VOTE YA
Rasanya Anelies tidak ingin hari-harinya cepat berlalu. Hubungannya dengan Pangeran Serkan sedang sangat baik dan tenang. Anelies belum ingin kembali ke istana Zubair, kembali dihadapkan dengan Putri Kalifa dan ibu Pangeran Serkan yang selalu ingin menjauhkan Anelies dari putranya.Anelies tidak mau berpisah dari Pangeran Serkan dia tidak akan sanggup lagi. Tapi waktu mereka tinggal dua hari lagi untuk menikmati surga dunia yang masih seperti mimpi.Sebenarnya sangat wajar jika Anelies yang cenderung jadi ketergantungan pada Pangeran Serka. Anelies baru berumur delapan belas tahun, masih sangat muda, polos dan pria itu sudah membuat jejak begitu dalam padanya.Anelies duduk di lantai teras, memainkan pasir dengan kaki telanjangnya sambil sesekali memperhatikan Pangeran Serkan yang duduk di kursi. Sejak pagi pria itu terlihat sibuk bicara di telpon dengan Omar. Anelies cuma ikut menyimak tanpa berani berkomentar."Kami tetap belum bisa melacak keberadaan Karen." Omar kembali membawa b
"Aku mencintaimu Pangeran Serkan ..."Anelies terus merengek dan Serkan langsung menghantamkan pinggulnya dengan lebih kencang. Anelies kembali tersengal-sengal, bergoncang-goncang seperti sedang disiksa, tapi rintihannya manis.Serkan sedang tidak stabil, menyetubuhi wanita sebagai pelampiasan sebenarnya bukan tindakan bijak, tapi ulah Anelies sendiri yang membuat Serkan hilang kesabaran. Serkan sudah tiga kali meledak di dalam tubuh wanitanya tapi kemarahannya belum juga mereda. Terakhir Serkan menghempaskan tubuhnya dengan jantung berdentam-dentam dan rongga dada masih seperti terbakar. Serkan harus berhenti karena tidak ingin terus lepas kendali dan berujung melukai Anelies yang masih sangat muda untuk mengimbangi kebutuhannya."Apa yang kau lakukan?" Serkan terkejut melihat Anelies belum tidur dan malah merangkak naik ke atas tubuhnya."Oh ...." Serkan langsung mengeram, Anelies kembali membangunkannya dengan kuluman. Bibir gadis muda itu sangat lembut hangat dan semakin pintar me
Anelies memandangi foto dirinya dan George dengan perasaan haru bercampur kepedihan yang sulit untuk dia ungkapkan karena pria rupawan itu sekarang sudah tidak ada. Anelies tetap memiliki cinta untuk George."Dia satu-satunya keluargaku, cuma selembar foto ini yang aku miliki untuk mengenangnya.""Kami juga keluargamu." Christina kembali menawarkan pelukan. "Kami akan merindukanmu.""Pasti aku akan kembali ke sini untuk melihat bayi kalian." Anelies terus berjaji."Sampaikan lagi rasa terimakasihku pada sumimu."Aneleis hanya mengangguk."Tuan Muda sudah menunggu Anda." Seorang pengawal datang menghampiri Anelies yang masih berpamitan dengan kedua sahabatnya."Ya."Anelies memeluk Christinasekali lagi kemudian berjalan mengikuti pengawal yang menjemputnya.Pangeran serkan terlihat sedang duduk di beranda teras baru selesai bicara dengan Omar yang langsung permisi begitu melihat Anelies datang."Kau harus sarapan dulu."Pangeran Serkan menunggunya untuk sarapan. Aneleis segera ikut dudu
"Aku akan kembali sebelum penobatanku."Penobatan Pangeran Serkan tinggal satu minggu lagi dia harus menyelesaikan semua penandatangan kontrak kerjasamanya dengan Brandon Lington dan Loghan Global."Cukup jaga kesehatanmu, aku sudah mempersiapkan semuanya." Kali ini Serkan menyentuh perut Anelies. "Aku hanya ingin kau segera hamil."Pangeran Serkan harus bisa memiliki keturunan di tahun pertama karena itu dia hanya punya waktu tiga bulan untuk membuat Anelies hamil setelah penobatannya."Aku berjanji tidak akan membuat masalah!" Anelies mengangkat tangannya untuk bersumpah. "Aku akan selalu berada di timmu, Pangeran Serkan!"Tidak tahu kenapa semangat Anelies yang menggebu-gebu tiba-tiba membuat dada Serkan jadi menggetarkan tawa."Ya, kau memang harus selalu berada di dalam timku!" Serkan menarik tangan Anelies yang masih terangkat untuk dia cium.Hubungannya dengan Pangeran Serkan belakangan ini benar-benar membuat Anelies sangat bahagia hingga dia lupa dengan semua ketakutannya. A
Syarfi pikir dirinya sudah benar-benar akan mati, kuda yang dia tunggangi bukan cuma gila tapi juga sanggup berlari seperti peluru sampai para pengawal yang mengejarnya semakin tertinggal jauh. Syarfi kembali menjerit ketika kuda jantan itu akan membawanya melompati anak sungai. Sudah pasti Syarfi akan terlontar jatuh seandainya saja Pangeran Serkan telat satu detik saja untuk menyambar tubuhnya.Syarfi belum berani membuka mata ketika merasakan lengan kokoh menjerat pinggangnya dengan rasa sesak dan sepertinya dia pingsan setelah itu.*****Cuma berselang beberapa jam aksi penyelamatan pangeran Serkan terhadap asistennya segera menjadi pemberitaan viral di berbagai media. Pangeran Serkan yang nekat membahayakan dirinya sediri dan hampir ikut celaka mendapatkan banyak pujian dan tentu saja langsung berhembus rumor mengenai hubungannya dengan sang asisten.Selama ini Pangeran Serkan memang tidak pernah mengekspos hubungannya dengan wanita manapun, karena itu isu kedekatannya dengan sang
"Sarah! tolong aku!""Siapa saja tolong! pintunya terkunci!" tangan Anelies mulai lemas untuk menggedor pintu dan berteriak.Napas Anelies semakin sesak terbatuk batuk sementara matanya pedih. Anelies yakin jika ada yang sengaja mengunci pintunya dari luar dan entah Sarah pergi ke mana sampai tidak mendengar teriakannya. Anelies sudah nyaris pingsan tidak bisa berteriak lagi hingga berpikir mungkin dirinya akan mati ketika tiba-tiba sebuah lemari di sudut ruang spa tersebut diterjang dari luar.Anelies sudah bersimpuh di lantai, terkejut melihat sosok Bagheera yang sedang mengeram di antara kabut pekat. Singa jantan itu menyeramkan tapi tiba-tiba Anelies tidak keberatan untuk dijilat dan di cium mengunakan kumisnya.Bagheera terus mengeram seperti menyuruh Anelies untuk segera bangkit. Anelies mengangguk sambil menatap mata singa jantan itu kemudian ikut keluar mengikutinya. Anelies keluar hanya dengan memakai handuk lembab kotor dengan bekas minyak aroma terapi yang tadi digunakan Sar
Malam sudah larut ketika Serkan tiba. Anelies sedang tidur di kamarnya ditemani oleh Bagheera yang meringkuk di samping ranjang, Bagheera sama sekali tidak mau meninggalkan Anelies sejak kejadian tadi pagi. Pemandangan yang agak aneh jika mengingat sebenci apa Anelies pada kucing besar berkumis itu sebenarnya. Tapi Serkan tetap sangat lega setelah bisa melihat sendiri wanitanya yang masih utuh. Benar-benar mengerikan jika mengingat Anelies sedang berada di dalam bilik spa yang terbakar, jika gadis itu sampai celaka rasanya bakal bisa menghisap nyawanya Serkan untuk ikut serta.Anelies masih tertidur pulas setelah tadi kembali mendapatkan obat penenang dari rasa panik. Serkan mendekati wanitanya pelan-pelan mengecup dahinya yang lembut dan membelai pipinya yang hangat kemerahan seperti ceri berlapis satin, benar-benar sangat cantik. Alis tebal Anelies terlihat teduh ketika tidur dalam lelap, bibirnya rapat, cuma berkedut pelan ketika Serkan menyentuhnya dengan belaian bibirnya. Serkan
"Apa Anda sudah merasa lebih baik Nona Syarfi?" tanya dokter yang kembali memeriksa Syarfi pagi ini."Aku masih pusing untuk bangun." Syarfi berpura-pura memijit keningnya sendiri yang seolah nyeri. "Sepertinya aku perlu beristirahat beberapa hari lagi."Dokter wanita itu mengarahkan senter kecil ke pupil mata Syarfi untuk melihat apa pasien mengalami dehidrasi."Seharusnya akan segera membaik, mungkin Anda hanya masih mengalami trauma. Nanti akan kami jadwalkan kunjungan psikiater.""Sepertinya aku juga mual." Tiba-tiba Syarfi berpura-pura ingin muntah.Syarfi benar-benar sedang pandai berakting demi melanjutkan dramanya yang belum ingin buru-buru pulang. Syarfi terus berpura-pura ingin muntah untuk mengundang simpati dokter dan perawat yang menanganinya karena apapun sedang bisa menjadi gosip hangat."Apa Anda ingin minum?" Kedua perawat yang menangani Syarfi ikut panik."Tolong panggilkan pengawal Pangeran Serkan!""Maaf Nona, sudah tidak ada pengawal.""Mereka berjaga di luar!" Sy
BAB 44 HILANGSampai hari kembali malam, demam Putri Sofia belum juga mereda, justru demamnya semakin tinggi. Zahra yang terus berjaga sepanjang malam melihat Putri Sofia terisak sedih, airmata bening mengalir dari sudut kelopak matanya yang masih terpejam rapat."Jangan pergi...."Putri Sofia juga terus mengigau dalam demam."Jangan hilang...."Meski sudah tidak menyebut nama Faaz tapi Putri Sofia terus menangis pedih dalam demam."Jangan pergi...."Zahra mengambil saputangan untuk pelan-pelan menghapus air mata Putri Sofia agar tidurnya tidak terusik. Dua jam lagi waktunya Putri Sofia bangun minum obat, sekarang dia harus beristirahat terlebih dahulu."Jangan pergi...." Putri Sofia terus bicara seperti itu berulang-ulang."Jangan pergi...."Sebagai pengawal pribadi yang telah mendampingi Putri Sofia sejak gadis itu masih anak-anak, Zahra ikut merasa sedih melihat Putri Sofia nampak tidak bahagia. Dalam hati Zahra ikut berdoa agar tuan putri cantiknya bisa segera kembali ceria sepert
BAB 43 PENGORBANANSetelah mendengar suara teriakan, Dua orang prajurit bersenjata muncul dari dua ujung lorong, mereka langsung melepaskan tembakan ke arah Faaza. Faaz yang saat itu masih memegangi lengan bocah laki-laki untuk turun ke lubang saluran irigasi jelas tidak dapat menghindar.Tanpa piki panjang, Dokter Faiza langsung berlari melompat untuk menghalangi peluru. Kejadiannya sangat cepat dan kacau, Faaz melotot beku, peluru ke dua nyaris menembus kepala Dokter Faiza kemudian terpantul ke dinding. Beruntung Faaz selalu jauh lebih cekatan, sebelum kedua prajurit itu kembali melepaskan tembakan, Faaz berhasil lebih dulu membidik kepala mereka dengan sangat tepat sasaran.Dua tubuh besar seketika roboh tumbang ke lantai. Faaz juga melihat Dokter Faiza masih tersungkur di lantai anak tangga, sekujur pinggangnya berlumuran darah hingga belum jelas bagian mana yang tertembak."Lari, selamatkan anak-anak!" Dengan kondisi tersengal berat Dokter Faiza masih memperdulikan keselamatan F
BAB 42 SIASAT UNTUK KABUR"Aku akan membebaskan kalian, tapi kita harus bekerja sama!" Faaz mengajak sandera yang lain untuk bekerja sama."Semua pintu dijaga tentara bersenjata, kami hanya akan mati konyol." Salah satu dari mereka mengingatkan Faaz."Karena itu kita perlu siasat!" Faaz terus meyakinkan. "Kecuali kalian ingin mati perlahan di tempat ini!"Beberapa orang terlihat saling bertukar tatapan tapi tidak ada yang bersuara."Ikuti saja rencanaku!" Faaz lanjut menjelaskan siasatnya. "Aku melihat ada lubang saluran pembuangan air di dekat anak tangga, bangunan sebesar ini pasti memiliki sistem irigasi besar yang tertata. Kita bisa kabur dari sana asal bisa keluar dari kamar ini!"Faaz mengitarkan pandangan pada setiap orang di sekelilingnya kemudian kembali bicara."Berapa petugas yang biasa mengantar makanan?" Faaz ingin tahu jumlah target sasarannya."Biasanya mereka berdua dengan salah satu membawa senjata.""Apa hari ini mereka sudah mengantar makanan?" Faaz benar-benar su
BAB 41 FAAZ TERTANGKAPFaaz sengaja membiarkan dirinya ikut tertangkap karena itu adalah cara paling mudah dan efektif untuk menemukan titik keberadaan para sandera yang lain. Lengan Faaza di borgol dan dimasukkan ke dalam mobil besar berbodi tebal. Ternyata di dalam mobil tersebut juga terdapat seorang pria yang juga baru tertangkap, dia seorang jurnalis, kedua rekannya telah ditembak mati di pinggir jalan karena tidak mau patuh."Tiarap, tundukkan kepalamu!"Punggung Faaz ditendang keras dari belakang sampai pemuda itu jatuh tertelungkup. Sebuah moncong senjata tiba-tiba sudah menempel tepat di tengkuk belakang Faaza. Kepala Faaz benar-benar bisa meledak setiap saat, tapi apapun yang terjadi Faaz tidak boleh melawan, dia juga harus terlihat patuh ketakutan."Aku akan menulis berita seperti yang kalian inginkan." Faaz berusaha menawar untuk keselamatan nyawanya.Faaz tahu mereka tetap membutuhkan jurnalis untuk menulis berita yang dapat menutupi mata dunia dari penindasan dan kekeji
BAB 40 PERTANDA BENCANASelama Zontus berhenti mengunakan sihir, Drakor tidak pernah lagi berubah ke wujud manusia. Drako juga mulai khawatir dia bakal jadi burung gagak hitam jelek untuk selamanya."Kak..." Kali ini Drakor bicara pada Zontus."Kak...!" Drako memberitahu akan ada bencana besar."Itu bukan urusanku!" Seperti biasa Zontus tidak perduli."Kak...Kak...Kak...""Manusia memang suka bertikai biarkan saja sampai mereka bosan agar bisa mengambil pelajaran sendiri!"Zontus benar-benar tidak mau ikut campur, dia sedang ingin fokus menjadi manusia tanpa sihir."Kak...." Drako masih memohon."Mereka akan berhenti sendiri jika sudah bosan dengan pertempuran!"Zontus merasa tidak ada gunanya memperingatkan manusia keras kepala, biarkan mereka terus berkelahi hingga bosan dengan pertikaian dan sadar jika mereka cuma menciptakan kerusakan serta penderitaan yang sebenarnya tidak perlu.Zontus telah hidup melalui banyak jaman, menyaksikan banyak pertempuran besar umat manusia. Setelah h
BAB 39 PANGERAN YUSUF VS PANGERAN AL-WALEED[Aku baik-baik saja, kau tidak perlu cemas]Pangeran Yusuf merasa aneh dengan jawaban putri Sofia yang merasa baik-baik saja. Sepanjang malam Pangeran Yusuf terus berpikir dan semakin cemas. Akhirnya pagi harinya Pangeran Yusuf kembali mengirim pesan.[Apa ada yang menekan mu?]Pangeran Yusuf tidak tahu jika ponsel Putri Sofia sudah berada di tangan pangeran Al-Waleed. Pastinya Pangeran Al-Waleed telah membaca semua pesan yang belum sempat terhapus dari ponsel Putri Sofia.[Beraninya kau berencana membawa kabur calon ratuku!]Seketika Pangeran Yusuf terkejut, rongga dadanya berdebar panas.[Di mana Sofia?]Yusuf tahu dia sedang berkomunikasi dengan Pangeran Al-Waleed.[Dia milikku, jangan berani-berani kau mendekatinya!] Pangeran Al-Waleed memberi kalimat ancaman. [Aku tahu latar belakang keluarga ibumu yang penghianat, kau masih beruntung mendapat kehormatan karena kemurahan hati Yang Mulya Serkan. Jangan berulah untuk kembali mempermaluka
BAB 38 INGIN KABURPengawal wanita yang baru dikirim oleh Pangeran Al-Waleed benar-benar membuat Putri Sofia murka. Hamna bukan cuma berani menentang perintah Putri Sofia, sepertinya dia juga tidak segan menyingkirkan Zahra. Putri Sofia tidak akan tinggal diam, dia tidak mau hidupnya diatur dan terus di awasi selama dua puluh empat jam oleh seorang mata-mata."Aku ingin kabur, apa kau bisa membantuku?" Putri Sofia menatap tajam ke mata Zahra."Maaf Putri Sofia, aku tidak bisa." Zahra tetap akan paling setia pada Yang Mulya Serkan."Dia akan terus mengawasi ku seperti tahanan, dia juga akan menyingkirkan mu dariku!" Putri Sofia terus mendorong Zahra agar mau membantunya kabur. "Pangeran Al-Waleed tidak akan memberiku kebebasan untuk sekedar bernapas karena dia bukan cuma ingin menguasai ku, dia juga ingin menguasai negaraku!"Akhirnya Putri Sofia bercerita pada Zahra meskipun Pangeran Yusuf sudah melarang."Pangeran Al-Waleed ingin menikahi ku demi kekuasaan yang lebih besar, dia akan
BAB 37 SIAPA YANG LEBIH BERKUASAPangeran Al-Waleed benar-benar cemburu pada kedekatan Putri Sofia dengan Pangeran Yusuf. Pangeran Al-Waleed yakin Pangeran Yusuf memiliki perasaan spesial dan tujuan tertentu pada Putri Sofia. Sampai kapanpun Pangeran Al-Waleed juga tidak akan lupa bagaimana kemarin pergelangan tangannya bisa membiru bengkak cuma karena cengkeraman sebuah tangan. Ada kekuatan yang tidak wajar pada Pangeran Yusuf.Ternyata Pangeran Al-Waleed juga tetap tidak kehabisan akal. Dengan mengunakan kekuasaannya Pangeran Al-Waleed meminta langsung pada Yang Mulya Serkan agar membatasi pergaulan Putri Sofia dengan laki-laki lain termasuk sepupunya sendiri. Pangeran Al-Waleed juga akan mengirim pengawal pribadi khusus untuk menjaga Putri Sofia."Siapa namamu?" Putri Sofia bertanya pada pengawal wanita yang baru dikirim dari Istana Tamir."Nama saya Hamna." Wanita berperawakan tinggi tegap itu memberi hormat pada Putri Sofia. "Mulai hari ini saya akan menjadi pengawal pribadi Anda
BAB 36Pangeran Al-Waleed jatuh terlempar ke saluran penampung kotoran kuda dengan kedalamannya hampir dua meter. Pangeran Habibi yang semula cemberut lesu seketika tertawa terbahak-bahak seperti sedang mendapat hiburan seru gratis. Pangeran Al-Waleed benar-benar harus berenang di kubangan kotor menjijikan dan pastinya sempat menelan beberapa teguk larutan kencing kuda."Cepat, di mana dokter!" teriak pengawal istana Tamir sambil mengulurkan tangan untuk membantu pangeran Alwaleed keluar dari parit penampungan kotoran istal."Mari Pangeran, dokter akan segera tiba."Pangeran Al-Waleed sudah menepi keluar dari lumpur kotor."Aku tidak butuh dokter, lepaskan tanganku!" Pangeran Al-Waleed menolak dibantu berdiri dia menepis tangan pengawalnya dengan kasar.Karena kondisinya masih basah dan licin, Pangeran Al-Waleed kembali tergelincir jatuh dan terjebur sekali lagi ke dalam adonan kencing kuda beraroma amoniak busuk."Wahahaha bukan aku yang menggelinding ke parit, tapi dia!" Cuma Pang