. Mas Ronald mengangguk tegas.

"Iya Dek, Mas hanya main-main itu saja," jelasnya lagi dengan mimik serius.

Aku menatap Sekar yang memasang wajah cemberut. Matanya melirik sinis kearahku. Sementara Ibu mertua, dia memalingkan wajah. Sudah tidak berani melihat kearahku.

"Ya aku tahu, kau pasti hanya bermain-main." ucapku membuat Mas Ronald tersenyum lega.

"Hanya orang bodoh. Yang serius menjalin hubungan dengan sundal seperti dia!" ejekku ketus.

"Jaga bicaramu!! Siapa yang kau sebut sundal. Heh!" rutuknya kesal, dengan wajah merah padam. Dadanya terlihat naik-turun, sepertinya dia mulai emosi dengan ucapanku.

"Cukup Sekar! Jangan memperkeruh keadaan," ucap Mas Ronald dengan mata melotot. Sekar mencebik, dan memalingkan wajah.

"Adek mau memaafkan, Mas kan?" ucapnya penuh harap.

Maaf dia bilang? Semudah itu, setelah memporak porandakkan isi hatiku. Kini dengan mudah dia berharap pengampunan dariku. Lucu sekali!

Aku bergeming, menatap lekat manik coklatnya. Ada kepedihan disana, tapi aku tak ingin kembali dibodohi olehnya.

"Dek ... kasih Mas kesempatan sekali lagi," rengeknya sambil bangkit dari duduk, berjalan mendekatiku. Perlahan tangannya menyentuh jemariku namun dengan cepat aku menepisnya.

"Jangan sentuh saya!" ucapku sambil mendelikkan mata. Jujur saja, aku masih jijik dengan Mas Ronald. Membayangkan tangan itu berjelajah disetiap inci tubuh Sekar, membuat tubuh ini bergidik seketika.

"Aku tidak bisa memaafkanmu ... perbuatanmu tidak bisa dimaafkan," mata ini memanas melontar kata.

"Pergilah ... urus istri barumu," suaraku melemah, kupijit kening yang ototnya sudah menegang. Sebab beban pikiran yang bertumpuk-tumpuk.

Mas Ronald terlihat ftustasi, sesekali dia memegangi kepala yang penuh oleh perban.

"Dek ... aku mohon, aku hanya melakukan kesalahan sekali. Tidak bisakah kamu melupakannya? Apa seribu kebaikkanku, kini sudah tak berarti lagi untukmu," wajah tampan itu memelas, berharap aku iba melihatnya.

"Lalu untuk apa kau membawa sundal ini kerumah. Kau ingin aku mencekiknya?" geramku dengan tatapan muak.

Sekar nampak menelan saliva, memegangi lehernya dengan gugup.

"Sudahlah, Ronald ... tidak perlu kau bujuk Astrid segala. Membuat dia besar kepala saja," cerocos Ibu.

"Lagi pula apa salahnya mereka menikah, dari pada berzina. Aku ingin cucu laki-laki. Sudah menikah sepuluh tahun, Astrid hanya memberi satu cucu. Itu pun perempuan, untuk apa!!"

Cuping telingaku panas seketika mendengar ocehan Ibu mertua. Jantung ini bertalu-talu siap bergenderang. Aku meraih gelas berisi minuman dingin, lalu meneguknya hingga tandas. Mataku melirik kearah Ibu, sambil menimang-nimang gelas kaca.

"Ibu!!" sentak Mas Ronald.

"Sudah Ronald ... tidak perlu ada yang kau sembunyikan lagi. Ibu sudah muak, terlalu lama bersabar!" sanggah Ibu membuat wajah Mas Ronald pias saat menatapku.

Aku terus menyimak, mendengarkan perseteruan Ibu dan anak itu. Tak sadar tangan ini sudah terkepal kuat, ingin melayang keudara.

"Betul kata Ibu, Mas ... untuk apa kita terus bersembunyi. Dia sudah tahu semuanya. Jadi aku rasa, sudah tidak perlu ada yang disembunyikan," sahut Sekar dengan wajah kemenangan.

"Maaf Astrid ... bisakah kita berdamai. Tolong terima Sekar, walau bagaimana pun dia adalah istriku. Aku harus bertanggung jawab dengan hidupnya."

Bibir Sekar melengkung sempurna, senyuman kemenangan terukir jelas dibibirnya.

Dasar laki-laki plin-plan. Baru saja dia bilang hanya iseng dan bermain-main. Kini dia sendiri yang meminta aku untuk menerima sundal itu menjadi maduku?

"Cih ... tak tahu diri kamu, Mas!" semburku murka. Detak jantungku semakin kencang, dengan kuat aku melemparkan gelas tepat mengenai kening sundal itu.

"Aa ..." Sekar memekik keras, tangannya beegetar menyentuh jidat licinnya.

"Darah ... aku berdarah, Ibu. Huhu," jeritnya hiateris sambil mengguncang bahu Ibu mertua.

"Mas ... tolong, dia melukai aku lagi ..." Sekar mengais pilu, Ibu mertua segera mendekap tubuh menantu barunya itu. Hatiku nelangsa melihatnya, karna selama menikah tidak pernah aku diperlakukan manis seperti itu.

Plakk!!

Aku memegangi pipi yang terasa terbakar, perih bercampur panas menjalar di wajahku, Mas Ronald terpaku sambil memegangi tangannya.

"Maaf ..." lirihnya dengan tatapan menyesal.

"K-kau ... menamparku?" lirihku tak percaya.

"Maaf ... maaf aku tak sengaja," ucapnya dengan wajah yang menegang.

"Aku rasa kamu sudah keterlaluan, As ... cukup, jangan lakukan itu lagi," lirihnya dengan air mata yang mengalir di pipi.

"Beraninya kau mengotori wajahku!!" geramku tak terima. Mataku memanas, nafasku memburu. Tak menyangka Mas Ronald bisa berbuat kasar padaku.

"Pergi sekarang!" sentakku geram, gigiku bergelutuk nyaring pertanda amarah sudah memenuhi rongga dada.

Mas Ronald menggeleng kuat, tubuhnya meluruh bersimpuh memegangi kakiku.

***Ofd

Hai Kakak ... jangan lupa subcribe dan vote bintang lima ya.

Salam hangat 🤗🤗

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
si astrid kebanyakan drama yg bertele2. suami menikah tanpa ijin maka penjara buat keduanya
goodnovel comment avatar
Ida Nurjanah
tendang aja kondo nyo .biar buyar tuh lato lato.belagu benalu ga tau diri .hihhhh
goodnovel comment avatar
Anita Ratna
Ketiga manusia yg ga tau malu kumpul jd satu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • MELEPAS BENALU   Bab 6 - Benalu.

    "Beraninya kau mengotori wajahku!!" geramku tak terima. Mataku memanas, nafasku memburu. Tak menyangka Mas Ronald bisa berbuat kasar padaku."Pergi sekarang!" sentakku geram, gigiku bergelutuk nyaring pertanda amarah sudah memenuhi rongga dada.Mas Ronald menggeleng kuat, tubuhnya meluruh bersimpuh memegangi kakiku."Pergi! Kita cerai sekarang juga!" teriakku menggelegar."Jangan, As ..." pegangannya semakin erat dikaki ini."Kasihan Naura, dia pasti terluka jika tahu orangtuanya berpisah." sambungnya.Aku benar-benar muak, beraninya dia menyeret Naura dalam masalah ini. Otakku mendidih seketika, menarik nafas dalam-dalam, bersiap melayangkan kaki sekuat tenaga.Bugh!"Aaaa ...."Mas Ronald terjengkang, memekik kesakitan saa

    Last Updated : 2022-02-07
  • MELEPAS BENALU   Bab 7 - Merampas Kembali

    "Dasar pencuri. Kembalikan!" geramnya dengan mata yang nyaris saja keluar dari tempatnya."Tidak!" sahutku tegas. "Kalung ini aku yang beli, sudah sepatutnya aku mengambilnya kembali." sambungku."Ronald yang beli, bukan kamu!" bantahnya dengan tatapan menyalang."Iya memang benar anakmu yang beli," sahutku dengan senyum miring."Tapi uangnya ... tentu saja hasil mengemis padaku," sambungku dengan tatapan meremehkan."Ronald lihat istrimu, dia ....""Sudah Bu, sudah ..." tukas Mas Ronald sambil mencegah Ibu, yang ingin merampas kalungnya dari tanganku."As ... kenapa kamu jadi keras begini, dimana rasa hormatmu kepada, Ibu. Biar bagaimanapun, Ibuku adalah Ibumu juga." ucapnya sok bijak.Aku terkekeh geli mendengar ucapannya, rasa ingin mencekik lehernya

    Last Updated : 2022-02-07
  • MELEPAS BENALU   Bab 8 - Dedek Bayi.

    "Mulai hari ini kau bukan lagi suamiku!" ucapku tegas, seraya membanting pintu dengan keras lalu menguncinya.Tak aku hiraukan teriakkan serta caci maki dari para manusia bermulut busuk itu, aku memilih menaiki tangga dan membaringkan tubuh diatas ranjang empukku.Hah ... sungguh sangat menguras emosi menghadapi para dedemit itu. Dadaku masih terasa panas, akibat amarah yang belum sepenuhnya aku salurkan.Kupandangi goresan luka memanjang akibat serangan, Nenek tua itu. Sekian lama aku berbakti padanya, ini balasannya.Sakit ....Hatiku sungguh sakit sesakit-sakitnya. Cinta yang aku perjuangkan selama ini. Tak ubah seperti pedang panjang, yang sedang menghunus jantung hingga merobek ulu hatiku. Rasanya sulit tergambarkan, sakitnya mampu membuat otak berdenyut ngilu hingga terasa panas seluruh tubuh.Ibu ... ka

    Last Updated : 2022-02-07
  • MELEPAS BENALU   Bab 9 - Mengancam.

    Sikap Mas Ronald yang terkesan cuek dan tak peduli. Sulit sekali rasanya membayangkan, dengan mudahnya Sekar merebut hati suamiku.Oh ya ....Ibu ... aku yakin dia adalah dalang dibalik semua ini.Kembali aku mengatur nafas, menetralkan debaran dada yang mulai tak terkendali. Aku harus bersikap tenang, jangan sampai Naura berpikir macam-macam. Walau bagaimana pun, Naura masih terlalu kecil untuk mengetahui kebusukkan Ayahnya."Naura sudah berapa kali ketemu, Tante Sekar?" Naura nampak berpikir, lalu tersenyum setelahnya."Sudah tiga kali, Mah.""Tiga kali?" hampir aja aku teriak mendengar jawaban Naura."Iya ... Tante Sekar baik deh, Mah. Dia beliin Naura squishy boneka tedy bear," aku Naura dengan begitu polosnya.

    Last Updated : 2022-02-14
  • MELEPAS BENALU   Bab 10 - Egois.

    "Sampai matipun, aku tidak akan mau bercerai denganmu!" ucapnya tegas dengan tatapan menyalang kearahku.Mata itu terlihat marah, nafasnya menggebu-gebu dengan telunjuk tangan yang mengarah tepat diwajahku. Aku menarik nafas, menantang sorot mata menyalangnya. Baru kali ini aku melihat wajahnya yang begitu marah dan menakutkan.Hatiku teriris, melihat sorot itu. Kemana hilangnya sikap lemah lembutmu Mas, aku tidak melihat sosokmu lagi saat ini. Kamu tidak seperti yang aku kenal sebelumnya.Musnah sudah segala rasa yang aku jaga selama ini. Kau sendiri yang menghancurkannya."Kenapa kamu tidak terima, tak sadar sudah melakukan kesalahan besar. Heh!" teriakku didepan mukanya. Mas Ronald meredupkan mata, wajahnya terlihat menyesal telah membentakku."Astrid ...."

    Last Updated : 2022-02-14
  • MELEPAS BENALU   Bab 11 - Licik.

    "Apa benar ini dengan kediaman rumah Ibu Astrid Anandia?" laki-laki berbadan tegap bertanya dengan wajah serius."Iya saya sendiri," jawabku."Kami dari pihak kepolisian, mendapat tugas untuk membawa Ibu kekantor. Dengan tuduhan penganiayaan atas nama pelapor saudara Ronald dan Ibu Sekar," ucapnya tegas.Sendiku lemas seketika, badanku bergetar dengan lidah kelu tak dapat mengungkapkan kata. Bik Ijah membekap mulutnya, dengan tatapan tak percaya."Ibu ..." Bik Ijah meringsekan tubuh memegangi lenganku."Bisa ikut kami segera, Ibu ..." ujar laki-laki bertubuh gempal dengan nama Wisnu ditanda pengenalnya."Ma-mana mungkin. Bapak salah orang se-pertinya," ucapku terbata, saat ini aku benar-benar gugup luar biasa.Mana mungkin,

    Last Updated : 2022-02-14
  • MELEPAS BENALU   Bab 12 - Melawan.

    "Jika Naura tidak penting. Maka pikirkan karirmu, kamu yakin mereka akan menerimamu bekerja diperusahaannya. Setelah tahu kamu sedang terlibat dalam masalah hukum?" Mas Ronald menyorot dengan tatapan meremehkan."Jika terlalu lama didalam sini, akan tersemat panggilan baru untukmu. Yaitu mantan narapidana?" Mas Ronald tersenyum licik. Tatapan menjijikan dia sunggingkan untukku.Jantungku bertalu-talu, gigiku bergeletuk menerima ancaman darinya. Kutarik nafas dalam-dalam, guna menormalkan debaran yang sudah menggolak-golak.Dia pikir, aku akan gentar dengan ancamannya? Tidak sama sekali."Kau mengancamku? Tak sadar, jika aku hancur kau dan keluarga, serta istri barumu akan menerima imbasnya?" kusorot mata menyalang itu, dengan tatapan menantang."Pikirmu ... jika Papahku tahu, dia akan diam saja m

    Last Updated : 2022-02-14
  • MELEPAS BENALU   Bab 13 - Bebal

    Aku segera mengirim lokasi, tak lupa mengirim fotoku saat ini dengan latar belakang sel tahanan.Aku tersenyum puas, membayar mahal pengacara tak jadi masalah. Yang penting aku, bisa keluar dari tempat terkutuk ini secepatnya.Segera aku mengirim pesan pada atasan, meminta izin cuti satu minggu dengan alasan ada masalah keluarga. Semoga saja kasus ini cepat teratasi, jangan sampai orang kantor ada yang tahu masalah ini, agar reputasi dikantor pun terselamatkan.Pikirnya aku ini bodoh. Yang bisa dengan mudah takut dengan ancaman murahan itu. Dia lupa, bahwa aku jauh lebih melangkah maju dibanding dirinya.Dasar laki-laki sampah, benalu kehidupanku yang sebenarnya. Awas saja kalau aku sudah keluar dari sini, akan kuberi pelajaran mereka yang sudah menyakitiku. Lihat saja!"Sudah?" tanya Pak Firman.

    Last Updated : 2022-02-14

Latest chapter

  • MELEPAS BENALU   Bab 80 - Special.

    Pov Author."Gimana, beres?" tanya laki-laki berbadan tegap dengan gawai ditelinga."Beres, Boss. Aman. Semua sesuai dengan rencana." jawab suara serak diujung sana.Laki-laki dengan janggut tipis itu tersenyum puas, lalu memutuskan sambungan telepon."Cih! Sampah! Ditolong, malah menikamku!" desis laki-laki tampan itu."Boss Setyo, ada paket." terdengar suara teriakan dari balik pintu. Laki-laki itu menaruh gawai diatas meja kerja, lalu bangkit dari kursi kebesarannya."Ini, Boss." Yadi, karyawan baru pengganti Ronald menyodorkan amplop tebal berwarna coklat."Ya." jawab Setyo, sambil mengangkat kepala. Yadi mengangguk, lalu kembali melanjutkan pekerjaan."Ckckck, rapih juga cara kerjanya." gumam Setyo sambil merobek ujung amplop, lalu menarik isi didalamnya.Senyum miring tercipta saat Setyo melihat isi amplop, sedetik kemudian bibirnya tersenyum dengan lebar."Ini belum apa-apa," gumamnya pelan. "Setelah ini ak

  • MELEPAS BENALU   Bab 79 - Extra Part

    Pov Sekar."Ha-lo Mbak," suara Rikhi terdengar saat aku menggeser tombol hijau dan menaruhnya ditelinga."Iya, Khi. Gimana Mas Ronald, sudah aka kabar?" cecarku cemas. Hampir satu minggu, Mas Ronald tidak bersua kabar. Istri mana yang tidak khawatir saat tak mendangar kabar beritanya."Mbak," suara Rikhi kembali terdengar tapi kali ini terdengar bergetar disertai isakan."Ada apa, Khi?" aku semakin penasaran."Mas Ronald ..." hawa dingin langsung menyelusup tengkuk leher, mendengar suara Rikhi yang menyebut nama suamiku dengan tersendat-sendat membuat fikiran buruk langsung menjalar difikiran."Mas Ronald kenapa, Khi. Kamu yang benar dong kalau bicara, jangan begini!" aku mulai panik, kehilangan sabar."Mas Ronald sudah tiada, Mbak. Huhu."Tubuh langsung bergetar hebat, kepala berdenyut tak sanggup mencerna kalimatnya."Mbak ..." suara Rikhi kembali terdengar. Aku hanya diam dengan dada yang bergemuruh hebat.Mas

  • MELEPAS BENALU   Bab 78 - Tamat.

    Aku memekik tertahan, tubuhku meremang seirama dengan rasa nyeuri yang luar biasa disekujur badan. Laki-laki itu menatap datar, gerakannya semakin kuat menancapkan belati diperutku.***Ofd.Pov Astrid"Saya terima nikah dan kawinnya Astrid Anandia binti Bapak Santoso Permana, dengan mas kawin satu set emas seberat lima puluh gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!"Dengan satu tarikan nafas, Edwin mengucap janji suci. Hatiku bergetar seiring dengan serempaknya kata 'saaahhh' yang menggema disetiap sudut masjid."Alhamdulillah ..."

  • MELEPAS BENALU   Bab 77 - Ketahuan.

    Laras langsung menarik selimut, tubuhnya bergetar hebat memandang sosok yang ada dihadapannya.Sementara aku, nafasku tercekat tubuhku membeku tidak dapat bergerak saat sorot itu menatap tajam kearahku."Gua kira kita temen," desis Setyo mengagetkanku.Lidah begitu kelu, aku kehilangan kata-kata. Tubuh bergetar hebat, saat melihat dua laki-laki berbadan tegap masuk kedalam kamar."Yo ... gue bisa jelasin ini semua." tuturku dengan jantung yang berdebar kencang."Jelasin?" Setyo menatap remeh, lalu terkekeh setelahnya. "Gimana tubuh istri gue, nikmat?" Setyo melangkah maju mendekatiku.Aku terdiam, menoleh kearah Laras."Gue bantu kesusahan lo. Tapi ini balasannya?" api kemarahan berkobar-kobar dimatanya."Yo," aku berusaha menahan tubuhnya yang semakin mendekati."Setan lo!!"Bugh ... bugh.Pukulan bertubi-tubi menghantam wajahku, aku tak ing

  • MELEPAS BENALU   Bab 76 - Terkejud.

    Ada uang disayang, tak ada uang dicemberutin.Nasib ....***Ofd"Mas berangkat dulu," aku mengulurkan tangan, membiarkan Sekar mencium punggung tanganku."Hati-hati," ucapnya sambil melempar senyum. Aku menganggukkan kepala, lalu mengusap lembut wajah Mutia dengan lembut."Ayah kerja dulu ya," bisikku ditelinga bayi berusia satu bulan itu.Aku langsung keluar rumah, melajukan kendaraan roda dua menuju tempat kerja.Butuh waktu empat puluh menit untuk sampai dirumah Setyo, aku lihat Boss Setyo sudah duduk dikursi teras rumah sambil menyeruput kopi hitamnya."Ngopi, Boss?" tanyaku setelah memarkirkan motor dihalaman luas milik Laras. Ya setahuku begitu, rumah dan usaha yang digeluti Setyo adalah warisan dari mertuanya yang berarti punya Laras."Hmm ..." Setyo hanya bergumam, sambil mengangkat cangkir kopi dan kembali menyeruputnya."Ngirim barang kemana har

  • MELEPAS BENALU   Bab 75 - Pulang Kerumah.

    "Cucu Ibu perempuan, dia cantik seperti Mamahnya," suster menyahut.Ibu terperangah, wajah penuh harapnya berubah keruh."Silahkan, Bapak." suster berjalan mendahuluiku, memberi jalan agar aku mengekorinya.Kulihat Ibu tertunduk lesu, tak ada gairah sama sekali.Bayi mungil didalam box bayi bergeliat, wajahnya benar-benar menyerupai Sekar. Hatiku terenyuh saat tangan ini bersentuhan dengan wajah merahnya.Kulantunkan takbir, bibirku bergetar saat melihat bayi itu membuka matanya. Entah mengapa aku jadi mengingat dosa, dosa kepada Astrid dan Sekar karna sudah mengkhianati kedua.Selesai mengadzankan bayi mungil itu, aku memutuskan untuk keluar dari ruangan. Rasa sesak menghimpit hati, merobek-robek relung jiwaku. Aku tidak tahu apa yang membuat hatiku serapuh ini, yang aku tahu aku sudah terlalu banyak berbuat dosa."Ibu mau kemana?" tanyaku saat melihat Ibu dan Zeky berjalan meninggalkan kursi

  • MELEPAS BENALU   Bab 74 - Penuh Harap.

    "Ya Alloh ... nafasnya melambat," ucapnya panik, lalu kembali menepuk-nepuk wajah Sekar."Dek, bangun Dek!" aku yang takut hal buruk terjadi pada Sekar langsung mendekat. Merangkup wajah pucatnya yang terasa semakin dingin."Bagaimana ini, Bu?" tanyaku panik, melihat Sekar yang tetap bergeming."Bu sadar, Bu." Ibu Bidan terus mengguncang tubuh Sekar."Segera bawa kerumah sakit, Ibu Sekar sepertinya sudah sangat lemah." jawab Bu bidan."Siapkan mobil, bantu saya menduduki tubuh Ibu Sekar diatas kursi roda," titahnya langsung aku turuti.Dengan perasaan kacau, segera memindahkan tubuh Sekar. Aku benar-benar takut dengan keadaannya."Loh kok dibawa keluar, ada apa?" Ibu terlihat bingung."Sekar tidak sadarkan diri, Bu. Harus dibawa kerumah sakit untuk segera dilakukan tindakan," jawab Bu bidan.Dibantu Zeky, aku memasuki tubuh Sekar kedalam mobil. Wajah kami semua benar-

  • MELEPAS BENALU   Bab 73 - Sekar.

    Pov Ronald.Kepala berdenyut ngilu, jantung berdetak lebih kencang saat Sekar mengetahui tentang Laras. Sekar mulai curiga, dia terus saja membondong seribu pertanyaan untuk menyerangku.Saat ini yang aku lakukan hanya mengelak dan menghindar. Aku takut Sekar semakin curiga, dan masalah semakin melebar kemana-mana."Kasih tahu si Sekar, punya sikap itu dijaga. Masa kepala aku dilempar pakai piring," cebik Zeky saat aku baru saja tiba dirumah. Aku hanya menarik nafas, tak menggubrik ocehannya. Memilih sibuk memainkan gawai."Apes hidupmu, Mas. Lepas dari berlian dapet kepingan sampah." Lagi, Zeki terus saja mengumpat."Ga tahu diri. Sudah numpang dirumah mertua, tapi ga ada bebantunya sama sekali. Dikira dia itu Tuan Putri." Zeky terus berkoar."Ambilin, Mas minum sanah. Haus nih, ditambah denger kamu ngomel-ngomel. Bikin kepala tambah panas," ucapku kemudian, sambil menatap dingin sorot matanya. Zeky mendengkus, sambil menghent

  • MELEPAS BENALU   Bab 72 - Terbongkar.

    "Lampu kamarnya dinyalakan dong, Mas Ronald. Aku jadi tidak bisa melihat wajah tampanmu." desahnya sambil menggigit bibir bagian bawah. Kepala langsung panas, aku menoleh nanar pada sosok yang tertidur lelap disampingku. Air mata luruh begitu saja, nafasku sesak menahan dentuman yang bergejolak didalam dada. Sakit sekali, Tuhan. Tega kamu, Mas! Apa kurangku selama ini, aku selalu sabar menghadapi Ibu dan Adik-Adikmu. Aku selalu pengertian disaat kau tidak memiliki uang, disaat Astrid membuangmu begitu saja aku selalu ada dan selalu setia mendoakan kese

DMCA.com Protection Status