Dareen langsung menatap ke belakang dan ia sangat terkejut, saat melihat anaknya ada di belakangnya. "Kok kamu bisa ada di sini? Kamu sendirian?" Tanya Dareen. "Nathan cariin ayah, kata Om Zay Ayah pergi dari rumah. Nathan kesini bersama Bunda, Om Zay dan lainnya," balas Nathan. Dareen memeluk anaknya dan mengusap lembut rambut putra yang paling ia sayangi. "Dimana Bunda dan lainnya?" Tanya Dareen. "Aku disini," sahut Nafeesa yang menatap Dareen dengan tatapan khawatir. Wanita cantik itu mendekati pria yang ia cintai dan langsung memeluk, Dareen. Nafeesa memeluk erat tubuh Dareen, dan rasa khawatir serta sesak yang ia rasakan saat mengetahui Dareen pergi dari rumah, seketika hilang. "Kamu kenapa gak dateng ke rumah? Aku 'kan udah bilang kalau ada masalah langsung kabari. Jangan main kabur aja," ujar Nafeesa. Dareen mengusap punggung Nafeesa dan punggung Nathan. "Maaf," balas Dareen. Pelukan mereka terlepas dan Nafeesa langsung menatap wajah Dareen yang ada bekas pukul di sana. "
Mobil Zay berhenti tepat di depan rumah orang yang sudah menyebarkan foto Dareen dan Nathan. Mereka semua keluar dari dalam mobil, berjalan ke arah rumah orang tersebut. Nathan ditinggal di rumah bersama Bi Darmi, karena anak laki-laki itu sudah tertidur. "Ini rumahnya nih? Yakin lk? Gede amat nih rumah," tanya Bilqis. "Gue lacak alamatnya ya ini, tapi kok bagus banget ya nih rumah?" Jawab Fatih. "Mana gue tahu dek, udah mending kita ketok aja nih pintu," sahut Zay. Sedangkan Dareen dan Nafeesa hanya diam, melihat ketiga orang tersebut dengan posisi tangan saling menggenggam satu sama lainnya. Zay pun mengetuk pintu rumah tersebut, dan beberapa detik kemudian pintu rumah terbuka. Memperlihatkan seorang wanita paruh baya dengan pakaian pelayan, tengah menatap kearah mereka berlima. "Ada yang bisa saya bantu?" "Apa saya boleh bertemu dengan pemilik rumah ini?" Tanyain Fatih. "Maaf, memang kalian siapa? Apa kalian mengenal pemilik rumah ini? Apa kalian sudah ada janji?" "Kami tida
"Lo harus bantu gue cari orang yang udah ngusik hidup ponakan gue dan Pak Dareen. Itu orang benar-benar gak bisa dikasih ampun," bisik Fatih. Kevin menatap Fatih dengan tatapan bingung, namun kemudian pria itu menganggukkan kepala tanda setuju. "Gue nggak tahu apa hubungan lo dengan Pak Dareen, tapi gue bakal bantuin. Jadi gue harus apa?" Tanya Kevin. "Gue udah menyelidiki riwayat pesan terakhir, orang yang sudah menyebar foto tersebut. Dia itu disuruh oleh orang, tapi gue nggak tahu siapa orang itu. Jadi, lo harus berpura-pura menjadi orang yang sudah menyuruhnya untuk menyebar foto tersebut, gimana? Lo setuju 'kan?" Jelas Fatih. Kevin menganggukkan kepalanya, "tapi apa lo udah tahu muka si penyebar foto itu?" Tanya Kevin untuk memastikan. "Gue udah tahu mukanya," balas Fatih sambil mengeluarkan foto dan memberikan pada Kevin. "Dia temen satu kampus gue dulu. Dia anaknya pendiam, tapi ternyata kelakuannya udah kayak penjahat. Dia juga dulu kena kasus, udah mencuri soal ujian seme
Nyonya Riska sudah berada di gedung dengan banyak wartawan dan para reporter. Wanita paruh baya itu sudah bersiap-siap untuk klarifikasi artikel yang beberapa hari ini menjadi perbincangan warga net. Nana datang dan duduk di samping Nyonya Riska. Sehingga semua wartawan dan reporter langsung menyorot mereka berdua. "Baiklah di sini saya selaku ibu dari Dareen Lucy Winarta akan klarifikasi tentang artikel yang beberapa hari lalu jadi perbincangan para warga net. Dulu saat umur anak saya 23 tahun, ia berpacaran dengan seorang gadis dari keluarga kalangan bawah. Kami tidak merestui hubungan mereka, karena sifat gadis itu sangat buruk untuk anak saya. Karena saya dan suami saya tidak merestui hubungan mereka, gadis itu menjebak Dareen agar putra saya itu menghamilinya. Setelah kejadian itu, gadis tersebut langsung menghilang bak ditelan bumi," jeda Nyonya Riska."Sudah lima tahun berlalu, gadis itu kembali dan langsung menyebut bahwa anak yang dia bawa itu adalah anak dari Dareen. Gadis t
Berita itu sudah diketahui oleh semua orang. Saat Fatih mengantar Nathan datang ke sekolah, tatapan para orang tua tertuju pada anak laki-laki tersebut. 'Udah ada dua anak haram di sekolah ini. Astaga, jangan sampai anak-anak kita berdekatan dengan anak haram itu.' 'Kamu jangan berteman dengan anak haram itu ya. Dia itu tidak baik untuk kamu. Bisa-bisa otakmu di cuci oleh anak haram itu.' 'Dasar anak haram, ibunya ganjen banget udah jebak pria yang baik hati itu. Kasihan Nana,' 'Haha, dasar anak haram. Masih berani masuk ke sekolah. Kalau aku, pasti udah gak mau masuk sekolah lagi.' Seperti itulah bisikan para orang tua, Fatih yang mendengarnya mengepalkan kedua tangannya. Saat akan membalas ucapan para orang tua, Nathan menggenggam tangan pamannya dengan erat. "Antarkan Nathan masuk ke dalam kelas paman. Karena hari ini Bu guru Rere tidak datang," ujar Nathan. Fatih menganggukkan kepalanya dan mereka berjalan masuk ke dalam kelas. Mira dan Alia yang melihat dari kejauhan, langs
Hari Rabu, tanggal 21 Juli 2021. Dareen tengah berada di dalam kamar Nathan. Ia menatap anaknya yang tengah tertidur pulas. Namun, tiba-tiba ponsel milik Dareen bergetar. Pria itu langsung mengambil ponsel miliknya di saku jaket. Terlihat nama Tuan Beni di sana, pria tampan itu langsung mengangkat panggilan tersebut. [Kenapa dari kemarin kamu tidak pulang?]"Malas, Dareen akan tinggal di apartemen saja. Papa tenang saja, Dareen akan tetap bekerja demi kalian yang menginginkan uang," balas Dareen.[Pulang! Opa mu menyuruh kita untuk berkumpul. Karena ada yang ingin ia bicarakan pada kita semua. Ajak Zay, sedari tadi Papa telepon dia tidak mengangkatnya.]"Hm, kalau begitu Dareen matikan," jawab Dareen dengan singkat.Panggilan pun diakhiri oleh Dareen, kemudian pria itu memasukkan kembali ponsel-nya di saku jaketnya. Nathan membuka kedua matanya dan menatap Dareen yang tengah tersenyum kearahnya. "Kita terapi yuk, bareng Bunda," ajak Dareen. Nathan menganggukkan kepala dan langsung
Taksi yang digunakan oleh kedua orang tua Pak Fikri berhenti di hotel Ciputra. Mereka turun dari taksi dan masuk ke dalam hotel tersebut. Mobil Pak Fikri ikut berhenti, pria itu langsung memarkirkan mobilnya dan menyusul kedua orang tuanya. "Daddy, Mommy, tunggu," panggil Pak Fikri mengejar kedua orang tuanya. Kedua orang paruh baya itu hanya diam, dan melanjutkan langkah mereka menuju meja resepsionis. Mereka memesan kamar hotel untuk beberapa hari ke depan, karena Nyonya Zanna ingin berlibur di Indonesia beberapa hari. "Daddy, Mommy, kita pulang ya. Jangan seperti ini dong," ujar Pak Fikri. "Kamu saja yang pulang, Mommy mau di sini saja. Pulang lah, atau kamu mau bertemu wanita mu? Sana pergilah," jawab Nyonya Zanna dengan wajah datar dan menggenggam tangan Tuan Raksa. "Mom," lanjut Pak Fikri. "Pulanglah, kasihan wanita mu itu menunggu. Nanti dia pergi ke tunangannya lagi," sambung Tuan Raksa yang langsung menjauh dari anaknya. Dada Pak Fikri sangat sesak, ia menatap kepergian
Fatih dan Kevin tiba di minimarket yang di depan hotel. Mereka masuk ke dalam minimarket tersebut, dan langsung memilih cemilan serta minuman pesanan pria paruh baya tersebut. Tak lupa mereka juga membeli minuman untuk mereka. "Gimana temen lo? Dia lagi dimana sih? Gak lagi di hotel?" Tanya Kevin yang tengah memilih minuman. "Dia lagi diluar, katanya bentar lagi sampe. Kita disuruh buat tunggu di depan kamarnya," jawab Fatih. Kevin menganggukkan kepalanya, mereka berjalan ke arah tempat kasir untuk membayar belanjaan mereka. Saat Kevin akan mengeluarkan uang di sakunya, Fatih menahan tangan pria tersebut. "Gue aja yang bayar," ucap Fatih. "Gue aja, njirr. Gak enak, lo mulu yang bayarin belanjaan gue," balas Kevin. "Udah gue aja, bawa tuh plastik belanjaan nya. Kayak sama siapa aja lo mah," lanjut Fatih. Kevin menganggukkan kepala dan membawa plastik belanjaan mereka. Setelah selesai membayar Fatih langsung menyusul Kevin yang sudah berada di depan minimarket. "Nanti gue ganti d