Saat pulang dari tempat wisuda Fatih, Nafeesa dan yang lainnya memilih untuk pulang ke rumah. Nafeesa tengah berada di kamar tamu, sambil mengompres kening Dareen. Suhu tubuh pria itu tiba-tiba saja panas, saat baru sampai di rumah Nafeesa dan Bilqis. Nafeesa langsung mengabari dokter agar datang ke rumah dan memeriksa keadaan, Dareen. Dokter menyarankan agar Dareen harus banyak beristirahat, karena pria itu kurang istirahat. Nafeesa langsung menyuruh Dareen untuk istirahat di dalam kamar tamu. Dareen membuka kedua matanya dan menatap Nafeesa yang tengah duduk di samping kasur. "Kok Mas bangun? Kepalanya masih sakit banget ya?" Tanya Nafeesa. "Iya, sakit banget. Kamu istirahat aja dikamar," balas Dareen. Nafeesa menggelengkan kepala dan mengambil kain yang terletak di kening, Dareen. Ia kembali memeras kain tersebut dan meletakkannya di kening Dareen kembali. "Aku disini aja, buat jagain Mas. Badan Mas masih panas banget loh. Aku gak bakal tenang kalau tinggalin Mas sendirian disi
Setelah tiba di Jakarta, Dareen dan Zay kembali bekerja. Namun, baru saja kedua pria itu duduk di kursi kerja mereka masing-masing, sekretaris mereka memberi kabar tentang penggelapan dana yang dilakukan oleh bendahara. Kedua pria itu langsung mencari bendahara tersebut, dan ternyata dia sudah melarikan diri ke Luar Negeri. "Sialan! Sudah saya bilang awasi bendahara sialan itu, karena dari awal saya melihat dari gelagatnya sudah aneh sejak pertama masuk bekerja. Tapi Papa terus aja mempertahankan bendahara sialan itu! Bermilyaran uang perusahaan rugi, karena bendahara itu. Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini!" Teriak Zay di ruang kerjanya. Dareen yang berada di ruang kerja kakaknya, hanya bisa menghela nafas dengan kasar. Sebenarnya ia juga tidak percaya pada bendahara yang baru setahun bekerja di perusahaan Winarta Group, saat itu ia ingin menolak. Namun Tuan Beni malah menerimanya untuk bekerja di perusahaannya. Apa boleh buat, jika itu semua keputusan Tuan Beni, Dareen ataupun Zay tidak
Setelah masalah perusahaan Winarta Group selesai, Nafeesa dan Fatih pulang lebih dulu ke Jakarta. Sedangkan Dareen masih menetap di perusahaan yang ada di kota Bandung, untuk mengecek keuntungan perusahaannya. "Huh! Akhirnya semua masalah beres, gue bisa istirahat dengan tenang," ujar Dareen yang menutup laporan serta laptop-nya. Pria itu berjalan keluar ruang kerjanya, dan menemui penanggung jawab perusahaan yang ada di kota Bandung. "Syukurlah, Pak. Perusahaan kita kembali seperti biasanya," ucap penanggung jawab. "Iya, kita masih diberikan kepercayaan untuk melanjutkan pekerjaan ini. Jadi, kamu jangan sampai lengah dalam memilih karyawan baru. Saya tidak ingin kejadian ini terjadi untuk kedua kalinya," jelas Dareen pada penanggung jawab perusahaan yang ada di Bandung. "Baik, Pak. Saya akan lebih berhati-hati dalam memilih karyawan yang akan bekerja di perusahaan ini," balas penanggung jawab. "Oke, kalau begitu saya pamit untuk pulang," lanjut Dareen. "Baik, Pak. Hati-hati dij
Dareen tengah duduk di balkon kamar sambil mengerjakan pekerjaan kantor miliknya. Tiba-tiba saja pintu kamarnya terbuka, sontak Dareen langsung menatap ke arah pintu kamarnya. "Kamu sibuk?" Tanya Nyonya Riska. "Banget, Ma. Ini laporan harus dikirim hari ini juga," balas Dareen kembali mengerjakan laporannya. Nyonya Riska menghela napasnya, "ikut Mama dulu, kamu harus fitting baju pernikahan. Tinggal dua bulan lagi, kalian akan menikah. Kita harus persiapan jauh-jauh hari, karena kalau sebulan mau nikah. Nanti kejar waktu," lanjut Nyonya Riska. Dareen menatap Nyonya Riska, "gak bisa Ma, laporan ini sangat penting untuk perusahaan kita. Terlambat sedikit saja mengirim ke perusahaan Alexander Group, kita kehilangan kesempatan buat kerja sama dengan mereka," jawab Dareen. "Tapi, pernikahan kamu lebih penting dari kerjaan itu, Dareen. Sekarang simpan laptop kamu, dan ikut Mama. Nana sudah nungguin kita di butik langganan, Mama," tegas Nyonya Riska. Dareen menghela napasnya, dan tangan
Dareen menatap wanita tersebut dan kangen menganggukkan kepalanya. Wanita jalang itu duduk dipangkuan Dareen dan mengelus rahang tegas milik pria tampan tersebut. "Kamu tampan," ucap jalang itu. "Aku harus tampan, karena jika tidak kamu akan malu bersamaku, Nafeesa," jawab Dareen dalam keadaan mabuk. Jalang itu tersenyum miring, ternyata pria tampan itu terlihat tengah putus cinta. Ia akan memanfaatkan, keadaan ini untuk mengajak pria tampan itu bermalam hingga pagi. "Kita ke kamar yuk, aku akan memuaskanmu hingga pagi," bisik jalang tersebut dengan sensual. Dareen tersenyum dan menganggukkan kepala. Mereka berjalan ke arah kamar yang ada di bar. Jalang itu mendorong tubuh Dareen, hingga pria itu terjatuh ke atas kasur. "Kamu ganas sekali, Nafeesa. Tapi aku suka," ujar Dareen. Jalang itu membuka seluruh bajunya dan tersisa bra dan celana dalamnya saja. Ia menindih Dareen dan membuka satu persatu kancing kemeja yang Dareen pakai. Pria tampan itu hanya pasrah, karena dia benar-ben
Setelah selesai makan sarapan yang dibuat oleh, Nafeesa. Dareen duduk di sofa ruang tamu, sambil mengecek ponsel miliknya. Dia membuka media sosial, dan tanpa sengaja ia melihat artikel yang banyak diperbincangkan oleh para warga net. 'Nana Branuarja, tertangkap basah tengah jalan bersama seorang pria kaya, di Semarang.' 'Apakah Nana, bermain di belakang Dareen? Si direktur tampan?' 'Masih belum ada bukti kuat, tentang foto Nana Branuarja yang tersebar di media sosial. 'Apakah pertunangan Nana dan Dareen akan dibatalkan?' Contoh artikel yang tengah diperbincangkan oleh warga net. Dareen membuka foto tersebut, dan mencoba untuk memperbesar foto pria yang tengah bersama Nana. "Mukanya kok gak asing ya?" Gumam Dareen. Nafeesa berjalan ke arah ruang tamu, dan meletakkan minuman yang ia buat untuk, Dareen. Nafeesa mengambil tas-nya dan tanpa sengaja melihat artikel yang tengah di lihat oleh Dareen. "Bukankah itu Pak Fikri, yang dosen pembimbing Fatih saat skripsi?" Ujar Nafeesa yang
Di Semarang.Nana berada di dalam kamar, sambil menatap layar ponsel-nya. Ia membaca artikel tentang dirinya dan Pak Fikri. Wanita itu mulai merasa jengah dan membanting ponsel miliknya. Nana berdiri dan berjalan menatap foto-foto yang ada di kamar, Pak Fikri. Ada foto seorang anak perempuan yang terlihat cantik dengan mata sipitnya, dengan seorang anak yang lebih dewasa dari anak perempuan itu. "Sayang," ucap Pak Fikri. Nana langsung membalikkan tubuhnya dan menatap Pak Fikri. "Iya, sayang," balas Nana. "Kamu ngapain?" Tanya Pak Fikri. "Ah, lagi liat foto ini. Kalau boleh tau anak perempuan ini siapa ya? Cantik banget, adik kamu atau siapa nih?" Tanya Nana. Pak Fikri menatap foto anak perempuan yang selalu ia rindukan selama ini. Pria itu menghela napasnya, apa dia harus menceritakan tentang anak perempuan itu pada Nana. "Dia orang paling spesial di hidupku," balas Pak Fikri. "Orang spesial?" Tanya Nana. "Dia adikku, yang hilang bertahun-tahun lamanya. Sebenarnya aku memiliki
Dareen membawa Nathan pulang ke rumah Nafeesa dan Bilqis. Mobil berhenti di halaman rumah Nafeesa dan Bilqis. Dareen keluar lebih dulu dari mobil dan menggendong Nathan. Nafeesa yang melihat anaknya langsung berlari ke arah Nathan dan Dareen. "Kamu dari mana sih, Nathan? Kamu buat Bunda khawatir tau gak? Bunda kira kamu diculik sayang, Ya ampun, Nathan," ujar Nafeesa sambil memeluk anaknya. Fatih menatap Dareen, "lo yang bawa Nathan, bang?" Tanya Fatih. "Enggak, tadi dengar kabar Nathan hilang, abang langsung mencari Nathan. Terus tadi Abang mampir ke minimarket, buat beli minum. Eh, Abang ngeliat Nathan lagi meluk kedua lututnya di depan minimarket," jelas Dareen. "Ya ampun, Nathan. Kamu ngapain sih ke minimarket? Kalau mau sesuatu telepon Bunda sayang, atau kasih tau Bi Darmi. Jangan jalan sendiri di luar, apalagi kata Ayah kamu pergi ke minimarket yang jauh dari rumah. Bunda khawatir tau gak," ucap Nafeesa memeluk anaknya dengan erat. Nathan hanya diam dipelukan ibunya, Bilqis