Nyonya Riska sudah berada di gedung dengan banyak wartawan dan para reporter. Wanita paruh baya itu sudah bersiap-siap untuk klarifikasi artikel yang beberapa hari ini menjadi perbincangan warga net. Nana datang dan duduk di samping Nyonya Riska. Sehingga semua wartawan dan reporter langsung menyorot mereka berdua. "Baiklah di sini saya selaku ibu dari Dareen Lucy Winarta akan klarifikasi tentang artikel yang beberapa hari lalu jadi perbincangan para warga net. Dulu saat umur anak saya 23 tahun, ia berpacaran dengan seorang gadis dari keluarga kalangan bawah. Kami tidak merestui hubungan mereka, karena sifat gadis itu sangat buruk untuk anak saya. Karena saya dan suami saya tidak merestui hubungan mereka, gadis itu menjebak Dareen agar putra saya itu menghamilinya. Setelah kejadian itu, gadis tersebut langsung menghilang bak ditelan bumi," jeda Nyonya Riska."Sudah lima tahun berlalu, gadis itu kembali dan langsung menyebut bahwa anak yang dia bawa itu adalah anak dari Dareen. Gadis t
Berita itu sudah diketahui oleh semua orang. Saat Fatih mengantar Nathan datang ke sekolah, tatapan para orang tua tertuju pada anak laki-laki tersebut. 'Udah ada dua anak haram di sekolah ini. Astaga, jangan sampai anak-anak kita berdekatan dengan anak haram itu.' 'Kamu jangan berteman dengan anak haram itu ya. Dia itu tidak baik untuk kamu. Bisa-bisa otakmu di cuci oleh anak haram itu.' 'Dasar anak haram, ibunya ganjen banget udah jebak pria yang baik hati itu. Kasihan Nana,' 'Haha, dasar anak haram. Masih berani masuk ke sekolah. Kalau aku, pasti udah gak mau masuk sekolah lagi.' Seperti itulah bisikan para orang tua, Fatih yang mendengarnya mengepalkan kedua tangannya. Saat akan membalas ucapan para orang tua, Nathan menggenggam tangan pamannya dengan erat. "Antarkan Nathan masuk ke dalam kelas paman. Karena hari ini Bu guru Rere tidak datang," ujar Nathan. Fatih menganggukkan kepalanya dan mereka berjalan masuk ke dalam kelas. Mira dan Alia yang melihat dari kejauhan, langs
Hari Rabu, tanggal 21 Juli 2021. Dareen tengah berada di dalam kamar Nathan. Ia menatap anaknya yang tengah tertidur pulas. Namun, tiba-tiba ponsel milik Dareen bergetar. Pria itu langsung mengambil ponsel miliknya di saku jaket. Terlihat nama Tuan Beni di sana, pria tampan itu langsung mengangkat panggilan tersebut. [Kenapa dari kemarin kamu tidak pulang?]"Malas, Dareen akan tinggal di apartemen saja. Papa tenang saja, Dareen akan tetap bekerja demi kalian yang menginginkan uang," balas Dareen.[Pulang! Opa mu menyuruh kita untuk berkumpul. Karena ada yang ingin ia bicarakan pada kita semua. Ajak Zay, sedari tadi Papa telepon dia tidak mengangkatnya.]"Hm, kalau begitu Dareen matikan," jawab Dareen dengan singkat.Panggilan pun diakhiri oleh Dareen, kemudian pria itu memasukkan kembali ponsel-nya di saku jaketnya. Nathan membuka kedua matanya dan menatap Dareen yang tengah tersenyum kearahnya. "Kita terapi yuk, bareng Bunda," ajak Dareen. Nathan menganggukkan kepala dan langsung
Taksi yang digunakan oleh kedua orang tua Pak Fikri berhenti di hotel Ciputra. Mereka turun dari taksi dan masuk ke dalam hotel tersebut. Mobil Pak Fikri ikut berhenti, pria itu langsung memarkirkan mobilnya dan menyusul kedua orang tuanya. "Daddy, Mommy, tunggu," panggil Pak Fikri mengejar kedua orang tuanya. Kedua orang paruh baya itu hanya diam, dan melanjutkan langkah mereka menuju meja resepsionis. Mereka memesan kamar hotel untuk beberapa hari ke depan, karena Nyonya Zanna ingin berlibur di Indonesia beberapa hari. "Daddy, Mommy, kita pulang ya. Jangan seperti ini dong," ujar Pak Fikri. "Kamu saja yang pulang, Mommy mau di sini saja. Pulang lah, atau kamu mau bertemu wanita mu? Sana pergilah," jawab Nyonya Zanna dengan wajah datar dan menggenggam tangan Tuan Raksa. "Mom," lanjut Pak Fikri. "Pulanglah, kasihan wanita mu itu menunggu. Nanti dia pergi ke tunangannya lagi," sambung Tuan Raksa yang langsung menjauh dari anaknya. Dada Pak Fikri sangat sesak, ia menatap kepergian
Fatih dan Kevin tiba di minimarket yang di depan hotel. Mereka masuk ke dalam minimarket tersebut, dan langsung memilih cemilan serta minuman pesanan pria paruh baya tersebut. Tak lupa mereka juga membeli minuman untuk mereka. "Gimana temen lo? Dia lagi dimana sih? Gak lagi di hotel?" Tanya Kevin yang tengah memilih minuman. "Dia lagi diluar, katanya bentar lagi sampe. Kita disuruh buat tunggu di depan kamarnya," jawab Fatih. Kevin menganggukkan kepalanya, mereka berjalan ke arah tempat kasir untuk membayar belanjaan mereka. Saat Kevin akan mengeluarkan uang di sakunya, Fatih menahan tangan pria tersebut. "Gue aja yang bayar," ucap Fatih. "Gue aja, njirr. Gak enak, lo mulu yang bayarin belanjaan gue," balas Kevin. "Udah gue aja, bawa tuh plastik belanjaan nya. Kayak sama siapa aja lo mah," lanjut Fatih. Kevin menganggukkan kepala dan membawa plastik belanjaan mereka. Setelah selesai membayar Fatih langsung menyusul Kevin yang sudah berada di depan minimarket. "Nanti gue ganti d
Nafeesa langsung mendorong tubuh Fikri, hingga pria itu tersungkur ke lantai. Dareen yang melihat wanitanya di peluk, langsung memukul wajah Fikri. "Udah, Mas," ujar Nafeesa menahan tangan Dareen agar tidak memukuli, Fikri. Fikri yang melihatnya, tiba-tiba saja dadanya terasa sakit. Ternyata selama ini, Nana sudah menyakiti Nafeesa yang ternyata berstatus sebagai adik kandung Fikri. Pria itu meneteskan air matanya, karena merasa bersalah. Andai saja dia tidak merestui Nana untuk bertunangan, mungkin Nafeesa akan bahagia. "Maaf," ucap Fikri menundukkan kepalanya. "Awas kalau anda berani memeluk, Nafeesa lagi!" Tegas Dareen. Nana yang melihat Fikri, langsung mendekati pria itu untuk menolongnya berdiri, namun Fikri malah menepis tangan wanita tersebut. Fikri mendekati Nafeesa, dan menatap adiknya dengan lekat. "Aku akan menyelesaikan kasus artikel yang tengah panas sejak semalam. Aku pastikan namamu akan bersih kembali," ujar Fikri. Nafeesa dan Dareen langsung menatap Fikri dengan
Nyonya Zanna dan Tuan Raksa langsung menatap anaknya dengan tatapan serius. Mereka berdua mendekati anaknya dan memegang bahu Fikri. "Maksud kamu apa?" Tanya Tuan Raksa. "Fatih itu Nakula, gelang yang Fikri belikan untuk Nakula sebelum kita mengalami kecelakaan. Ada di tangan Fatih dan Fikri langsung mencari data-data tentangnya. Ternyata dia besar di panti asuhan, Fatih dan kakaknya ditemukan dalam keadaan luka-luka, saat Nafeesa berumur 8 tahun dan Fatih berumur 3 tahun. Adik Fikri hilang saat umur mereka sama seperti Nafeesa dan Fatih. Mereka Nakula dan Naumi, Mommy, Daddy," jelas Fikri menatap kedua orang tuanya. Tuan Raksa menatap anaknya dan menghela napasnya dengan pelan. Sedangkan Nyonya Zanna hanya diam, dan memikirkan ucapan anaknya itu. Apa benar kedua orang itu adalah anaknya? Jika benar, pantas saja jika di dekat mereka, Nyonya Zanna menjadi merasa tenang dan nyaman. "Bawa Daddy ke panti asuhan mereka di besarkan. Daddy akan bertanya langsung pada pemilik panti asuhan
Di restoran.Nafeesa menghentikan mobilnya tepat di dekat parkiran. Mereka keluar dari dalam mobil, dan menghampiri Kevin serta Ucok yang sudah berada di depan restoran. "Udah lama sampainya?" Tanya Fatih menatap kedua temannya. "Baru nyampe, bro. Ngapain di ajak kesini? Ini restoran mahal loh," Tanya Kevin. "Gue juga nggak tahu, kakak gue yang ngajak kita ke sini. Udah ikut aja, mumpung makan gratis," jawab Fatih. "Mau traktir kita ya, Kak?" Tanya Ucok. Nafeesa mengangguk dan masuk ke dalam restoran. Ketiga pria itu mengikuti Nafeesa dari belakang. Tiba-tiba langkah Fatih terhenti, saat melihat Fikri yang tengah duduk di sebuah kursi bersama dua orang paruh baya. "Kok berhenti? Buruan jalan," tanya Kevin. Ucok dan Kevin menarik tangan Fatih. Mereka semua berhenti di sebuah meja yang di sana ada dua orang paruh baya dan satu pria muda, yang dikenal sebagai dosen Fatih dan Ucok. "Lah, Pak Fikri kok disini? Kakak cantik mau nikah sama Pak Fikri ya? Jangan mau kak, dia bekas Nana
Nafeesa tengah memasak di dapur dalam keadaan hamil 9 bulan. Sudah 3 tahun mereka menjalani hubungan rumah tangga. Sepasang suami istri tersebut, juga sudah dikaruniai dua orang anak laki-laki yang tampan dan akan mendapatkan satu anak perempuan lagi. Namun, yang satu masih berada dalam kandungan. "Ayah, Nathan, Naufal, makan dulu nanti lanjut mainnya," ucap Nafeesa saat menata makanan di meja makan. Nathan sudah berumur 8 tahun, anak laki-laki itu sudah banyak perkembangan. Ia sudah seperti anak seusianya, tanpa canggung bisa menyesuaikan diri dilingkungan barunya. Naufal Lucy Dwi Winarta anak kedua dari Dareen dan Nafeesa, dua hari yang lalu bayi laki-laki ini sudah berumur 3 tahun. Kedua anak laki-lakinya sangat mirip dengan Dareen. Membuat Nafeesa jadi iri, kenapa anaknya tidak ada yang mirip dengannya. Ketiga orang itu berjalan ke arah dapur, dan duduk di kursi. Nafeesa mengambil makanan untuk Dareen-suaminya dan Nathan-putra pertamanya. "Makan yang banyak ya, Naufal sini sayan
Satu bulan kemudian, Setelah semua masalah selesai, Dareen dan Nafeesa sangat terlihat bahagia bersama. Sepasang kekasih ini tengah duduk di sebuah cafe, sambil menatap anak mereka yang tengah makan dengan lahap. "Pelan-pelan makannya, Sayang," balas Nafeesa. Nathan mengangguk dan langsung memakan makanan dengan pelan. Dareen yang melihat anaknya menurut hanya bisa tersenyum, dan mengusap lembut kepala anaknya. Nafeesa menyuapi Dareen makan, karena pria itu sejak bersama dengan Nafeesa semakin manja. "Enak loh Bunda," ujar Dareen dengan semangat. Nafeesa terkekeh, "aku seperti memiliki dua anak saja," balas Nafeesa. Dareen ikut terkekeh dan menggenggam tangan gadis itu dengan hangat. "Akhirnya kita bahagia ya, Nana juga sudah menyerah dan dia sudah sadar bahwa cinta itu tidak bisa dipaksakan," ujar Dareen. Nafeesa tersenyum dan mengangguk, "apa dia sudah berangkat ke London?" Tanya Nafeesa pada Dareen. "Dengar dari Papa sih udah, semalam dia berangkat. Semoga aja dia menemukan
"Kerja sama Alexander Group dan Winarta Group. Sudah batal, Dareen dan Zay bisa bekerja di Alexander Group. Kebetulan Fikri membutuhkan bantuan untuk mengurus dua perusahaan.." ujar Tuan Raksa. Mendengar ucapan kedua anaknya, Tuan Beni terkejut bukan main. "Baiklah Papa akan merestui kalian berdua, asal Dareen dan Zay tidak lepas dari tanggung jawab. Maafkan Papa yang sudah memaksakan kehendak Papa..." Keputusan Tuan Beni. "Pa, apa-apaan sih? Kenapa Papa batalkan pernikahan anak kita? Nanti kerja sama dengan perusahaan kedua orang tua Nana gimana?" Tanya Nyonya Riska yang sangat kesal. "Papa sudah membatalkannya tadi sebelum mereka datang kesini dan semua persiapkan sudah Papa batalkan. Ternyata Dareen sudah lebih dulu menelepon pihak yang bertanggung jawab atas persiapan pernikahan ini. Jadi, sebenarnya Papa suruh kedua orang tua Nana untuk datang, hanya ingin meminta maaf. Tapi kamu sudah berbicara lebih dulu, Ma," jelas Tuan Beni. Dareen dan Zay terkejut dengan ucapan ayah merek
Fatih masih membelalakkan kedua matanya karena kaget dengan ucapan, Dareen. Pria itu memukul pelan wajah Dareen dan menatap tajam kedua mata atasannya itu. "Gila lo bang! Gak ada pakai pergi-pergi segala! Selesai semuanya dengan kepala dingin. Sampai gue tau Abang ngelakuin hal-hal aneh, gue bacok burung lu bang," tegas Fatih. Dareen hanya diam dan menatap Fatih yang tengah mengoceh. Pria itu kembali menatap ke arah langit, dan mengembangkan senyumnya. "Om, gini banget nasib, Dareen. Om gimana di sana? Bahagia gak? Apa Om udah bersama anak Om dan wanita yang Om cinta? Dareen penasaran banget Om, kalau Om udah bersatu lagi dengan mereka. Dareen ucapkan selamat ya, Om," jeda Dareen."Om, Dareen udah punya anak. Dia sama kayak Om, terlahir dengan keistimewaannya. Wajahnya mirip banget sama Dareen, andai Om masih hidup, pasti Om bakal bahagia melihat anak Dareen. Dia anak yang pintar, selalu buat Dareen bangga. Om, Papa udah beda, dia gak sayang sama Dareen lagi. Berbeda sekali saat Om ma
Sudah hampir tiga Minggu Dareen di rumah sakit. Akhirnya hari ini, ia sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Nafeesa sedari awal selalu menemani Dareen, membuat perkembangan kesembuhan pria itu semakin pesat. Nafeesa tengah memasukkan beberapa baju yang di bawa oleh kedua orang tua, Dareen. "Nathan mana sayang?" Tanya Dareen. "Lagi sama Fatih, Kevin, Ucok dan Kak Fikri," balas Nafeesa yang baru saja selesai mengancing tas pakaian milik Dareen. "Udah siap? Yang lain pasti udah nunggu lama di depan. Yuk kita pulang," lanjut Nafeesa. Dareen mengangguk dan menggenggam tangan, Nafeesa. "Ayuk sayangnya aku," balas Dareen. Mereka berdua pun keluar dari ruang rawat dan berjalan keluar rumah sakit. Terlihat sudah banyak orang menunggu mereka di tempat parkir, terlihat keluarga Winarta dan keluarga Alexander berdiri di depan mobil mereka masing-masing. "Udah? Mau balik atau kemana dulu?" Tanya Tuan Teguh. "Langsung balik aja, Opa. Mas Dareen butuh banyak istirahat," sahut Nafeesa. Da
Sekarang semua orang sudah berkumpul di depan ruangan tempat Dareen dan Nathan melakukan tes DNA. Dareen dan Nathan tengah mengambil darah, untuk sempel tes DNA. Setelah selesai mereka keluar dengan bergandeng tangan. "Kapan hasilnya keluar?" Tanya Tuan Beni. "Nanti malam pukul 21.00 WIB," balas Dareen datar. "Ah, sangat tidak sabar sekali. Ingat kalau anak penyakitan ini bukan anak Dareen, kau pergi dari kehidupan anakku," ujar Nyonya Riska. Plak! "Mulutmu gak bisa di jaga ya? Kamu mau anak saya menjauh dari Dareen, oke akan saya turuti. Tapi apa anakmu akan baik-baik saja, jika berjauhan dengan anak perempuan saya? Apa kamu yakin dia akan bahagia berpisah dengan Nafeesa?" Tanya Nyonya Zanna yang sudah sangat kesal. "Tidak, Tante. Aku tidak ingin berpisah dari Nafeesa dan anakku. Aku yakin, Nathan benar-benar anakku dan Nafeesa. Jangan dengarkan ucapan Mama, karena mulutnya memang tidak bisa di rem. Jadi, jangan dimasukan ke dalam hati, Tante," jawab Dareen yang langsung menggen
Sudah dua puluh menit mereka berada di ruang VIP mawar. Saat keluarga Alexander akan berpamitan untuk pulang, Dareen membuka kedua matanya. "Nafeesa," panggil Dareen. Nafeesa yang mendengarnya langsung menghampiri, Dareen. Ia menatap wajah pria tampan tersebut dan tersenyum ke arahnya. "Iya? Kamu mau apa, Mas? Minum? Atau perut kamu laper lagi?" Tanya Nafeesa. Dareen tersenyum, "mau kamu," balas Dareen. Nafeesa mencubit pelan Dareen. "Kalau mau anak saya, nikahin dia, jangan ngomong aja," ujar Tuan Raksa dengan datar. Dareen menatap ke arah Tuan Raksa, dan ia langsung memposisikan diri untuk duduk. Tuan Raksa dan Tuan Beni membantu Dareen, untuk duduk. Nafeesa membenarkan baju Dareen yang tersingkap, kemudian merapikan rambut pria yang ia cintai itu. "Om kapan ke Indonesia? Bukannya lagi di luar Negeri ya? Terus maksud Om nikahin anak Om apa? Dareen normal ya, Om," jawab Dareen. "Lah jadi gak mau nikahin anak Om nih? Yaudah," lanjut Tuan Raksa. "Anak Om cowok, mana mungkin Dare
Di dalam ruang ICU. Nathan terus saja menatap ke arah ayahnya yang tengah terbaring lemah di brankar. Ia menggenggam tangan Dareen dengan erat. "Ayah, bangun ya. Nathan rindu sama Ayah. Nathan, udah banyak kemajuan loh yah. Jadi, saat Ayah bangun, Nathan tidak akan pernah mempermalukan Ayah, karena kekurangan Nathan. Apa Ayah nggak capek tidur terus? Nathan aja cuma tidur selama sejam udah capek banget. Ayah udah dua minggu loh, pasti Ayah capek. Nanti kalau Ayah bangun, Nathan akan memijat punggung Ayah. Bangun ya yah, Bunda kangen banget sama ayah. Setiap malam Nathan dengar Bunda selalu nangis di dalam kamarnya. Apa Ayah nggak sedih melihat Bunda nangis terus?" ujar Nathan. Anak laki-laki itu mengecup punggung tangan, Dareen. Kemudian ia memilih untuk keluar dari ruangan, tanpa anak laki-laki itu sadari Dareen meneteskan air matanya. Saat membuka pintu, Nathan melihat Nafeesa tengah tersenyum ke arah dirinya. "Udah?" Tanya Nafeesa dengan lembut. Nathan menganggukkan kepala, dan
Dua Minggu berlalu, Dareen masih juga belum sadar dari komanya. Sekarang Tuan Beni tengah menatap anaknya yang tengah terbaring dengan banyak alat medis di tubuh. Sesak rasanya melihat putra keduanya terbaring lemah seperti ini. Tuan Beni menggenggam tangan anaknya, "kapan kamu bangun? Apa kamu gak capek tidur terus? Kamu gak rindu sama Papa dan keluarga kamu? Apa kamu gak rindu sama anak kamu?" Tanya Tuan Beni. "Maaf selama ini Papa egois sama kamu. Papa hanya tidak ingin kamu memilih wanita yang salah, karena mamamu memberitahu Papa bahwa Nafeesa bukan wanita yang baik untuk kamu. Itu alasan Papa tidak merestui kalian, apalagi saat Papa mendengar Nafeesa hamil. Itu membuat semakin benci pada wanita itu," lanjut Tuan Beni. "Setelah Papa liat kegigihan mu untuk bersama Nafeesa, dan wanita itu terlihat sangat menyayangimu. Papa akan merestui kalian, tapi Papa mohon kamu harus bangun dulu. Jangan lama tidurnya, Dareen," sambung Tuan Beni lagi. Pria paruh baya itu menggenggam erat tan