Share

008

Penulis: Novisi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-19 17:52:48

Dominic melepas cengkramannya, ia menatap tak penuh minat pada Janna. Sementara, Janna memeluk tubuhnya sendiri, ia takut pada suara guntur.

"Tanpa perlengkapan dan persediaan makanan, kau tak akan mampu bertahan hidup di luar Pandos. Kematianmu akan sia-sia."

Dominic mengira Janna ketakutan mendengar fakta mengerikan tentang alam di luar Pamdos sebelum mencapai kampung halaman Janna di Hosmer.

Hujan mengguyur Pamdos dengan deras. Dominic ingin menghukum Janna tanpa menyentuh fisik istrinya.

"Kau seharusnya berterima kasih telah menikah dengan pejabat militer, hidupmu lebih terjamin dibanding seumur hidup bertahan di stratum Royusha!" teriak Dominic di tengah suara keras hujan.

Merasa cukup, Dominic meninggalkan Janna yang mulai terisak-isak dan gemetaran sambil mengusap-usap lengan sendiri. Sebelum membalik tubuhnya, suara gelegar guntur dan sambaran kilat membuat Janna melonjak lalu memeluk Dominic yang mendadak membeku di tempat.

"Jangan tinggalkan... aku. Aku... ta... takut guntur...," ucap Janna terbata-bata, ia mencengkram pakaian Dominic yang basah dan menyurukkan kepalanya ke dada Dominic.

Dominic bisa merasakan efek kejut pada tubuh istrinya, hanya saja, ia tidak menyangka Janna yang keras begitu lemah bila berhadapan dengan suara guntur.

Tangisan Janna menyatu dengan alam, meninggalkan kesan pilu dan pedih. Janna seperti memiliki pengalaman buruk di balik bahana guntur.

"Menjauhlah," ucap Dominic seraya mendorong Janna. Perempuan yang sedang dilanda panik dan takut tidak bersedia lepas dari Dominic. Ia terus-menerus menggenggam pakaian depan Dominic.

Hujan semakin deras bak senang melihat lakon Dominic dan Janna dalam kehidupan nyata.

Tidak ambil waktu lama, mengingat hujan tak akan berhenti Dominic memiringkan tubuh Janna lalu menggendong di depan badan. Dominic menerobos hujan hingga tiba di kamar pribadi mereka.

"Ganti pakaiannya," perintah Dominic pada pelayan yang bertugas. Ia menyerahkan Janna pada pelayan.

Dominic lantas keluar kamar menuju satu ruangan khusus yang menyediakan keperluan untuk dirinya.

Janna lunglai di dekat tempat tidur, tubuhnya masih gemetar, pelayan kasihan melihat kondisi Janna yang terlihat tidak baik-baik saja.

"Nyonya, maaf, saya akan membantu Nyonya berganti pakaian."

Janna memandang pelayan yang bertutur baik padanya sedari awal ia berada di kediaman Dominic. Janna bangkit dengan sisa tenaganya.

Usai berpakaian, Janna dibaringkan di ranjang agar beristirahat. Pelayan telah mengobati telapak tangan Janna dengan membungkusnya agar tidak infeksi.

Dominic kembali masuk ke dalam ruangan pribadinya usai bertukar pakaian. Ia melihat Janna tertidur lelah dalam posisi meringkuk. Hujan telah mereda di luar, tanpa guntur dan kilat.

"Perempuan merepotkan," ujar Dominic memandang sosok Janna.

Tidak ada pilihan lain, pria itu bergabung di sebelah Janna lalu membalik tubuh membelakangi istrinya.

Keesokan hari, Janna bangun terlambat. Ia buru-buru turun untuk membasuh diri.

"Selamat pagi, Nyonya." Seorang pelayan menyapa dirinya. Janna tersentak, kadang ia masih sering lupa kalau bukan lagi di kampung halamannya.

Biasanya Janna tanpa bantuan bisa mengurus diri sendiri, tetapi kini jasa pelayan sesuatu hal wajib di Pamdos untuk istri pejabat.

"Selamat pagi. Maaf aku terlambat bangun."

Di sana ada dua orang pelayan, mereka saling pandang, merasa tidak enak hati. Hal jarang dan tidak diperbolehkan seorang keluarga pejabat meminta maaf pada orang yang statusnya di bawah, seperti pada pelayan.

"Nyonya tidak perlu meminta maaf, kami akan membantu Nyonya. Hari ini jadwal Nyonya dan Jenderal untuk berpergian ke Seaco," jelas pelayan muda seusia Janna, bernama Kana.

"Di mana Jenderal?"

"Telah lebih dulu ke ruang makan," jawab pelayan yang satu, lebih tua usianya bernama Mala.

Janna teringat kejadian semalam, dimana ia mendekati dan tidak melepas Dominic saat guntur menyambar bumi. Rasanya kepala Janna mengecil, Dominic bisa-bisa salah paham dengan apa yang terjadi.

Padahal, Janna hanya butuh teman untuk melewati ketakutan akan suara gelegar guntur.

Mungkin nanti aku akan menjelaskan padanya, batin Janna.

"Mari bantu aku," ucap Janna pada Kana dan Mala.

Tidak begitu lama, Janna selesai berpakaian sesuai tata aturan berpakaian bagi perempuan stratum Armyasa. Pakaian tertutup yang sangat sopan dilengkapi hiasan kepala dan aksesori mewah di tubuhnya.

"Nyonya Janna sangat cantik," puji Kana melihat di cermin.

Janna tertawa riang, biasanya tubuhnya kumal karena terbiasa kerja ke ladang keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Di Pamdos, tidak ada pekerjaan berat yang dilakukan oleh Janna.

Janna menuju ruang makan dengan anggun. Di seberang meja terlihat Dominic dengan wajah dingin seperti bosan menunggu kehadiran Janna.

Pelayan menyiapkan makanan untuk keduanya, mereka menyantap dalam keadaan hening. Tidak ada percakapan sapa sekedar menanyakan keadaan.

"Kendaraan dan semua perlengkapan telah siap. Kau jangan terlalu lama, itu membuang-buang waktu. Aku tunggu di halaman depan."

Dominic enggan berjalan beriringan bersama Janna, walau sebenarnya Janna telah selesai menyantap makanannya.

"Mungkin tidak seorang pun gadis di kesultanan ini yang ingin dipersunting olehnya," gerutu Janna yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.

Janna menaiki kereta kuda yang mampu menampung dua orang, hanya saja kini Janna seorang diri. Dominic memilih menunggangi Jud, kuda palomino kesayangannya.

Dengan senang hati Janna duduk di kereta mewah yang baru pertama kali ia naiki.

Menuju Seaco membutuhkan waktu seharian, kereta akan tiba pada sore menjelang malam.

Separuh perjalanan telah mereka lalui, Janna tertidur di dalam kereta.

Mendadak prajurit dan Dominic diserang sekelompok orang berpedang, bercadar, berpakaian serba hitam.

Dengan sigap prajurit melindungi Dominic dan kereta kuda berisi Janna. Perkelahian fisik tidak terelakkan, Dominic belum melihat siapa pemimpin dari komplotan bersenjata itu.

Sayangnya, ia tidak membawa karabin. Setahunya, jalan menuju Seaco termasuk aman, hanya hewan buas yang mungkin bisa mengganggu perjalanan. Itu pun jarang, bila yang melalui jalan itu cukup banyak orang.

Mendengar suara bilah pedang berdenting, Janna terbangun dari tidurnya. Ia mengintip dari sela kereta dan terkejut mendapati suasana di luar seperti medan peperangan.

Seseorang merangsek masuk ke kereta lalu menangkap pergelangan tangan Janna dengan cepat. Janna ingin berteriak, mulutnya dibekap agar diam.

"Ini aku, tenanglah." Pria itu membuka cadarnya, ternyata Xaviery, teman masa kecil Janna.

Lantas, Janna memeluk Xaviery erat-erat, betapa Janna merindukan Xaviery.

"Aku akan membawamu."

Janna mengangguk, maniknya berbinar bahagia.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   009

    Pertarungan antara prajurit Dominic dan kelompok bersenjata memakan korban jiwa. Dominic tidak pernah mengira kalau perjalanan bulan madu direcoki oleh pihak tak bertanggung jawab.Janna dibawa dengan kuda tunggangan hitam milik Xaviery. Dominic menangkap suara ringkikan kuda lalu ia melompat ke tubuh Jud. Jud lari melesat mengikuti kuda yang membawa Janna lari. Sebagai kuda terlatih di medan pertempuran, Jud memiliki kecepatan yang tak diragukan. Ia mampu mengejar si kuda hitam.Tangan Dominic ingin menggapai tubuh Janna yang duduk di belakang, sayangnya ia hanya mampu menangkap angin sebab Xaviery mengeluarkan pedang dan menjulurkan pada Dominic. Denting pedang kembali terdengar di udara beberapa saat hingga kedua kuda dengan warna kontras berdiri saling berhadapan.Dominic mengamati dengan tatapan panjang dan dalam. Begitu juga Xaviery melempar api amarah."Serahkan dia padaku," ucap Dominic menunjuk Janna yang duduk di belakang tubuh Xaviery. "Kau memaksa seorang perempuan menj

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-20
  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   010

    Janna dan Dominic tiba di tujuan saat matahari telah merunduk ke perpaduan. Jud pun terlihat lelah setelah membawa dua insan suami istri di atas tubuhnya.Dominic menarik jubah militer dari Janna lalu memakainya."Selamat datang, Jenderal," sapa seorang penjaga penginapan tempat Janna dan Dominic akan beristirahat. Ia membungkuk memberi hormat."Berikan kudaku nutrisi terbaik, ia sangat lelah." Dominic mengelus surai Jud, kuda itu sangat senang ia meringkik sebagai tanda terima kasih. Jud dibawa oleh pengurus kuda, khusus untuk para tamu yang datang ke penginapan.Dari arah pintu penginapan, muncul seorang perempuan dengan pakaian terbuka di leher hingga pundak. Kulit mulus dengan rambut ikal tergerai.Ia pemilik penginapan."Silakan masuk, Jenderal. Kami telah menyiapkan kamar indah tempat Anda dan istri. Nyonya, perkenalkan saya Mariana," ucapnya bertutur manis sedap didengar.Ia memandang aneh ke arah Janna yang tampak kumal, tetapi Mariana langsung menormalkan ekspresinya. Hanya

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-22
  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   011

    Kuda hitam membelah malam hingga tiba di daerah Hosmer, tanpa kawanan lainnya. Orang-orang yang tengah berkumpul, memberi perhatian saat derap kaki kuda mendekati pemukiman."Xaviery, apa yang terjadi?""Ketua, Xaviery terluka." Seseorang melihat darah mengalir di tubuh kuda hitam dari pakaian Xaviery. "Segera angkat dan obati," perintah pria yang dipanggil ketua bernama Allan Braun.Xaviery lemah kehilangan banyak darah dan kesadaran, Allan mengkhawatirkan keadaan pria yang telah dianggap sahabat baik itu."Xaviery bertarung dengan Dominic?" tanya Allan pada pejuang yang selamat, turut dalam misi membebaskan Janna."Ya, Ketua, hanya sendiri. Kami kehilangan banyak pejuang sehingga tidak mampu menolong Xaviery saat itu," sesal seorang pejuang.Allan mengerti kalau kelompok mereka kalah dari bertarung. Prajurit kesultanan Yagondaza memang terlatih di medan perang.Permintaan Xaviery kala itu untuk membebaskan Janna sudah diragukan semenjak awal."Kita butuh waktu memperkuat para pejua

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-22
  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   012

    "Aku akan pergi mengunjungi barat Seaco. Pelayan pribadimu telah tiba, mereka akan membantu," ucap Dominic pada Janna yang masih menatap tak suka.Janna enggan untuk menanggapi, ia malah bersyukur Dominic akan pergi bila perlu untuk seterusnya."Aku akan kembali saat matahari terang. Bila kau ingin berkunjung ke pantai, pergilah dengan pelayanmu."Dominic heran tak ada suara apapun dari Janna, sementara dirinya bicara panjang lebar."Tatapanmu seperti ingin memangsaku."Janna melarikan pandangannya ke arah lain."Pergilah cepat!" Manik Janna berkaca-kaca, tak ingin dipandang lemah, ia menghela nafas pelan-pelan."Kau tidak ada masalah dengan apa yang kita lakukan semalam, bukan?" Dominic berbasa-basi, ia hanya ingin menekankan bila tindakannya bukan sebuah kesalahan."Ku harap kau paham tugasmu sebagai Growib."Dagu Janna bergetar menahan linangan air mata. Ia merasa seperti budak yang tidak memiliki kemerdekaan untuk memilih."Dalam sepekan itulah tugasmu."Dominic berlalu, enggan me

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-23
  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   013

    Dominic memukuli pria yang mengaku sebagai ketua dari kelompok yang menjarah penginapan-penginapan di barat Seaco."Siapa yang menyuruh kalian melakukannya?!" Dominic tidak sabar sebab pria itu dianggap mengelak sedari awal."Sudah ku katakan Jenderal, kami tidak disuruh siapa-siapa."Dominic tidak sabar, terdengar jerit kencang pria itu usai Dominic menghantam perutnya."Maaf, Jenderal. Di bisa mati." Seorang perwira mengingatkan kalau tindakan Dominic yang berlebihan bisa mengancam nyawa tahanan dan tentu saja tidak sesuai hukum yang berlaku di kesultanan Yagondaza dalam menangani seorang tahanan. "Kembalikan dia ke sel," perintah Dominic. Para prajurit membuka tali ikatan tangan dan kaki tahanan yang bergantung di palang kayu lalu menyeretnya kembali ke jeruji."Ada yang Jenderal curigai?" tanya perwira tinggi ynag berdiri di samping Dominic."Beberapa hari lalu aku menghadapi serangan pemberontak stratum Royusha pada perjalanan menuju Seaco. Mereka ini memang dari kelompok berbed

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-24
  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   015

    Teriakan Janna menggema hingganke sudut hutan. Ia memejamkan mata disertai tatapan meringis dari prajurit yang berdiri tanpa mampu berbuat apa-apa. Janna mengira inilah akhir dari hidupnya, kepala akan membentur tanah dan bebatuan, tulang akan remuk redam, serta darahnya akan berlumur dari tubuh."Kau memang perempuan keras kepala!" hardik Dominic. Seketika, kelopak Janna terbuka, ia berada dekat dengan wajah Dominic.Janna mengamati sekitar, ternyata Dominic lebih dulu menangkap tubuhnya di udara, tidak jadi menarung ke tanah. Ketakutan yang merongrong Janna sirna begitu saja berubah menjadi kelegaan."Terima kasih, Jenderal. Bisa turunkan aku?" tanyanya sungkan. Arah tatapan mereka sama-sama membuat keduanya canggung.Dominic menurunkan Janna dengan sedikit kasar, syukur saja kaki Janna lebih dulu menjejak ke tanah. kalau tidak, tubuhnya akan merasakan keras bebatuan di hutan indah ini."Kau membuat kuda hitam itu tidak nyaman

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-01
  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   014

    Beberapa hari kemudian, perwira tinggi yang ditugaskan di barat Seaco mendatangi penginapan Dominic guna melaporkan hasil penyelidikan dua peristiwa kejahatan yang terjadi di daerahnya."Tidak saling berhubungan Jenderal, mereka dua kelompok berbeda dengan tujuan yang berbeda pula.""Ada penjelasan lebih detail?" tanya Dominic. Mereka berdua berada dalam ruang khusus yang biasa digunakan sebagai ruang pertemuan para tamu penginapan."Kelompok pertama, memanfaatkan perjalanan Jenderal ke Seaco untuk melarikan Nyonya Janna Freud. Mereka berasal dari pemukiman Hosmer, kelompok bersenjata stratum Royusha. Kelompok kedua, memanfaatkan suasana sepi di malam hari untuk melakukan penjarahan karena tuntutan ekonomi. Mereka adalah penduduk asli Seaco, stratum Sadarih."Dominic mengetuk-ngetuk jarinya ke meja sembari berpikir. "Kami langsung mengintrogasi tahanan dari kedua kelompok.""Apakah ada kemungkinan stratum Sadarih ini akan menjadi kaum pem

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-01
  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   016

    Keadaan Xaviery semakin membaik, ia telah diperbolehkan duduk. Namun, belum diizinkan kembali ke pemukiman."Bagaimana kondisimu?" tanya Calista, sahabat perempuannya. Setiap hari, ia selalu datang membawakan makanan untuk Xaviery. "Lebih baik," jawab Xaviery singkat. "Syukurlah kau tidak mati di ujung pedang Jenderal Dominic," ujar Calista sambil bersidekap dekat ranjang pasien, melempar tatapan kasihan.Xaviery tergelak pelan, tawa berlebihan bisa menyakiti luka Xaviery yang masih basah ."Aku telah memperingatkanmu untuk tidak gegabah, kau pikir siapa suami Janna saat ini? Dia panglima perang kesultanan Yagondaza, Xaviery. Dia bukan orang sembarangan!" Calista tidak lagi menahan-nahan ucapan yang selama ini dipendam dalam hati.Paras kemerahan Calista menunjukkan kalau perempuan itu marah pada sahabatnya, si pria keras kepala. Di awal Xaviery menggagas keinginan menjemput paksa Janna, Calista sangat keberatan.Sayan

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-02

Bab terbaru

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   61

    Bisik-bisik di kalangan pelayan sampai ke pendengaran Janna. Ia mengangkat gaunnya melewati lorong penginapan tempat tinggalnya di Seaco."Letnan, aku ingin berbicara sebentar," pinta Janna pada Adrian, asisten suaminya, bertepatan pria itu diminta Dominic tinggal di penginapan."Silakan, Nyonya." Adrian membungkuk memberi hormat."Aku dengar dari pelayan. Allan melarikan diri?""Benar, Nyonya," jawab Adrian pendek. Kaki Janna terasa lemah, tetapi ia berusaha tegar. Barulah ia mengerti mengapa Adrian tidak mendampingi suaminya saat ini. Dominic pasti menyuruh Adrian mengamati gerak-geriknya.Janna mempercepat langkah menuju kamar pribadinya lalu terduduk di ranjang. Jantungnya berdegup kencang. Tidak menyangka kalau Dominic memenuhi keinginannya melepaskan Allan, sekalipun dengan cara membiarkan kakaknya melarikan diri.Hingga sore hari barulah Dominic kembali ke penginapan setelah seharian mengontrol keadaan di Seaco.Janna sampai berlari menyambut kedatangan suaminya di depan peng

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   60

    "Kakak," panggil Janna. Ia didampingi seorang prajurit untuk menemui Allan di penjara bawah tanah Seaco."Janna." Mereka saling berpeluang melepas rindu. "Bagaimana bisa kau kemari, pimpinan militer bisa memergoki kita," ucap Allan dengan berbisik. Janna menggeleng, ia membawa kakaknya untuk duduk di ranjang penjara. "Jenderal Dominic mengizinkan aku menemui kakak. Bagaimana kabar kakak?" tanya Janna dengan manik berkaca-kaca."Begitulah, kami tertangkap saat ingin melarikan diri."Allan melihat Janna dari bawah ke atas menyadari sesuatu yang berubah."Janna, apa kau mengandung?" tanya Allan memastikan. Tangan Janna menyentuh perutnya. "Iya, Kak. Sebentar lagi aku akan melahirkan.""Apakah pimpinan militer itu memperlakukanmu dan bayimu dengan baik?" tanya Allan lagi.Janna hanya tersenyum, menajwab dalam hati sembari melihat ke sekeliling menyadari hal yang kurang. "Di mana Xaviery, Kak?""Aku tidak tahu, mereka menempatkan di ruangan lain. Sejak tertangkap kami belum pernah ber

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   59

    Janna berusaha menikmati pemandangan wilayah Seaco yang dikelilingi lautan. Angin semilir menyentuh paras pucatnya, ia membentangkan tangan merasakan dekapan angin menyentuh badannya."Kau bisa masuk angin." Dominic menyelimuti tubuh Janna dengan mantelnya."Suasana Seaco selalu menenangkan," sahut Janna. "Sepertinya kau senang tinggal di sini?" Dominic tahu jawabannya. Janna hanya mengangguk sembari mengetatkan mantel di depan dadanya."Kita di sini selama sepekan, aku harap kau bisa memikirkan kembali keinginan untuk berpisah."Manik Janna melotot, ia tak menyangka tujuan Dominic membawanya agar ia memikir ulang rencana perpisahannya. "Hal itu tak perlu dipikirkan lagi, Jenderal. Tekadku sudah bulat."Dominic menjauh ke sebelah, menutup mata sambil bersidekap."Bila aku menangkap Allan dan Xaviery, apakah kau akan mengurungkan niatmu?"Dominic menoleh, matanya menyorot dalam pada Janna yang terkesiap mendengar nama kakak dan sahabatnya. "Jenderal, mengancam?" Janna butuh jawaban

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   58

    "Janna, tenanglah, aku pikir kau berhalusinasi."Janna kesal mendengarnya, tubuhnya telah baikan. Ia memutuskan menceritakan apa yang dialami di hutan terlarang di kawasan kesultanan."Jenderal, Anda tidak percaya?" Air mata Janna menggenang di pelupuk mata."Tidak boleh menuduh permaisuri sembarangan, kau tahu akibatnya?" Dominic menatap dalam istrinya.Percuma rasanya meyakinkan Dominic lantaran pria itu punya perasaan pada permaisuri. "Aku harap Jenderal bisa berpikir jernih, tidak terbawa perasaan pada permaisuri."Janna memutuskan keluar dari ruang kerja suaminya. Malam hampir larut ketika itu, Janna tidak tenang menyimpan rahasia yang ternyata tidak dipercaya oleh suaminya sendiri."Janna." Panggilan itu diabaikan olehnya, Janna memutuskan untuk kembali ke kamar, lebih baik beristirahat. Esok harinya, Dominic memanggil Letnan Adrian untuk misi tertentu, ia akan berdinas selama sepekan ke Seaco.Pelayan pribadi Janna menyampaikan pesan bila sang suami akan bepergian, padahal Ja

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   57

    Janna tidak tahu memasuki areal terlarang kesultanan. Ia melangkah cepat diikuti perasaan kesal yang terbit dalam dadanya."Seringkali aku ingatkan, tetapi mengindahkan. Pelan-pelan skandal itu bisa terbongkar dan hancurlah semua."Hentakan kaki Janna ke tanah menandakan kekesalannya memuncak. Ia menendang apa saja yang ada di hadapannya. Pepohonan menutupi jalan di depan, rembulan seolah enggan bersinar lantaran dedaunan rimbun.Suara auman mengagetkan Janna, ia melihat ke sekeliling. "Aku... berada di mana?"Janna melangkah, seketika berhenti, ia bingung harus pergi ke arah mana. Ia menemukan sekeliling menggelap, tidak seperti ia masuk tadi."Janna, kemarilah."Sontak ia terkejut, ia mengenal suara siapa itu. Tapi ada di mana?"Janna, kemarilah"Dari arah lain muncul suara baru."Ibu?" Janna mengenali suara itu dengan perasaan gembira.Ia berjalan mendekat ke sumber suara, ia melihat gemerisik di antara dedaunan. Janna terkejut mendapati seekor ular besar meliuk di sana.Janna lar

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   56

    Dengan anggun, Janna berjalan di acara undangan Sultan Bayezidan. Ia tidak ragu menaruh jemarinya di lengan Dominic. Senyum tak lekang dari paras cantiknya. Busana pilihan Dominic melekat indah pada tubuh ibu berbadan dua yang tak lama lagi akan berjumpa dengan si buah hati."Tanganmu dingin," ucap Dominic menyentuh jemari sang istri. Janna berusaha melepas, akan tetapi Dominic mengenggam dengan erat.Senyum Dominic menandakan kalau pria itu tengah menggoda istrinya, Janna tidak mau jatuh dalam pesona suami yang kerap bersikap sesukanya."Sepertinya ada yang tidak rela," bisik Janna melirik sekilas perempuan yang berdiri di samping sultan.Sultan Bayezidan dan permaisuri menerima ucapan selamat dari para tamu undangan. Namun, sesekali sorotan tajam diarahkan pada Janna dan Dominic. Mereka pun berhadapan lalu memberi hormat pada sultan dan permaisuri. Hanya saja, permaisuri sengaja memalingkan wajah saat Janna tersenyum padanya."Keberhasilan militer Kesultanan Yagondaza pada misi ra

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   55

    Sandama menatap iba pada menantu satu-satunya yang tengah sibuk mengusapi perut besarnya. Ia seorang ibu, sekalipun Janna terlihat baik-baik saja, Sandama tahu Janna menyembunyikan perasaan terdalamnya."Apakah kau cemburu pada Yanata?"Janna tersentak hingga menghentikan elusan pada perutnya. Sedetik kemudian, Janna tersenyum pada Sandama."Ibu, telah ku katakan masih sulit ada perasaan seperti itu di antara kami."Sandama memicing, memikirkan sesuatu yang lain."Alasanmu meninggalkan Dominic setelah melahirkan tidak kuat bagi ibu dengan alasan keselamatan Dominic. Dia kepala militer, bukan orang biasa."Janna menurunkan pandangan, tatapan menyelidik Sandama membuatnya gentar. Namun, ia enggan mengatakan sesuatu. "Janna, perpisahan tidak dibenarkan di kesultanan, kecuali pihak yang meninggalkan bersedia tidak terlibat lagi dalam kehidupan pihak yang ditinggalkan di masa depan. Ibu harap kau tahu konsekuensinya."Janna tertawa kecil mengingat sikap Dominic terhadapnya dari awal perni

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   54

    Sembari menyentuh perut yang semakin membesar, Janna duduk di tepi ranjang tidurnya. Ia mengelusi calon bayi yang masih meringkuk di dalam.Air mata tak kunjung berhenti menandakan kesedihan Janna yang tak bisa diungkapkan pada siapa pun.Merasa sendiri dan kesepian menjalani hidup, Janna ingin memutuskan pilihan terbaik buat dirinya di masa depan.Merapikan penampilan, Janna pergi ke markas besar tempat suaminya bekerja, ia ingin mencari tahu informasi tentang kakaknya.Tiba di sana, Janna mencari seseorang yang sempat dilihatnya dalam tugas membebaskan Yanata saat itu. Dia adalah bawahan Dominic."Bisa kau memberitahuku tentang Allan Braun?"Janna masuk ke ruangan perwira tinggi itu."Nyonya?" Pria itu berdiri menyambut kedatangan istri dari alasannya."Silakan duduk," tawarnya."Tidak perlu. Aku hanya sebentar." Janna bersikeras berdiri."Bisa kau beritahukan aku kabar Allan Braun?" Janna butuh informasi yang akurat.Perwira tinggi itu hanya diam menimbang jawaban yang harus disamp

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   53

    Pembebasan Yanata berhasil dilakukan tim prajurit khusus kesultanan. Dominic tidak sampai turun tangan, ia hanya mengirimkan seorang negosiator di antara para prajurit. Yanata langsung di bawa ke pusat fasilitas kesehatan untuk mendapat perawatan. Dominic tiba beberapa waktu kemudian bersama Swayata Tan. Paras sendu seorang ayah menyiratkan kemarahan sekaligus kesedihan. Dominic menepuk pundak Swayata yang menatap putri kesayangan yang sedang tertidur lelap."Bersyukurlah, ia baik-baik saja.""Mengapa kau tidak menyerang pemukiman Royusha? Malah mengirim negosiator?" tanya Swayata tanpa memandang Dominic.Dominic terganggu dengan pertanyaan itu. Ia berdehem untuk menormalkan situasi pikirannya. "Itu bukan urusanmu, Pak Tua. Yang penting, Yanata diselamatkan oleh prajuritku."Selang beberapa waktu, Swayata pamit undur diri. Semakin lama di sana, kesedihan membuatnya ingin murka.Tinggallah Dominic bersama Yanata, ditatapnya dengan lekat wajah teman masa kecilnya itu. Terdapat gores

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status