Share

007

Penulis: Novisi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Besok pagi-pagi kita akan berangkat ke wilayah Seaco, di sana selama sepekan," ucap Dominic pada Janna yang berdiri di seberang meja di ruang kerja Dominic.

"Untuk apa ke sana? Bukannya Jenderal harus bekerja?" Janna heran dengan keputusan mendadak Dominic.

"Sultan memberi hadiah pernikahan, berlibur ke Seaco," sambung Dominic.

Janna mulai mengerti makna hadiah dari Sultan Bayezidan.

"Tidakkah kita dapat mengundurnya? Aku masih mengikuti kelas tata krama dan... kata Madam Wena perkembanganku masih belum memuaskan." Janna berusaha menolak rencana berbulan madu. Dia was-was akan dibuat menderita di Seaco nanti.

Dominic menatap tajam Janna, seketika ia memalingkan wajah kembali. Dominic tidak ingin respon tubuhnya dibaca oleh Janna.

"Sebelumnya aku telah menolak. Berlibur ke Seaco membuang waktu berhargaku. Apa boleh buat, bagian protokoler telah mempersiapkan segalanya."

Janna mengerling, Jenderal sombong, ucap Janna dalam hati sembari menarik bibirnya mendatar.

"Berapa lama kita di sana?" Dominic menoleh pada Janna membuat perempuan itu sedikit salah tingkah. "Aku perlu tahu berapa waktu bolos mengikuti kelas Madam Wena," lanjutnya.

"Sepekan."

Janna membeliak. "Itu terlalu lama!" Seketika Janna terdiam lalu menghela nafas dalam mencoba menenangkan luapan emosi yang membanjiri otaknya.

"Sepulang dari sana ku harap Madam Wena akan lebih ketat mengajarimu agar tidak berteriak di hadapanku." Rahang tegas Dominic berkedut menahan amarah yang terpantik.

"Seharusnya Jenderal lebih terbiasa dengan sikapku, mengubah tata krama bukan pekerjaan mudah." Janna tidak ingin dipersalahkan secara sepihak.

"Oh... aku harus selalu ingat Royusha mengalir di darahmu. Mungkin sampai kapanpun kau akan terus memberontak dan melawan," ejek Dominic membalas Janna.

Tangan Janna yang awalnya mengatup di depan perut, kini lunglai terkepal di samping tubuhnya. Dominic seakan tidak peduli dengan sikap yang ditunjukkan Janna, bagi Dominic, sekali Royusha tetap Royusha keturunan pemberontak.

"Bila tidak ada lagi yang ingin Jenderal katakan, aku ingin keluar," ketus Janna menghalau segala pelajaran tata krama dari Madam Wena.

"Satu lagi, persiapkan diri, di sana kita akan... melakukan gemeparasi." Dominic menarik sebuah buku dari meja bagian kiri, tidak ingin susah-susah melihat ekspresi Janna yang semakin tak nyaman.

Janna mengangkat gaun panjangnya lalu melangkah keluar dari ruang kerja Dominic tanpa berpamitan.

Dominic menggeleng-geleng. "Apa sampai akhir hayat aku akan menghabiskan waktu bersama perempuan harimau itu?"

Janna kembali ke kamar pribadi yang juga milik Dominic. Rasa tidak tenang mencuat dari dalam dirinya. Janna masih belum menerima dengan terbuka pernikahan paksa dengan Jenderal yang usianya jauh di atas Janna.

"Aku tidak ingin menghabiskan sisa hidup bersama pria itu. Arogan dan sombong, suka merendahkan orang lain."

Janna mencoba berpikir keras bagaimana ia bisa menggagalkan rencana bulan madu yang akan merusak masa depannya.

Janna teringat balkon dekat kamarnya yang tempo lalu bisa diminta tanpa penjagaan prajurit militer.

Janna hanya perlu memastikan Dominic tidak kembali ke kamar pribadi mereka, di saat itu Janna akan kabur melalui balkon, berlari menuju perbatasan Pamdos.

Malam semakin larut, Dominic benar-benar tidak kembali ke kamar pribadi mereka. Janna senang, saatnya ia melaksanakan pelarian dari kekangan Dominic.

Berjalan menuju balkon dengan anggun, Janna disapa oleh prajurit. Janna mengenakan mantel panjang berwarna merah marun.

"Kalian boleh pergi," perintahnya. Prajurit saling berhadapan, tersirat keraguan.

"Ingin menikmati langit malam, tidak mungkin kalian di sini." Janna mencoba menggertak dengan nada lebih tinggi.

Prajurit mengangguk lalu undur diri dan pergi menjauh.

Janna mendekati tembok yang tingginya sepinggang, memandang ke bawah lalu lurus ke depan.

Suasana benar-benar sepi. Tidak ada penjaga lalu lalang seperti saat pernikahannya tempo hari.

Janna menghitung-hitung berapa tinggi dirinya ke tanah, apakah kain yang dibawa di balik mantel akan cukup sehingga ia akan menapak ke bawah.

Pintu besar di belakang di tutup dengan pelan agar tidak mengundang kecurigaan. Janna membuka mantel indahnya. Ia mengeluarkan kain halus untuk menahan bobot tubuhnya saat turun.

Kain itu didapatkan dengan menyobek gaun pengantin berekor milik Janna. Meskipun halus, kain itu kuat, Janna telah mencoba di dalam kamar.

Mantel mahal, Janna biarkan tergeletak di lantai balkon, tidak mungkin ia bawa mantel sebab akan membatasi gerakan.

Tinggallah kostum berburu yang dikenakan. Sepatunya pun bisa disembunyikan di balik mantel marun dari bahan bulu hewan itu.

Janna mengikat kain ke sela-sela tembok, ia melakukannya dengan cepat. Janna berlomba dengan waktu, ia bisa saja ketahuan kapanpun oleh siapapun.

Memastikan ikatan kainnya erat, Janna melangkahi tembok lalu mulai turun. Agak kesulitan sebab bahan kain terlalu halus. Telapak tangan Janna sampai terluka karena menggenggamnya terlalu erat, itu lebih baik daripada terjatuh ke tanah.

Aku harus cepat, sedikit lagi, afirmasi Janna pada dirinya sendiri.

Janna telah berhitung, ia harus mampu melewati hutan padang rumput di Pamdos sebelum matahari terbit.

Kain halus Janna tidak sampai menyentuh tanah, Janna terjun beberapa jarak hingga terduduk di tanah. Dia berharap suara berdebap tubuhnya tidak didengar oleh siapapun.

Telapak tangan yang terluka mengeluarkan darah segar, Janna segera mengisap lalu mengusap ke celana berburunya.

Dia berdiri sambil memandang arah pelarian, sayangnya gerakan Janna terhambat.

Seseorang mencengkram pundaknya sangat erat. Janna meringis seiring dengan dibalik paksa tubuhnya oleh pria bermanik biru laut masih jelas dilihat Janna meski dalam kegelapan.

"Mau ke mana"? tanya Dominic dengan tatapan tajam, tak peduli akan bagaimana respon tubuhnya bila dekat dengan Janna.

"A... aku..., lepaskan ini sakit." Saat Janna akan berbicara, Dominic semakin menekan pundak Janna sampai membuatnya kesakitan. Janna pikir tulang bahunya akan retak bila ia diam saja.

"Mau ke mana?" tanya Dominic menaikkan nada suaranya.

"Aku... aku... ingin menikmati langit malam," jawab Janna enteng sembari menunjuk ke arah langit.

Bersamaan dengan itu terdengar bunyi guntur menggelegar hingga kilat menyambar ke arah balik pegunungan. Janna memejamkan mata dan menutup telinga dengan kedua tangannya.

Hal itu terjadi beberapa waktu.

Nafas Janna terdengar cepat, ia dalam suasana ketakutan pada alam.

"Langit mendung, sebentar lagi hujan. Kau ingin lari dari Pamdos, heh! Kau berpikir akan selamat sampai di kampung halamanmu?!"

Bab terkait

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   008

    Dominic melepas cengkramannya, ia menatap tak penuh minat pada Janna. Sementara, Janna memeluk tubuhnya sendiri, ia takut pada suara guntur. "Tanpa perlengkapan dan persediaan makanan, kau tak akan mampu bertahan hidup di luar Pandos. Kematianmu akan sia-sia." Dominic mengira Janna ketakutan mendengar fakta mengerikan tentang alam di luar Pamdos sebelum mencapai kampung halaman Janna di Hosmer. Hujan mengguyur Pamdos dengan deras. Dominic ingin menghukum Janna tanpa menyentuh fisik istrinya."Kau seharusnya berterima kasih telah menikah dengan pejabat militer, hidupmu lebih terjamin dibanding seumur hidup bertahan di stratum Royusha!" teriak Dominic di tengah suara keras hujan.Merasa cukup, Dominic meninggalkan Janna yang mulai terisak-isak dan gemetaran sambil mengusap-usap lengan sendiri. Sebelum membalik tubuhnya, suara gelegar guntur dan sambaran kilat membuat Janna melonjak lalu memeluk Dominic yang mendadak membeku di tempat."Jangan tinggalkan... aku. Aku... ta... takut gun

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   009

    Pertarungan antara prajurit Dominic dan kelompok bersenjata memakan korban jiwa. Dominic tidak pernah mengira kalau perjalanan bulan madu direcoki oleh pihak tak bertanggung jawab.Janna dibawa dengan kuda tunggangan hitam milik Xaviery. Dominic menangkap suara ringkikan kuda lalu ia melompat ke tubuh Jud. Jud lari melesat mengikuti kuda yang membawa Janna lari. Sebagai kuda terlatih di medan pertempuran, Jud memiliki kecepatan yang tak diragukan. Ia mampu mengejar si kuda hitam.Tangan Dominic ingin menggapai tubuh Janna yang duduk di belakang, sayangnya ia hanya mampu menangkap angin sebab Xaviery mengeluarkan pedang dan menjulurkan pada Dominic. Denting pedang kembali terdengar di udara beberapa saat hingga kedua kuda dengan warna kontras berdiri saling berhadapan.Dominic mengamati dengan tatapan panjang dan dalam. Begitu juga Xaviery melempar api amarah."Serahkan dia padaku," ucap Dominic menunjuk Janna yang duduk di belakang tubuh Xaviery. "Kau memaksa seorang perempuan menj

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   010

    Janna dan Dominic tiba di tujuan saat matahari telah merunduk ke perpaduan. Jud pun terlihat lelah setelah membawa dua insan suami istri di atas tubuhnya.Dominic menarik jubah militer dari Janna lalu memakainya."Selamat datang, Jenderal," sapa seorang penjaga penginapan tempat Janna dan Dominic akan beristirahat. Ia membungkuk memberi hormat."Berikan kudaku nutrisi terbaik, ia sangat lelah." Dominic mengelus surai Jud, kuda itu sangat senang ia meringkik sebagai tanda terima kasih. Jud dibawa oleh pengurus kuda, khusus untuk para tamu yang datang ke penginapan.Dari arah pintu penginapan, muncul seorang perempuan dengan pakaian terbuka di leher hingga pundak. Kulit mulus dengan rambut ikal tergerai.Ia pemilik penginapan."Silakan masuk, Jenderal. Kami telah menyiapkan kamar indah tempat Anda dan istri. Nyonya, perkenalkan saya Mariana," ucapnya bertutur manis sedap didengar.Ia memandang aneh ke arah Janna yang tampak kumal, tetapi Mariana langsung menormalkan ekspresinya. Hanya

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   011

    Kuda hitam membelah malam hingga tiba di daerah Hosmer, tanpa kawanan lainnya. Orang-orang yang tengah berkumpul, memberi perhatian saat derap kaki kuda mendekati pemukiman."Xaviery, apa yang terjadi?""Ketua, Xaviery terluka." Seseorang melihat darah mengalir di tubuh kuda hitam dari pakaian Xaviery. "Segera angkat dan obati," perintah pria yang dipanggil ketua bernama Allan Braun.Xaviery lemah kehilangan banyak darah dan kesadaran, Allan mengkhawatirkan keadaan pria yang telah dianggap sahabat baik itu."Xaviery bertarung dengan Dominic?" tanya Allan pada pejuang yang selamat, turut dalam misi membebaskan Janna."Ya, Ketua, hanya sendiri. Kami kehilangan banyak pejuang sehingga tidak mampu menolong Xaviery saat itu," sesal seorang pejuang.Allan mengerti kalau kelompok mereka kalah dari bertarung. Prajurit kesultanan Yagondaza memang terlatih di medan perang.Permintaan Xaviery kala itu untuk membebaskan Janna sudah diragukan semenjak awal."Kita butuh waktu memperkuat para pejua

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   012

    "Aku akan pergi mengunjungi barat Seaco. Pelayan pribadimu telah tiba, mereka akan membantu," ucap Dominic pada Janna yang masih menatap tak suka.Janna enggan untuk menanggapi, ia malah bersyukur Dominic akan pergi bila perlu untuk seterusnya."Aku akan kembali saat matahari terang. Bila kau ingin berkunjung ke pantai, pergilah dengan pelayanmu."Dominic heran tak ada suara apapun dari Janna, sementara dirinya bicara panjang lebar."Tatapanmu seperti ingin memangsaku."Janna melarikan pandangannya ke arah lain."Pergilah cepat!" Manik Janna berkaca-kaca, tak ingin dipandang lemah, ia menghela nafas pelan-pelan."Kau tidak ada masalah dengan apa yang kita lakukan semalam, bukan?" Dominic berbasa-basi, ia hanya ingin menekankan bila tindakannya bukan sebuah kesalahan."Ku harap kau paham tugasmu sebagai Growib."Dagu Janna bergetar menahan linangan air mata. Ia merasa seperti budak yang tidak memiliki kemerdekaan untuk memilih."Dalam sepekan itulah tugasmu."Dominic berlalu, enggan me

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   013

    Dominic memukuli pria yang mengaku sebagai ketua dari kelompok yang menjarah penginapan-penginapan di barat Seaco."Siapa yang menyuruh kalian melakukannya?!" Dominic tidak sabar sebab pria itu dianggap mengelak sedari awal."Sudah ku katakan Jenderal, kami tidak disuruh siapa-siapa."Dominic tidak sabar, terdengar jerit kencang pria itu usai Dominic menghantam perutnya."Maaf, Jenderal. Di bisa mati." Seorang perwira mengingatkan kalau tindakan Dominic yang berlebihan bisa mengancam nyawa tahanan dan tentu saja tidak sesuai hukum yang berlaku di kesultanan Yagondaza dalam menangani seorang tahanan. "Kembalikan dia ke sel," perintah Dominic. Para prajurit membuka tali ikatan tangan dan kaki tahanan yang bergantung di palang kayu lalu menyeretnya kembali ke jeruji."Ada yang Jenderal curigai?" tanya perwira tinggi ynag berdiri di samping Dominic."Beberapa hari lalu aku menghadapi serangan pemberontak stratum Royusha pada perjalanan menuju Seaco. Mereka ini memang dari kelompok berbed

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   015

    Teriakan Janna menggema hingganke sudut hutan. Ia memejamkan mata disertai tatapan meringis dari prajurit yang berdiri tanpa mampu berbuat apa-apa. Janna mengira inilah akhir dari hidupnya, kepala akan membentur tanah dan bebatuan, tulang akan remuk redam, serta darahnya akan berlumur dari tubuh."Kau memang perempuan keras kepala!" hardik Dominic. Seketika, kelopak Janna terbuka, ia berada dekat dengan wajah Dominic.Janna mengamati sekitar, ternyata Dominic lebih dulu menangkap tubuhnya di udara, tidak jadi menarung ke tanah. Ketakutan yang merongrong Janna sirna begitu saja berubah menjadi kelegaan."Terima kasih, Jenderal. Bisa turunkan aku?" tanyanya sungkan. Arah tatapan mereka sama-sama membuat keduanya canggung.Dominic menurunkan Janna dengan sedikit kasar, syukur saja kaki Janna lebih dulu menjejak ke tanah. kalau tidak, tubuhnya akan merasakan keras bebatuan di hutan indah ini."Kau membuat kuda hitam itu tidak nyaman

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   014

    Beberapa hari kemudian, perwira tinggi yang ditugaskan di barat Seaco mendatangi penginapan Dominic guna melaporkan hasil penyelidikan dua peristiwa kejahatan yang terjadi di daerahnya."Tidak saling berhubungan Jenderal, mereka dua kelompok berbeda dengan tujuan yang berbeda pula.""Ada penjelasan lebih detail?" tanya Dominic. Mereka berdua berada dalam ruang khusus yang biasa digunakan sebagai ruang pertemuan para tamu penginapan."Kelompok pertama, memanfaatkan perjalanan Jenderal ke Seaco untuk melarikan Nyonya Janna Freud. Mereka berasal dari pemukiman Hosmer, kelompok bersenjata stratum Royusha. Kelompok kedua, memanfaatkan suasana sepi di malam hari untuk melakukan penjarahan karena tuntutan ekonomi. Mereka adalah penduduk asli Seaco, stratum Sadarih."Dominic mengetuk-ngetuk jarinya ke meja sembari berpikir. "Kami langsung mengintrogasi tahanan dari kedua kelompok.""Apakah ada kemungkinan stratum Sadarih ini akan menjadi kaum pem

Bab terbaru

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   56

    Dengan anggun, Janna berjalan di acara undangan Sultan Bayezidan. Ia tidak ragu menaruh jemarinya di lengan Dominic. Senyum tak lekang dari paras cantiknya. Busana pilihan Dominic melekat indah pada tubuh ibu berbadan dua yang tak lama lagi akan berjumpa dengan si buah hati."Tanganmu dingin," ucap Dominic menyentuh jemari sang istri. Janna berusaha melepas, akan tetapi Dominic mengenggam dengan erat.Senyum Dominic menandakan kalau pria itu tengah menggoda istrinya, Janna tidak mau jatuh dalam pesona suami yang kerap bersikap sesukanya."Sepertinya ada yang tidak rela," bisik Janna melirik sekilas perempuan yang berdiri di samping sultan.Sultan Bayezidan dan permaisuri menerima ucapan selamat dari para tamu undangan. Namun, sesekali sorotan tajam diarahkan pada Janna dan Dominic. Mereka pun berhadapan lalu memberi hormat pada sultan dan permaisuri. Hanya saja, permaisuri sengaja memalingkan wajah saat Janna tersenyum padanya."Keberhasilan militer Kesultanan Yagondaza pada misi ra

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   55

    Sandama menatap iba pada menantu satu-satunya yang tengah sibuk mengusapi perut besarnya. Ia seorang ibu, sekalipun Janna terlihat baik-baik saja, Sandama tahu Janna menyembunyikan perasaan terdalamnya."Apakah kau cemburu pada Yanata?"Janna tersentak hingga menghentikan elusan pada perutnya. Sedetik kemudian, Janna tersenyum pada Sandama."Ibu, telah ku katakan masih sulit ada perasaan seperti itu di antara kami."Sandama memicing, memikirkan sesuatu yang lain."Alasanmu meninggalkan Dominic setelah melahirkan tidak kuat bagi ibu dengan alasan keselamatan Dominic. Dia kepala militer, bukan orang biasa."Janna menurunkan pandangan, tatapan menyelidik Sandama membuatnya gentar. Namun, ia enggan mengatakan sesuatu. "Janna, perpisahan tidak dibenarkan di kesultanan, kecuali pihak yang meninggalkan bersedia tidak terlibat lagi dalam kehidupan pihak yang ditinggalkan di masa depan. Ibu harap kau tahu konsekuensinya."Janna tertawa kecil mengingat sikap Dominic terhadapnya dari awal perni

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   54

    Sembari menyentuh perut yang semakin membesar, Janna duduk di tepi ranjang tidurnya. Ia mengelusi calon bayi yang masih meringkuk di dalam.Air mata tak kunjung berhenti menandakan kesedihan Janna yang tak bisa diungkapkan pada siapa pun.Merasa sendiri dan kesepian menjalani hidup, Janna ingin memutuskan pilihan terbaik buat dirinya di masa depan.Merapikan penampilan, Janna pergi ke markas besar tempat suaminya bekerja, ia ingin mencari tahu informasi tentang kakaknya.Tiba di sana, Janna mencari seseorang yang sempat dilihatnya dalam tugas membebaskan Yanata saat itu. Dia adalah bawahan Dominic."Bisa kau memberitahuku tentang Allan Braun?"Janna masuk ke ruangan perwira tinggi itu."Nyonya?" Pria itu berdiri menyambut kedatangan istri dari alasannya."Silakan duduk," tawarnya."Tidak perlu. Aku hanya sebentar." Janna bersikeras berdiri."Bisa kau beritahukan aku kabar Allan Braun?" Janna butuh informasi yang akurat.Perwira tinggi itu hanya diam menimbang jawaban yang harus disamp

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   53

    Pembebasan Yanata berhasil dilakukan tim prajurit khusus kesultanan. Dominic tidak sampai turun tangan, ia hanya mengirimkan seorang negosiator di antara para prajurit. Yanata langsung di bawa ke pusat fasilitas kesehatan untuk mendapat perawatan. Dominic tiba beberapa waktu kemudian bersama Swayata Tan. Paras sendu seorang ayah menyiratkan kemarahan sekaligus kesedihan. Dominic menepuk pundak Swayata yang menatap putri kesayangan yang sedang tertidur lelap."Bersyukurlah, ia baik-baik saja.""Mengapa kau tidak menyerang pemukiman Royusha? Malah mengirim negosiator?" tanya Swayata tanpa memandang Dominic.Dominic terganggu dengan pertanyaan itu. Ia berdehem untuk menormalkan situasi pikirannya. "Itu bukan urusanmu, Pak Tua. Yang penting, Yanata diselamatkan oleh prajuritku."Selang beberapa waktu, Swayata pamit undur diri. Semakin lama di sana, kesedihan membuatnya ingin murka.Tinggallah Dominic bersama Yanata, ditatapnya dengan lekat wajah teman masa kecilnya itu. Terdapat gores

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   52

    Janna gelisah usai mencuri dengar rencana militer Kesultanan Yagondaza akan menyerbu pemberontak Royusha yang menyembunyikan keberadaan Yanata. "Apa yang akan terjadi pada Allan?"Pagi hari itu dilalui Janna dalam kecemasan di dalam kamar, ia sibuk berlalu lalang memikirkan rencana Dominic. Pria itu tidak dapat dihentikan.Namun, Janna masih ingin berjuang untuk kakaknya sekalipun ia telah melakukan kesalahan besar sebelumnya."Kana, Mala, katakan pada prajurit, kita ke markas besar." Janna menemui pelayan di depan kamar.Keduanya memberi hormat lalu melakukan sesuai perintah.Dalam perjalanan, Janna melihat sekumpulan prajurit berjalan menuju keluar dari areal markas. Ia mengamati apakah suaminya ada di sana, ternyata tidak."Percepat kereta!" perintah Janna.Janna gegas turun dari kereta dibantu Kana dan Mala. Sambil mengangkat gaun kebangsawanan stratum Armyasa, Janna masuk menuju ruangan Dominic.Ia meminta Kana dan Mala tidak perlu mengikuti sampai ke dalam.Tiba di pintu dengan

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   051

    Tubuh Janna bergetar hebat, sorot mata merah memandang tajam penuh amarah padanya."Ma... ma... af, Jenderal," lirih Janna mengatupkan tangan sembari menggeleng-geleng dengan deraiuair mata."Kau mencoba mengkhianatiku?" Dagu Janna diraih lali dicengkram Dominic.Janna merasakan aura kemarahan Dominic menghukum dirinya saat ini."Permintaanmu aku penuhi bukan agar kau bisa mengelabuiku dan prajurit Pamdos, Janna."Dominic menghempas wajah Janna hingga terlepas dari cekalannya."Katakan sesuatu!" Dominic berteriak tepat di hadapan Janna yang semakin ketakutan."A... aku mohon maaf, Jenderal."Geram rasanya Dominic mendengar permintaan maaf Janna yang diutarakan berkali-kali."Bukan itu yang ingin ku dengar!" hardiknya keras dengan tangan mengepal."Katakan alasanmu menebar gas penidur lalu mengendap-ngendap masuk ke gudang persenjataan."Rasa bersalah menembus hati Janna, ia teringat beberapa permintaan telah dipenuhi Dominic, padahal pria itu biasanya menolak desakan Janna."A... aku

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   050

    Dominic memperbolehkan Janna pisah kamar dengannya. Pria itu melunak dalam menghadapi istrinya. Nasihat Swayata diikuti Dominic agar hidupnya pun bisa tenang tanpa perlawanan dari Janna."Apakah Nyonya sudah tidur?" tanya Dominic sewaktu berpapasan dengan Mala.Pelayan Janna itu menunduk lalu menjawab sesuai pesan nyonyanya.Dominic berjalan menuju pustaka sekaligus ruang kerjanya. Ia ingin menghabiskan malam mempelajari keadaan persembunyian Royusha yang diperoleh dari sumber yang dipercaya. Berat mata Dominic padahal belum lama ia duduk di ruang kerja. Sewaktu akan berdiri, Dominic terduduk lantaran kantuk yang menyerang.Mengendap-ngendap Janna berjalan menyusuri kediaman Dominic. Ia memakai penutup wajah lembab untuk menghindari terkena gas penyebab rasa kantuk mendera.Janna bisa melihat pelayan dan prajurit tertidur pulas. Sengaja Janna mendatangi kamar kerja Dominic dan ia melihat suami tertidur dalam keadaan duduk.Kesempatan itu digunakan Janna untuk pergi keluar dari kedia

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   049

    Janna terbangun tanpa ada Dominic di sampingnya. Usai menyenderkan punggung, pandangan Janna menyapu ke sekeliling ruangan.Sama sekali tidak ada tanda-tanda Dominic ada di sana. Janna mendengkus lalu menarik napas panjang dan membuang perlahan.Apa yang Janna harapkan?Janna turun dari ranjang lalu menggeser pintu sehingga Kana dan Mala yang telah bersiap di balik menghadap pada Janna."Selamat pagi, Nyonya," sapa mereka sembari memberi hormat. "Bantu aku membasuh diri."Kana dan Mala melakukannya dengan senang hati. Bila Janna tidak mengeluarkan suara, Kana dan Mala pun tidak akan bersuara. Apalagi mereka tahu kalau Janna memilih pisah kamar dari suaminya. Bukannya tidak tahu, Jenderal kesayangan semalam baru dari kamar nyonya mereka, tetapi tidaklah sopan menanyakan hal pribadi pada tuan yang dilayani."Apakah Jenderal telah pergi ke markas?" Pertanyaan pertama Janna setelah sedari tadi membisu.Kana dan Mala saling berpandangan sembari tersenyum penuh arti."Sudah, Nyonya," jawa

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   048

    Belum lagi matahari terbit, Janna bangun lalu duduk di tepi ranjang. Ia menoleh ke belakang, menatap gersang Dominic yang tertidur lelap seperti seorang bayi dalam temaram cahaya.Pria yang sekehendak hati bila ingin menghabiskan malam bersamanya. Janna menyentuh perut yang mulai membesar, hentakan kecil bisa dirasakan. Anaknya memberi sinyal bahwa ia baik-baik saja dalam rahim Janna.Perlahan Janna turun dari ranjang agar tidak membangunkan Dominic. Ia memungut pakaian untuk menutupi tubuh yang kedinginan.Langkah kaki Janna menuju jendela, tirai disingkat sedikit hingga sinar rembulan menerpa masuk ke kamarnya. Jauh Janna memandang kedepan dalam kegelapan, yang terbingkai adalah paras Allan Braun, kakak kesayangannya. Terngiang-ngiang ucapan Dominic tentang penculikan Yanata Tan oleh Allan. 'Apa yang kau lakukan, Kak?' Janna hanya bisa mengucapkan itu dalam hati.Janna tahu Allan akan berurusan dengan negara bila mengusik stratum yang lebih tinggi. Dampaknya akan meluas pada pend

DMCA.com Protection Status