Di Semarang.Nana berada di dalam kamar, sambil menatap layar ponsel-nya. Ia membaca artikel tentang dirinya dan Pak Fikri. Wanita itu mulai merasa jengah dan membanting ponsel miliknya. Nana berdiri dan berjalan menatap foto-foto yang ada di kamar, Pak Fikri. Ada foto seorang anak perempuan yang terlihat cantik dengan mata sipitnya, dengan seorang anak yang lebih dewasa dari anak perempuan itu. "Sayang," ucap Pak Fikri. Nana langsung membalikkan tubuhnya dan menatap Pak Fikri. "Iya, sayang," balas Nana. "Kamu ngapain?" Tanya Pak Fikri. "Ah, lagi liat foto ini. Kalau boleh tau anak perempuan ini siapa ya? Cantik banget, adik kamu atau siapa nih?" Tanya Nana. Pak Fikri menatap foto anak perempuan yang selalu ia rindukan selama ini. Pria itu menghela napasnya, apa dia harus menceritakan tentang anak perempuan itu pada Nana. "Dia orang paling spesial di hidupku," balas Pak Fikri. "Orang spesial?" Tanya Nana. "Dia adikku, yang hilang bertahun-tahun lamanya. Sebenarnya aku memiliki
Dareen membawa Nathan pulang ke rumah Nafeesa dan Bilqis. Mobil berhenti di halaman rumah Nafeesa dan Bilqis. Dareen keluar lebih dulu dari mobil dan menggendong Nathan. Nafeesa yang melihat anaknya langsung berlari ke arah Nathan dan Dareen. "Kamu dari mana sih, Nathan? Kamu buat Bunda khawatir tau gak? Bunda kira kamu diculik sayang, Ya ampun, Nathan," ujar Nafeesa sambil memeluk anaknya. Fatih menatap Dareen, "lo yang bawa Nathan, bang?" Tanya Fatih. "Enggak, tadi dengar kabar Nathan hilang, abang langsung mencari Nathan. Terus tadi Abang mampir ke minimarket, buat beli minum. Eh, Abang ngeliat Nathan lagi meluk kedua lututnya di depan minimarket," jelas Dareen. "Ya ampun, Nathan. Kamu ngapain sih ke minimarket? Kalau mau sesuatu telepon Bunda sayang, atau kasih tau Bi Darmi. Jangan jalan sendiri di luar, apalagi kata Ayah kamu pergi ke minimarket yang jauh dari rumah. Bunda khawatir tau gak," ucap Nafeesa memeluk anaknya dengan erat. Nathan hanya diam dipelukan ibunya, Bilqis
Nana pulang ke Jakarta, dan bertemu dengan wartawan. Ia sudah klarifikasi bahwa itu bukan fotonya, itu adalah foto hoax yang disebar oleh orang iseng. Setelah menemui wartawan, Nana langsung menyetir mobilnya menuju perusahaan Winarta Group. Wanita itu memarkirkan mobilnya di basement perusahaan, kemudian ia keluar dari mobil dan masuk ke dalam perusahaan Winarta Group. Di perjalanan menuju ruangan Dareen, Nana tanpa sengaja melihat keberadaan Fatih. Wanita itu mengerutkan keningnya, kenapa pria tampan itu ada di Winarta Group. 'Kok ada dia? Atau jangan-jangan dia kerja di sini ya? Kalau iya, wah gampang nih deketin dia,' batin Nana. Fatih yang melihat keberadaan Nana hanya menatap datar wanita tersebut. Nana mengedipkan sebelah matanya, dan melanjutkan langkahnya menuju ruang kerja, Dareen. "Dareen ada di dalam ruangan?" Tanya Nana dengan angkuh. "Ada Bu, silakan masuk," balas sekretaris Dareen. Nana melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang kerja, Dareen. Terlihat pria tampan it
"Ini nih, si paling senior lagi bully junior. Sampai merah tuh tangan juniornya, karena nih senior sok jadi preman, sekali ditegur langsung diam. Jawab pertanyaan gue, jangan diem aja Lo," jawab Bilqis yang benar-benar sangat marah pada karyawan tersebut. Karyawan itu menundukkan kepalanya, dan menatap Fatih yang berada di samping Kevin. "Dia duluan Pak Zay, masa tadi saya dihina sama dia. Jadi saya gak terima dan balas perlakuannya lah," bela karyawan pria itu. "Enak aja kalau ngomong, jelas-jelas lo yang cari masalah duluan. Nih ya, gue dari tadi di samping Fatih, gak ada gue denger Fatih menghina lo. Fitnah bae lo, kalau salah ya ngaku aja kali. Banyak saksi disini, ya kalau lo gak bayar mereka buat berbohong," jelas Kevin yang juga tidak suka dengan karyawan tersebut."Kalian bertiga ikut ke ruangan saya," tegas Dareen. Fatih dan Kevin mengangguk, sedangkan karyawan pria yang mencari masalah tadi hanya diam, karena dia sudah sangat gugup. Dareen berjalan ke ruang kerjanya, dan d
Malam hari pukul 19.00 WIB. Nafeesa tengah berkutat dengan laptop miliknya. Ia tengah mengerjakan pekerjaan yang sempat tertunda di kantor tadi. Fatih turun dari lantai atas dan duduk di samping sang Kakak. "Ngapain, Kak?" Tanya Fatih. "Ngerjain kerjaan kantor yang tadi ke tunda," balas Nafeesa. Fatih menganggukkan kepalanya. Ia mengambil remote dan mengecilkan suara televisi agar kakaknya bisa konsentrasi mengerjakan pekerjaan kantor. Fatih menggendong Nathan yang tertidur di karpet, dan membawanya masuk ke dalam kamar. Nafeesa yang melihat Fatih yang memindahkan Nathan, tersenyum bahagia. Ia sangat bersyukur memiliki adik yang sangat pengertian dan sangat sayang pada Nathan.Fatih yang menemaninya saat melahirkan Nathan, dan adiknya juga orang pertama yang menggendong Nathan. Karena saat setelah melahirkan, Nafeesa tak sadarkan diri, karena tubuhnya terlalu lemah untuk melahirkan normal. Nafeesa mengira dia tak akan selamat setelah melahirkan, Nathan. Tapi ternyata Tuhan memberik
'Apakah Dareen memiliki anak di luar nikah dengan wanita lain?' 'Kenapa anak laki-laki yang ada di gendongan, Dareen Lucy Winarta sangat mirip dengannya?' 'Siapa sebenarnya anak kecil yang ada di gendongan, Dareen?' 'Apa Dareen balas dendam, karena tunangannya sempat terciduk bersama pria lain?' 'Dareen dan Nana batal nikah?' Semua akun media sosial dipenuhi artikel tentang Dareen. Tuan Beni dan Nyonya Riska mengepal kedua tangan mereka. "Dareen kesini kamu!" Bentak Tuan Beni. Dareen yang baru saja selesai memakai setelan kantornya langsung menuruni anak tangga dan saat tiba di hadapan ayahnya. Plak! Satu tamparan berhasil mengenai wajah, Dareen. Pria tampan itu terkejut, kenapa ayahnya menamparnya? Apa dia memiliki kesalahan? Tuan Beni mencengkram kerah baju anaknya dan menatap tajam, Dareen. "Kenapa fotomu dan foto anak haram itu ada di media sosial?!" Bentak Tuan Beni. "Foto apa yang Papa maksud?" Tanya Dareen. "Foto kamu dengan anak harammu itu!" Teriak Tuan Beni yang su
Dareen langsung menatap ke belakang dan ia sangat terkejut, saat melihat anaknya ada di belakangnya. "Kok kamu bisa ada di sini? Kamu sendirian?" Tanya Dareen. "Nathan cariin ayah, kata Om Zay Ayah pergi dari rumah. Nathan kesini bersama Bunda, Om Zay dan lainnya," balas Nathan. Dareen memeluk anaknya dan mengusap lembut rambut putra yang paling ia sayangi. "Dimana Bunda dan lainnya?" Tanya Dareen. "Aku disini," sahut Nafeesa yang menatap Dareen dengan tatapan khawatir. Wanita cantik itu mendekati pria yang ia cintai dan langsung memeluk, Dareen. Nafeesa memeluk erat tubuh Dareen, dan rasa khawatir serta sesak yang ia rasakan saat mengetahui Dareen pergi dari rumah, seketika hilang. "Kamu kenapa gak dateng ke rumah? Aku 'kan udah bilang kalau ada masalah langsung kabari. Jangan main kabur aja," ujar Nafeesa. Dareen mengusap punggung Nafeesa dan punggung Nathan. "Maaf," balas Dareen. Pelukan mereka terlepas dan Nafeesa langsung menatap wajah Dareen yang ada bekas pukul di sana. "
Mobil Zay berhenti tepat di depan rumah orang yang sudah menyebarkan foto Dareen dan Nathan. Mereka semua keluar dari dalam mobil, berjalan ke arah rumah orang tersebut. Nathan ditinggal di rumah bersama Bi Darmi, karena anak laki-laki itu sudah tertidur. "Ini rumahnya nih? Yakin lk? Gede amat nih rumah," tanya Bilqis. "Gue lacak alamatnya ya ini, tapi kok bagus banget ya nih rumah?" Jawab Fatih. "Mana gue tahu dek, udah mending kita ketok aja nih pintu," sahut Zay. Sedangkan Dareen dan Nafeesa hanya diam, melihat ketiga orang tersebut dengan posisi tangan saling menggenggam satu sama lainnya. Zay pun mengetuk pintu rumah tersebut, dan beberapa detik kemudian pintu rumah terbuka. Memperlihatkan seorang wanita paruh baya dengan pakaian pelayan, tengah menatap kearah mereka berlima. "Ada yang bisa saya bantu?" "Apa saya boleh bertemu dengan pemilik rumah ini?" Tanyain Fatih. "Maaf, memang kalian siapa? Apa kalian mengenal pemilik rumah ini? Apa kalian sudah ada janji?" "Kami tida