Dareen membawa Nathan pulang ke rumah Nafeesa dan Bilqis. Mobil berhenti di halaman rumah Nafeesa dan Bilqis. Dareen keluar lebih dulu dari mobil dan menggendong Nathan. Nafeesa yang melihat anaknya langsung berlari ke arah Nathan dan Dareen. "Kamu dari mana sih, Nathan? Kamu buat Bunda khawatir tau gak? Bunda kira kamu diculik sayang, Ya ampun, Nathan," ujar Nafeesa sambil memeluk anaknya. Fatih menatap Dareen, "lo yang bawa Nathan, bang?" Tanya Fatih. "Enggak, tadi dengar kabar Nathan hilang, abang langsung mencari Nathan. Terus tadi Abang mampir ke minimarket, buat beli minum. Eh, Abang ngeliat Nathan lagi meluk kedua lututnya di depan minimarket," jelas Dareen. "Ya ampun, Nathan. Kamu ngapain sih ke minimarket? Kalau mau sesuatu telepon Bunda sayang, atau kasih tau Bi Darmi. Jangan jalan sendiri di luar, apalagi kata Ayah kamu pergi ke minimarket yang jauh dari rumah. Bunda khawatir tau gak," ucap Nafeesa memeluk anaknya dengan erat. Nathan hanya diam dipelukan ibunya, Bilqis
Nana pulang ke Jakarta, dan bertemu dengan wartawan. Ia sudah klarifikasi bahwa itu bukan fotonya, itu adalah foto hoax yang disebar oleh orang iseng. Setelah menemui wartawan, Nana langsung menyetir mobilnya menuju perusahaan Winarta Group. Wanita itu memarkirkan mobilnya di basement perusahaan, kemudian ia keluar dari mobil dan masuk ke dalam perusahaan Winarta Group. Di perjalanan menuju ruangan Dareen, Nana tanpa sengaja melihat keberadaan Fatih. Wanita itu mengerutkan keningnya, kenapa pria tampan itu ada di Winarta Group. 'Kok ada dia? Atau jangan-jangan dia kerja di sini ya? Kalau iya, wah gampang nih deketin dia,' batin Nana. Fatih yang melihat keberadaan Nana hanya menatap datar wanita tersebut. Nana mengedipkan sebelah matanya, dan melanjutkan langkahnya menuju ruang kerja, Dareen. "Dareen ada di dalam ruangan?" Tanya Nana dengan angkuh. "Ada Bu, silakan masuk," balas sekretaris Dareen. Nana melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang kerja, Dareen. Terlihat pria tampan it
"Ini nih, si paling senior lagi bully junior. Sampai merah tuh tangan juniornya, karena nih senior sok jadi preman, sekali ditegur langsung diam. Jawab pertanyaan gue, jangan diem aja Lo," jawab Bilqis yang benar-benar sangat marah pada karyawan tersebut. Karyawan itu menundukkan kepalanya, dan menatap Fatih yang berada di samping Kevin. "Dia duluan Pak Zay, masa tadi saya dihina sama dia. Jadi saya gak terima dan balas perlakuannya lah," bela karyawan pria itu. "Enak aja kalau ngomong, jelas-jelas lo yang cari masalah duluan. Nih ya, gue dari tadi di samping Fatih, gak ada gue denger Fatih menghina lo. Fitnah bae lo, kalau salah ya ngaku aja kali. Banyak saksi disini, ya kalau lo gak bayar mereka buat berbohong," jelas Kevin yang juga tidak suka dengan karyawan tersebut."Kalian bertiga ikut ke ruangan saya," tegas Dareen. Fatih dan Kevin mengangguk, sedangkan karyawan pria yang mencari masalah tadi hanya diam, karena dia sudah sangat gugup. Dareen berjalan ke ruang kerjanya, dan d
Malam hari pukul 19.00 WIB. Nafeesa tengah berkutat dengan laptop miliknya. Ia tengah mengerjakan pekerjaan yang sempat tertunda di kantor tadi. Fatih turun dari lantai atas dan duduk di samping sang Kakak. "Ngapain, Kak?" Tanya Fatih. "Ngerjain kerjaan kantor yang tadi ke tunda," balas Nafeesa. Fatih menganggukkan kepalanya. Ia mengambil remote dan mengecilkan suara televisi agar kakaknya bisa konsentrasi mengerjakan pekerjaan kantor. Fatih menggendong Nathan yang tertidur di karpet, dan membawanya masuk ke dalam kamar. Nafeesa yang melihat Fatih yang memindahkan Nathan, tersenyum bahagia. Ia sangat bersyukur memiliki adik yang sangat pengertian dan sangat sayang pada Nathan.Fatih yang menemaninya saat melahirkan Nathan, dan adiknya juga orang pertama yang menggendong Nathan. Karena saat setelah melahirkan, Nafeesa tak sadarkan diri, karena tubuhnya terlalu lemah untuk melahirkan normal. Nafeesa mengira dia tak akan selamat setelah melahirkan, Nathan. Tapi ternyata Tuhan memberik
'Apakah Dareen memiliki anak di luar nikah dengan wanita lain?' 'Kenapa anak laki-laki yang ada di gendongan, Dareen Lucy Winarta sangat mirip dengannya?' 'Siapa sebenarnya anak kecil yang ada di gendongan, Dareen?' 'Apa Dareen balas dendam, karena tunangannya sempat terciduk bersama pria lain?' 'Dareen dan Nana batal nikah?' Semua akun media sosial dipenuhi artikel tentang Dareen. Tuan Beni dan Nyonya Riska mengepal kedua tangan mereka. "Dareen kesini kamu!" Bentak Tuan Beni. Dareen yang baru saja selesai memakai setelan kantornya langsung menuruni anak tangga dan saat tiba di hadapan ayahnya. Plak! Satu tamparan berhasil mengenai wajah, Dareen. Pria tampan itu terkejut, kenapa ayahnya menamparnya? Apa dia memiliki kesalahan? Tuan Beni mencengkram kerah baju anaknya dan menatap tajam, Dareen. "Kenapa fotomu dan foto anak haram itu ada di media sosial?!" Bentak Tuan Beni. "Foto apa yang Papa maksud?" Tanya Dareen. "Foto kamu dengan anak harammu itu!" Teriak Tuan Beni yang su
Dareen langsung menatap ke belakang dan ia sangat terkejut, saat melihat anaknya ada di belakangnya. "Kok kamu bisa ada di sini? Kamu sendirian?" Tanya Dareen. "Nathan cariin ayah, kata Om Zay Ayah pergi dari rumah. Nathan kesini bersama Bunda, Om Zay dan lainnya," balas Nathan. Dareen memeluk anaknya dan mengusap lembut rambut putra yang paling ia sayangi. "Dimana Bunda dan lainnya?" Tanya Dareen. "Aku disini," sahut Nafeesa yang menatap Dareen dengan tatapan khawatir. Wanita cantik itu mendekati pria yang ia cintai dan langsung memeluk, Dareen. Nafeesa memeluk erat tubuh Dareen, dan rasa khawatir serta sesak yang ia rasakan saat mengetahui Dareen pergi dari rumah, seketika hilang. "Kamu kenapa gak dateng ke rumah? Aku 'kan udah bilang kalau ada masalah langsung kabari. Jangan main kabur aja," ujar Nafeesa. Dareen mengusap punggung Nafeesa dan punggung Nathan. "Maaf," balas Dareen. Pelukan mereka terlepas dan Nafeesa langsung menatap wajah Dareen yang ada bekas pukul di sana. "
Mobil Zay berhenti tepat di depan rumah orang yang sudah menyebarkan foto Dareen dan Nathan. Mereka semua keluar dari dalam mobil, berjalan ke arah rumah orang tersebut. Nathan ditinggal di rumah bersama Bi Darmi, karena anak laki-laki itu sudah tertidur. "Ini rumahnya nih? Yakin lk? Gede amat nih rumah," tanya Bilqis. "Gue lacak alamatnya ya ini, tapi kok bagus banget ya nih rumah?" Jawab Fatih. "Mana gue tahu dek, udah mending kita ketok aja nih pintu," sahut Zay. Sedangkan Dareen dan Nafeesa hanya diam, melihat ketiga orang tersebut dengan posisi tangan saling menggenggam satu sama lainnya. Zay pun mengetuk pintu rumah tersebut, dan beberapa detik kemudian pintu rumah terbuka. Memperlihatkan seorang wanita paruh baya dengan pakaian pelayan, tengah menatap kearah mereka berlima. "Ada yang bisa saya bantu?" "Apa saya boleh bertemu dengan pemilik rumah ini?" Tanyain Fatih. "Maaf, memang kalian siapa? Apa kalian mengenal pemilik rumah ini? Apa kalian sudah ada janji?" "Kami tida
"Lo harus bantu gue cari orang yang udah ngusik hidup ponakan gue dan Pak Dareen. Itu orang benar-benar gak bisa dikasih ampun," bisik Fatih. Kevin menatap Fatih dengan tatapan bingung, namun kemudian pria itu menganggukkan kepala tanda setuju. "Gue nggak tahu apa hubungan lo dengan Pak Dareen, tapi gue bakal bantuin. Jadi gue harus apa?" Tanya Kevin. "Gue udah menyelidiki riwayat pesan terakhir, orang yang sudah menyebar foto tersebut. Dia itu disuruh oleh orang, tapi gue nggak tahu siapa orang itu. Jadi, lo harus berpura-pura menjadi orang yang sudah menyuruhnya untuk menyebar foto tersebut, gimana? Lo setuju 'kan?" Jelas Fatih. Kevin menganggukkan kepalanya, "tapi apa lo udah tahu muka si penyebar foto itu?" Tanya Kevin untuk memastikan. "Gue udah tahu mukanya," balas Fatih sambil mengeluarkan foto dan memberikan pada Kevin. "Dia temen satu kampus gue dulu. Dia anaknya pendiam, tapi ternyata kelakuannya udah kayak penjahat. Dia juga dulu kena kasus, udah mencuri soal ujian seme
Nafeesa tengah memasak di dapur dalam keadaan hamil 9 bulan. Sudah 3 tahun mereka menjalani hubungan rumah tangga. Sepasang suami istri tersebut, juga sudah dikaruniai dua orang anak laki-laki yang tampan dan akan mendapatkan satu anak perempuan lagi. Namun, yang satu masih berada dalam kandungan. "Ayah, Nathan, Naufal, makan dulu nanti lanjut mainnya," ucap Nafeesa saat menata makanan di meja makan. Nathan sudah berumur 8 tahun, anak laki-laki itu sudah banyak perkembangan. Ia sudah seperti anak seusianya, tanpa canggung bisa menyesuaikan diri dilingkungan barunya. Naufal Lucy Dwi Winarta anak kedua dari Dareen dan Nafeesa, dua hari yang lalu bayi laki-laki ini sudah berumur 3 tahun. Kedua anak laki-lakinya sangat mirip dengan Dareen. Membuat Nafeesa jadi iri, kenapa anaknya tidak ada yang mirip dengannya. Ketiga orang itu berjalan ke arah dapur, dan duduk di kursi. Nafeesa mengambil makanan untuk Dareen-suaminya dan Nathan-putra pertamanya. "Makan yang banyak ya, Naufal sini sayan
Satu bulan kemudian, Setelah semua masalah selesai, Dareen dan Nafeesa sangat terlihat bahagia bersama. Sepasang kekasih ini tengah duduk di sebuah cafe, sambil menatap anak mereka yang tengah makan dengan lahap. "Pelan-pelan makannya, Sayang," balas Nafeesa. Nathan mengangguk dan langsung memakan makanan dengan pelan. Dareen yang melihat anaknya menurut hanya bisa tersenyum, dan mengusap lembut kepala anaknya. Nafeesa menyuapi Dareen makan, karena pria itu sejak bersama dengan Nafeesa semakin manja. "Enak loh Bunda," ujar Dareen dengan semangat. Nafeesa terkekeh, "aku seperti memiliki dua anak saja," balas Nafeesa. Dareen ikut terkekeh dan menggenggam tangan gadis itu dengan hangat. "Akhirnya kita bahagia ya, Nana juga sudah menyerah dan dia sudah sadar bahwa cinta itu tidak bisa dipaksakan," ujar Dareen. Nafeesa tersenyum dan mengangguk, "apa dia sudah berangkat ke London?" Tanya Nafeesa pada Dareen. "Dengar dari Papa sih udah, semalam dia berangkat. Semoga aja dia menemukan
"Kerja sama Alexander Group dan Winarta Group. Sudah batal, Dareen dan Zay bisa bekerja di Alexander Group. Kebetulan Fikri membutuhkan bantuan untuk mengurus dua perusahaan.." ujar Tuan Raksa. Mendengar ucapan kedua anaknya, Tuan Beni terkejut bukan main. "Baiklah Papa akan merestui kalian berdua, asal Dareen dan Zay tidak lepas dari tanggung jawab. Maafkan Papa yang sudah memaksakan kehendak Papa..." Keputusan Tuan Beni. "Pa, apa-apaan sih? Kenapa Papa batalkan pernikahan anak kita? Nanti kerja sama dengan perusahaan kedua orang tua Nana gimana?" Tanya Nyonya Riska yang sangat kesal. "Papa sudah membatalkannya tadi sebelum mereka datang kesini dan semua persiapkan sudah Papa batalkan. Ternyata Dareen sudah lebih dulu menelepon pihak yang bertanggung jawab atas persiapan pernikahan ini. Jadi, sebenarnya Papa suruh kedua orang tua Nana untuk datang, hanya ingin meminta maaf. Tapi kamu sudah berbicara lebih dulu, Ma," jelas Tuan Beni. Dareen dan Zay terkejut dengan ucapan ayah merek
Fatih masih membelalakkan kedua matanya karena kaget dengan ucapan, Dareen. Pria itu memukul pelan wajah Dareen dan menatap tajam kedua mata atasannya itu. "Gila lo bang! Gak ada pakai pergi-pergi segala! Selesai semuanya dengan kepala dingin. Sampai gue tau Abang ngelakuin hal-hal aneh, gue bacok burung lu bang," tegas Fatih. Dareen hanya diam dan menatap Fatih yang tengah mengoceh. Pria itu kembali menatap ke arah langit, dan mengembangkan senyumnya. "Om, gini banget nasib, Dareen. Om gimana di sana? Bahagia gak? Apa Om udah bersama anak Om dan wanita yang Om cinta? Dareen penasaran banget Om, kalau Om udah bersatu lagi dengan mereka. Dareen ucapkan selamat ya, Om," jeda Dareen."Om, Dareen udah punya anak. Dia sama kayak Om, terlahir dengan keistimewaannya. Wajahnya mirip banget sama Dareen, andai Om masih hidup, pasti Om bakal bahagia melihat anak Dareen. Dia anak yang pintar, selalu buat Dareen bangga. Om, Papa udah beda, dia gak sayang sama Dareen lagi. Berbeda sekali saat Om ma
Sudah hampir tiga Minggu Dareen di rumah sakit. Akhirnya hari ini, ia sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Nafeesa sedari awal selalu menemani Dareen, membuat perkembangan kesembuhan pria itu semakin pesat. Nafeesa tengah memasukkan beberapa baju yang di bawa oleh kedua orang tua, Dareen. "Nathan mana sayang?" Tanya Dareen. "Lagi sama Fatih, Kevin, Ucok dan Kak Fikri," balas Nafeesa yang baru saja selesai mengancing tas pakaian milik Dareen. "Udah siap? Yang lain pasti udah nunggu lama di depan. Yuk kita pulang," lanjut Nafeesa. Dareen mengangguk dan menggenggam tangan, Nafeesa. "Ayuk sayangnya aku," balas Dareen. Mereka berdua pun keluar dari ruang rawat dan berjalan keluar rumah sakit. Terlihat sudah banyak orang menunggu mereka di tempat parkir, terlihat keluarga Winarta dan keluarga Alexander berdiri di depan mobil mereka masing-masing. "Udah? Mau balik atau kemana dulu?" Tanya Tuan Teguh. "Langsung balik aja, Opa. Mas Dareen butuh banyak istirahat," sahut Nafeesa. Da
Sekarang semua orang sudah berkumpul di depan ruangan tempat Dareen dan Nathan melakukan tes DNA. Dareen dan Nathan tengah mengambil darah, untuk sempel tes DNA. Setelah selesai mereka keluar dengan bergandeng tangan. "Kapan hasilnya keluar?" Tanya Tuan Beni. "Nanti malam pukul 21.00 WIB," balas Dareen datar. "Ah, sangat tidak sabar sekali. Ingat kalau anak penyakitan ini bukan anak Dareen, kau pergi dari kehidupan anakku," ujar Nyonya Riska. Plak! "Mulutmu gak bisa di jaga ya? Kamu mau anak saya menjauh dari Dareen, oke akan saya turuti. Tapi apa anakmu akan baik-baik saja, jika berjauhan dengan anak perempuan saya? Apa kamu yakin dia akan bahagia berpisah dengan Nafeesa?" Tanya Nyonya Zanna yang sudah sangat kesal. "Tidak, Tante. Aku tidak ingin berpisah dari Nafeesa dan anakku. Aku yakin, Nathan benar-benar anakku dan Nafeesa. Jangan dengarkan ucapan Mama, karena mulutnya memang tidak bisa di rem. Jadi, jangan dimasukan ke dalam hati, Tante," jawab Dareen yang langsung menggen
Sudah dua puluh menit mereka berada di ruang VIP mawar. Saat keluarga Alexander akan berpamitan untuk pulang, Dareen membuka kedua matanya. "Nafeesa," panggil Dareen. Nafeesa yang mendengarnya langsung menghampiri, Dareen. Ia menatap wajah pria tampan tersebut dan tersenyum ke arahnya. "Iya? Kamu mau apa, Mas? Minum? Atau perut kamu laper lagi?" Tanya Nafeesa. Dareen tersenyum, "mau kamu," balas Dareen. Nafeesa mencubit pelan Dareen. "Kalau mau anak saya, nikahin dia, jangan ngomong aja," ujar Tuan Raksa dengan datar. Dareen menatap ke arah Tuan Raksa, dan ia langsung memposisikan diri untuk duduk. Tuan Raksa dan Tuan Beni membantu Dareen, untuk duduk. Nafeesa membenarkan baju Dareen yang tersingkap, kemudian merapikan rambut pria yang ia cintai itu. "Om kapan ke Indonesia? Bukannya lagi di luar Negeri ya? Terus maksud Om nikahin anak Om apa? Dareen normal ya, Om," jawab Dareen. "Lah jadi gak mau nikahin anak Om nih? Yaudah," lanjut Tuan Raksa. "Anak Om cowok, mana mungkin Dare
Di dalam ruang ICU. Nathan terus saja menatap ke arah ayahnya yang tengah terbaring lemah di brankar. Ia menggenggam tangan Dareen dengan erat. "Ayah, bangun ya. Nathan rindu sama Ayah. Nathan, udah banyak kemajuan loh yah. Jadi, saat Ayah bangun, Nathan tidak akan pernah mempermalukan Ayah, karena kekurangan Nathan. Apa Ayah nggak capek tidur terus? Nathan aja cuma tidur selama sejam udah capek banget. Ayah udah dua minggu loh, pasti Ayah capek. Nanti kalau Ayah bangun, Nathan akan memijat punggung Ayah. Bangun ya yah, Bunda kangen banget sama ayah. Setiap malam Nathan dengar Bunda selalu nangis di dalam kamarnya. Apa Ayah nggak sedih melihat Bunda nangis terus?" ujar Nathan. Anak laki-laki itu mengecup punggung tangan, Dareen. Kemudian ia memilih untuk keluar dari ruangan, tanpa anak laki-laki itu sadari Dareen meneteskan air matanya. Saat membuka pintu, Nathan melihat Nafeesa tengah tersenyum ke arah dirinya. "Udah?" Tanya Nafeesa dengan lembut. Nathan menganggukkan kepala, dan
Dua Minggu berlalu, Dareen masih juga belum sadar dari komanya. Sekarang Tuan Beni tengah menatap anaknya yang tengah terbaring dengan banyak alat medis di tubuh. Sesak rasanya melihat putra keduanya terbaring lemah seperti ini. Tuan Beni menggenggam tangan anaknya, "kapan kamu bangun? Apa kamu gak capek tidur terus? Kamu gak rindu sama Papa dan keluarga kamu? Apa kamu gak rindu sama anak kamu?" Tanya Tuan Beni. "Maaf selama ini Papa egois sama kamu. Papa hanya tidak ingin kamu memilih wanita yang salah, karena mamamu memberitahu Papa bahwa Nafeesa bukan wanita yang baik untuk kamu. Itu alasan Papa tidak merestui kalian, apalagi saat Papa mendengar Nafeesa hamil. Itu membuat semakin benci pada wanita itu," lanjut Tuan Beni. "Setelah Papa liat kegigihan mu untuk bersama Nafeesa, dan wanita itu terlihat sangat menyayangimu. Papa akan merestui kalian, tapi Papa mohon kamu harus bangun dulu. Jangan lama tidurnya, Dareen," sambung Tuan Beni lagi. Pria paruh baya itu menggenggam erat tan