Jangan lupa VOTE untuk mendukung cerita ini LUV U
Omar sudah pernah menangkap Madam Lexsis untuk diintrogasi tapi wanita itu terlalu licik, dia pandai mengarang cerita yang meyakinkan mereka jika Pablo Morez benar-benar bekerja sendiri untuk mengkhianatinya. Pangeran Serkan sampai harus berulang kali menegaskan pada Anelies agar jangan bertindak ceroboh atau semua rencana mereka akan kacau."Ingat kau harus mengikuti skenario yang sudah dijelaskan Omar!"Anelies mengangguk."Beberapa pengawal akan berjaga di luar, mereka tidak bisa ikut masuk karena Madam Lexsis pasti akan curiga. Kau harus menemuinya seorang diri, kau haya tinggal memancingnya utuk mendapatkan informasi siapa yang telah melakukan pembelian. Tidak perlu menggertak, cepat pergi jika kau sudah mendapatkan informasi.""Ya." Anelies mengangguk lagi."Ada alat kecil di sakumu, kau tinggal memencetnya jika butuh bantuan. Omar juga akan memasang alat pelacak di tubuhmu dan penyadap agar kami bisa tetap memantau."Anelies mengikuti semua perintah Pangeran Serkan dengan patuh
BAB 86 KEMAMPUAN BARUMadam Lexsis benar-benar berdiri kaku, tidak bisa bergerak tapi genggamannya masih erat pada gagang senjata apinya yang terarah pada Anelies."Katakan siapa yang membeliku?"Bibir Madam Lexsis terlihat berkedut kaku, kelihatanya dia juga kesulitan menahan dirinya untuk tidak bicara."Karen."Madam Lexsis menyebutkan nama yang tadi juga sudah dia sebutkan berulang-ulang di dalam rongga kepalanya."Siapa Karen?""Teman Pablo."Persis seperti dugaan Pangeran Serkan dan Omar jika Pablo mengenal baik pembelinya."Kau akan melupakan semua kejadian hari ini atau kepalamu akan sangat sakit jika coba mengingatnya!" Anelies bicara dengan tegas sambil menatap tajam ke dalam manik mata Madam Lexsis yang masih berdiri kaku.Selain membaca pikiran, sekarang Anelies juga bisa melakukan hipnotis dan mengunci ingatan seperti yang dilakukan Norman Biziel. Anelies langsung pergi keluar begitu saja meninggalkan Madam Lexsis yang masih berdiri kaku.Ketika berjalan di lorong untuk kel
Meskipun George bukan orang baik dan hidupnya harus berakhir dengan mengerikan. Ternyata Anelies tetap ingin mengenangnya sebagai orang yang dia cintai. Mungkin keterbukaannya itulah yang akhirnya bisa membuat kemampuan Anelies kembali. Anelies sudah tidak takut untuk memikirkan bencana itu lagi. Sebuah trauma yang pernah menutup kemampuan Anelies perlahan hilang.Anelies cuma tinggal memiliki selembar foto George yang waktu itu dia simpan di bawah tempat tidurnya dikamar Antonio. Anelies ingin mengambilnya lagi."George adalah satu-satunya keluarga yang pernah aku miliki, dia yang membesarkanku. Dia sudah tidak ada, aku tinggal memiliki satu lembar foto bersamanya yang tertinggal di apartemen Antonio, aku ingin mengambilnya." Anelies terus memohon pada Pangeran Serkan."Kenapa bisa berada di apartemen Antonio?"Sudah Anelies duga jika Pangeran Serkan akan selalu sensitif jika nama Antonio kembali disebut."Aku pernah tinggal bersamanya.""Dengan siapa saja?"Pangeran Serkan mulai sepe
Walaupun bisa sangat tegas dan keras dengan segala perinsipnya, Pangeran Serkan tetap sosok yang bijaksana dan sangat menyayangi anak-anak. Bagi Pangeran Serkan Anak-anak adalah satu-satunya malaikat tanpa dosa di muka bumi yang dapat mengelilinginya dengan senyum ceria paling jujur untuk dicintai tanpa ragu. Pangeran Serkan ingin memiliki malaikat kecil dari darah dagingnya sendiri bukan cuma sekedar untuk mengokohkan posisinya sebagai putra mahkota. Pageran Serkan ingin menjadi seorang ayah, karena itu keinginannya sekarang memang hanya untuk segera membuat Anelies hamil. Serkan ingin putranya dilahirkan oleh wanita yang tidak memiliki ambisi pada kekuasaan yang dia miliki.Anelies benar-benar dibawa ke Hawai, kesebuah resort private super eksclusive yang membuat mereka tidak perlu dikelilingi pengawal selama dua puluh empat jam. Mereka bisa memiliki pantai privat dengan pasir putih yang berombak lebih landai dan jauh dari aktifitas penduduk lokal atau wisatawan lain. Anelies dan Pan
"Kau sudah kembali?" Mara terkejut dengan kepulangan Jared yang lebih cepat."Aku tidak bisa tenang meningalkanmu yang seperti ini?" Jared menghampiri Mara. "Udaranya masih dingin."Mara berdiri di dekat bingkai jendela yang terbuka, di luar sedang hujan. Fisik Mara sedang kurang sehat akhir-akhir ini, karena itu Jared buru-buru kembali. "Di mana putriku berteduh saat hujan seperti ini?" ucap Mara sambil mendekap dadanya. "Aku benar-benar sangat takut, Jared."Sudah hampir empat bulan sejak ledakan itu terjadi dan sampai sekarang mereka belum mendapat kabar pasti dari Anelies. Jika dulu mereka tahu Anelies bersama George, sekarang Anelies sendirian, terlontang-lantung tidak punya tujuan dan mungkin sedang ketakutan. Empat bulan yang lebih membuat cemas bagi Mara dan Jared. Mara sampai jatuh sakit karena tidak mau menelan makanan. Jared sangat mencemaskan Anelies juga mencemaskan Mara."Seharusnya Tobias akan segera dapat melacaknya." Tobias Harlot telah meretas semua sistem pereka
BOLEH DI-SKIP BUAT YANG TIDAK NYAMAN DENGAN ADEGAN BULAN MADU. "Kenapa berhenti?" Anelies terkejut dengan Pangeran Serkan yang tiba-tiba mematikan mesin yacht-nya. "Kemarilah." Anelies dipanggil untuk berdiri. Cuaca siang hari yang cerah, tidak terlalu berangin dan hangat. Aneleis berjalan mendekati Pangeran Serkan. "Lihatlah!" Pangeran Serkan menunjukkan gerombolan ikan-ikan karang yang sangat cantik sedang brenang di permmukaan air jernih yang dangkal. Mereka sedang berhenti di dekat teluk, banyak wisatawan yang melakukan kegiatan snorkeling. "Kau mau turun?" "Aku?" Aneleis sampi menunjuk dirinya sendiri karena tidak percaya Pangeran Serkan menawarkan untuk berenang. "Ada peralatan snorkeling di kabin." "Ya, aku mau!" Anelies langsung bersemangat karena Pangeran Serkan serius ingin mengajaknya berenang dengan ikan karang. Anelies dibawa masuk ke dalam kabin. Mereka membawa yacht tidak terlalu besar tapi lumayan, ada sofa, tempat tidur tidak terlalu besar, dapur kecil, dan b
Rasanya Anelies tidak ingin hari-harinya cepat berlalu. Hubungannya dengan Pangeran Serkan sedang sangat baik dan tenang. Anelies belum ingin kembali ke istana Zubair, kembali dihadapkan dengan Putri Kalifa dan ibu Pangeran Serkan yang selalu ingin menjauhkan Anelies dari putranya.Anelies tidak mau berpisah dari Pangeran Serkan dia tidak akan sanggup lagi. Tapi waktu mereka tinggal dua hari lagi untuk menikmati surga dunia yang masih seperti mimpi.Sebenarnya sangat wajar jika Anelies yang cenderung jadi ketergantungan pada Pangeran Serka. Anelies baru berumur delapan belas tahun, masih sangat muda, polos dan pria itu sudah membuat jejak begitu dalam padanya.Anelies duduk di lantai teras, memainkan pasir dengan kaki telanjangnya sambil sesekali memperhatikan Pangeran Serkan yang duduk di kursi. Sejak pagi pria itu terlihat sibuk bicara di telpon dengan Omar. Anelies cuma ikut menyimak tanpa berani berkomentar."Kami tetap belum bisa melacak keberadaan Karen." Omar kembali membawa b
"Aku mencintaimu Pangeran Serkan ..."Anelies terus merengek dan Serkan langsung menghantamkan pinggulnya dengan lebih kencang. Anelies kembali tersengal-sengal, bergoncang-goncang seperti sedang disiksa, tapi rintihannya manis.Serkan sedang tidak stabil, menyetubuhi wanita sebagai pelampiasan sebenarnya bukan tindakan bijak, tapi ulah Anelies sendiri yang membuat Serkan hilang kesabaran. Serkan sudah tiga kali meledak di dalam tubuh wanitanya tapi kemarahannya belum juga mereda. Terakhir Serkan menghempaskan tubuhnya dengan jantung berdentam-dentam dan rongga dada masih seperti terbakar. Serkan harus berhenti karena tidak ingin terus lepas kendali dan berujung melukai Anelies yang masih sangat muda untuk mengimbangi kebutuhannya."Apa yang kau lakukan?" Serkan terkejut melihat Anelies belum tidur dan malah merangkak naik ke atas tubuhnya."Oh ...." Serkan langsung mengeram, Anelies kembali membangunkannya dengan kuluman. Bibir gadis muda itu sangat lembut hangat dan semakin pintar me
BAB 44 HILANGSampai hari kembali malam, demam Putri Sofia belum juga mereda, justru demamnya semakin tinggi. Zahra yang terus berjaga sepanjang malam melihat Putri Sofia terisak sedih, airmata bening mengalir dari sudut kelopak matanya yang masih terpejam rapat."Jangan pergi...."Putri Sofia juga terus mengigau dalam demam."Jangan hilang...."Meski sudah tidak menyebut nama Faaz tapi Putri Sofia terus menangis pedih dalam demam."Jangan pergi...."Zahra mengambil saputangan untuk pelan-pelan menghapus air mata Putri Sofia agar tidurnya tidak terusik. Dua jam lagi waktunya Putri Sofia bangun minum obat, sekarang dia harus beristirahat terlebih dahulu."Jangan pergi...." Putri Sofia terus bicara seperti itu berulang-ulang."Jangan pergi...."Sebagai pengawal pribadi yang telah mendampingi Putri Sofia sejak gadis itu masih anak-anak, Zahra ikut merasa sedih melihat Putri Sofia nampak tidak bahagia. Dalam hati Zahra ikut berdoa agar tuan putri cantiknya bisa segera kembali ceria sepert
BAB 43 PENGORBANANSetelah mendengar suara teriakan, Dua orang prajurit bersenjata muncul dari dua ujung lorong, mereka langsung melepaskan tembakan ke arah Faaza. Faaz yang saat itu masih memegangi lengan bocah laki-laki untuk turun ke lubang saluran irigasi jelas tidak dapat menghindar.Tanpa piki panjang, Dokter Faiza langsung berlari melompat untuk menghalangi peluru. Kejadiannya sangat cepat dan kacau, Faaz melotot beku, peluru ke dua nyaris menembus kepala Dokter Faiza kemudian terpantul ke dinding. Beruntung Faaz selalu jauh lebih cekatan, sebelum kedua prajurit itu kembali melepaskan tembakan, Faaz berhasil lebih dulu membidik kepala mereka dengan sangat tepat sasaran.Dua tubuh besar seketika roboh tumbang ke lantai. Faaz juga melihat Dokter Faiza masih tersungkur di lantai anak tangga, sekujur pinggangnya berlumuran darah hingga belum jelas bagian mana yang tertembak."Lari, selamatkan anak-anak!" Dengan kondisi tersengal berat Dokter Faiza masih memperdulikan keselamatan F
BAB 42 SIASAT UNTUK KABUR"Aku akan membebaskan kalian, tapi kita harus bekerja sama!" Faaz mengajak sandera yang lain untuk bekerja sama."Semua pintu dijaga tentara bersenjata, kami hanya akan mati konyol." Salah satu dari mereka mengingatkan Faaz."Karena itu kita perlu siasat!" Faaz terus meyakinkan. "Kecuali kalian ingin mati perlahan di tempat ini!"Beberapa orang terlihat saling bertukar tatapan tapi tidak ada yang bersuara."Ikuti saja rencanaku!" Faaz lanjut menjelaskan siasatnya. "Aku melihat ada lubang saluran pembuangan air di dekat anak tangga, bangunan sebesar ini pasti memiliki sistem irigasi besar yang tertata. Kita bisa kabur dari sana asal bisa keluar dari kamar ini!"Faaz mengitarkan pandangan pada setiap orang di sekelilingnya kemudian kembali bicara."Berapa petugas yang biasa mengantar makanan?" Faaz ingin tahu jumlah target sasarannya."Biasanya mereka berdua dengan salah satu membawa senjata.""Apa hari ini mereka sudah mengantar makanan?" Faaz benar-benar su
BAB 41 FAAZ TERTANGKAPFaaz sengaja membiarkan dirinya ikut tertangkap karena itu adalah cara paling mudah dan efektif untuk menemukan titik keberadaan para sandera yang lain. Lengan Faaza di borgol dan dimasukkan ke dalam mobil besar berbodi tebal. Ternyata di dalam mobil tersebut juga terdapat seorang pria yang juga baru tertangkap, dia seorang jurnalis, kedua rekannya telah ditembak mati di pinggir jalan karena tidak mau patuh."Tiarap, tundukkan kepalamu!"Punggung Faaz ditendang keras dari belakang sampai pemuda itu jatuh tertelungkup. Sebuah moncong senjata tiba-tiba sudah menempel tepat di tengkuk belakang Faaza. Kepala Faaz benar-benar bisa meledak setiap saat, tapi apapun yang terjadi Faaz tidak boleh melawan, dia juga harus terlihat patuh ketakutan."Aku akan menulis berita seperti yang kalian inginkan." Faaz berusaha menawar untuk keselamatan nyawanya.Faaz tahu mereka tetap membutuhkan jurnalis untuk menulis berita yang dapat menutupi mata dunia dari penindasan dan kekeji
BAB 40 PERTANDA BENCANASelama Zontus berhenti mengunakan sihir, Drakor tidak pernah lagi berubah ke wujud manusia. Drako juga mulai khawatir dia bakal jadi burung gagak hitam jelek untuk selamanya."Kak..." Kali ini Drakor bicara pada Zontus."Kak...!" Drako memberitahu akan ada bencana besar."Itu bukan urusanku!" Seperti biasa Zontus tidak perduli."Kak...Kak...Kak...""Manusia memang suka bertikai biarkan saja sampai mereka bosan agar bisa mengambil pelajaran sendiri!"Zontus benar-benar tidak mau ikut campur, dia sedang ingin fokus menjadi manusia tanpa sihir."Kak...." Drako masih memohon."Mereka akan berhenti sendiri jika sudah bosan dengan pertempuran!"Zontus merasa tidak ada gunanya memperingatkan manusia keras kepala, biarkan mereka terus berkelahi hingga bosan dengan pertikaian dan sadar jika mereka cuma menciptakan kerusakan serta penderitaan yang sebenarnya tidak perlu.Zontus telah hidup melalui banyak jaman, menyaksikan banyak pertempuran besar umat manusia. Setelah h
BAB 39 PANGERAN YUSUF VS PANGERAN AL-WALEED[Aku baik-baik saja, kau tidak perlu cemas]Pangeran Yusuf merasa aneh dengan jawaban putri Sofia yang merasa baik-baik saja. Sepanjang malam Pangeran Yusuf terus berpikir dan semakin cemas. Akhirnya pagi harinya Pangeran Yusuf kembali mengirim pesan.[Apa ada yang menekan mu?]Pangeran Yusuf tidak tahu jika ponsel Putri Sofia sudah berada di tangan pangeran Al-Waleed. Pastinya Pangeran Al-Waleed telah membaca semua pesan yang belum sempat terhapus dari ponsel Putri Sofia.[Beraninya kau berencana membawa kabur calon ratuku!]Seketika Pangeran Yusuf terkejut, rongga dadanya berdebar panas.[Di mana Sofia?]Yusuf tahu dia sedang berkomunikasi dengan Pangeran Al-Waleed.[Dia milikku, jangan berani-berani kau mendekatinya!] Pangeran Al-Waleed memberi kalimat ancaman. [Aku tahu latar belakang keluarga ibumu yang penghianat, kau masih beruntung mendapat kehormatan karena kemurahan hati Yang Mulya Serkan. Jangan berulah untuk kembali mempermaluka
BAB 38 INGIN KABURPengawal wanita yang baru dikirim oleh Pangeran Al-Waleed benar-benar membuat Putri Sofia murka. Hamna bukan cuma berani menentang perintah Putri Sofia, sepertinya dia juga tidak segan menyingkirkan Zahra. Putri Sofia tidak akan tinggal diam, dia tidak mau hidupnya diatur dan terus di awasi selama dua puluh empat jam oleh seorang mata-mata."Aku ingin kabur, apa kau bisa membantuku?" Putri Sofia menatap tajam ke mata Zahra."Maaf Putri Sofia, aku tidak bisa." Zahra tetap akan paling setia pada Yang Mulya Serkan."Dia akan terus mengawasi ku seperti tahanan, dia juga akan menyingkirkan mu dariku!" Putri Sofia terus mendorong Zahra agar mau membantunya kabur. "Pangeran Al-Waleed tidak akan memberiku kebebasan untuk sekedar bernapas karena dia bukan cuma ingin menguasai ku, dia juga ingin menguasai negaraku!"Akhirnya Putri Sofia bercerita pada Zahra meskipun Pangeran Yusuf sudah melarang."Pangeran Al-Waleed ingin menikahi ku demi kekuasaan yang lebih besar, dia akan
BAB 37 SIAPA YANG LEBIH BERKUASAPangeran Al-Waleed benar-benar cemburu pada kedekatan Putri Sofia dengan Pangeran Yusuf. Pangeran Al-Waleed yakin Pangeran Yusuf memiliki perasaan spesial dan tujuan tertentu pada Putri Sofia. Sampai kapanpun Pangeran Al-Waleed juga tidak akan lupa bagaimana kemarin pergelangan tangannya bisa membiru bengkak cuma karena cengkeraman sebuah tangan. Ada kekuatan yang tidak wajar pada Pangeran Yusuf.Ternyata Pangeran Al-Waleed juga tetap tidak kehabisan akal. Dengan mengunakan kekuasaannya Pangeran Al-Waleed meminta langsung pada Yang Mulya Serkan agar membatasi pergaulan Putri Sofia dengan laki-laki lain termasuk sepupunya sendiri. Pangeran Al-Waleed juga akan mengirim pengawal pribadi khusus untuk menjaga Putri Sofia."Siapa namamu?" Putri Sofia bertanya pada pengawal wanita yang baru dikirim dari Istana Tamir."Nama saya Hamna." Wanita berperawakan tinggi tegap itu memberi hormat pada Putri Sofia. "Mulai hari ini saya akan menjadi pengawal pribadi Anda
BAB 36Pangeran Al-Waleed jatuh terlempar ke saluran penampung kotoran kuda dengan kedalamannya hampir dua meter. Pangeran Habibi yang semula cemberut lesu seketika tertawa terbahak-bahak seperti sedang mendapat hiburan seru gratis. Pangeran Al-Waleed benar-benar harus berenang di kubangan kotor menjijikan dan pastinya sempat menelan beberapa teguk larutan kencing kuda."Cepat, di mana dokter!" teriak pengawal istana Tamir sambil mengulurkan tangan untuk membantu pangeran Alwaleed keluar dari parit penampungan kotoran istal."Mari Pangeran, dokter akan segera tiba."Pangeran Al-Waleed sudah menepi keluar dari lumpur kotor."Aku tidak butuh dokter, lepaskan tanganku!" Pangeran Al-Waleed menolak dibantu berdiri dia menepis tangan pengawalnya dengan kasar.Karena kondisinya masih basah dan licin, Pangeran Al-Waleed kembali tergelincir jatuh dan terjebur sekali lagi ke dalam adonan kencing kuda beraroma amoniak busuk."Wahahaha bukan aku yang menggelinding ke parit, tapi dia!" Cuma Pang