BAB 65 INGATAN LIVIEMia masih syok melihat bekas luka benturan di dahinya benar-benar lenyap tak berjejak. Mia sampai memencet sisi keningnya berulang-ulang dan tetap tidak ada rasa apapun seperti perih atau nyeri."Ah, ini aneh!"Meskipun luka di dahi Mia telah sembuh, dia tetap memasang kembali perbannya. Mia tidak mau membuat orang-orang curiga. Setelah mandi dan menghabiskan menu sarapan yang telah diantar ke kamarnya, Mia buru-buru keluar. Mia berharap bisa segera menemukan Pangeran Husain untuk membenahi kekacauan.Karena tadi malam kesulitan untuk tidur, pagi harinya Mia bangun paling lambat. Mia melihat semua keluarganya sedang berkumpul di beranda samping, termasuk Livie yang sudah kembali dari rumah sakit.Livie duduk satu meja dengan kedua orang tuanya sementara Henry duduk terpisah di meja yang agak jauh bersama Aron, tapi tatapan Henry jelas tidak pernah bisa berpaling dari tawa Livie. Karena tidak ingin membuat Livie yang baru siuman mengalami syok, Henry sendiri yang m
BAB 66 CEROBOHHenry ikut masuk ke dalam kolam renang untuk langsung menangkap pinggang Livie. Meski belum bisa memeluk gadis muda itu seperti yang dia inginkan, Hery rela bersabar menunggu sampai ingatan Livie perlahan pulih. Henry benar-benar tidak ingin membuat Livie syok dengan segala kerinduannya sebagai suami."Kau tidak boleh bergaul dengan sembarangan pria!" Henry bicara dengan sangat tegas. "Ikuti aturan orang tuamu!""Aku hanya ingin pinjam ponselmu." Livie mengingatkan dengan santai."Aku tidak akan membantumu!" Henry masih bicara dengan nada tegas.Livie sama sekali tidak menyadari keseriusan Henry yang biasanya memang sangat santai dalam perkara apapun. Ketika tiba-tiba melihat Henry memasang wajah serius, Livie berpikir mungkin Henry cuma sedang berlagak sok tua."Sekarang usiaku sudah dua puluh tahun, bukan anak-anak lagi!" Livie memposisikan dirinya sebagai adik perempuan yang selama ini telah ikut Henry jaga. "Aku sudah bisa bertanggung jawab dan menjaga diri. Percaya
BAB 67 TERUS DIJAGA"Apa saja yang aku lupakan?"Henry menyapu lembut ke bibir lembab Livie yang baru keluar dari air, menatap gadis muda itu sampai cukup lama kemudian merunduk untuk mengecup keningnya."Kau tidak melupakan apapun!"Henry tidak akan sanggup melihat Livie bersedih meskipun dia sangat ingin memberitahu jika Gavin yang terus Livie banggakan adalah seorang brengsek."Semuanya akan baik-baik saja!"Henry juga masih yakin jika ingatan Livie akan pulih dengan perlahan. Henry hanya perlu bersabar dan terus menjaganya."Kau bisa minta apapun padaku jika bosan dengan kegiatan di rumah."Livie menyimak tawaran Henry dan mulai berpikir apa yang mungkin dia inginkan dan bisa dia minta."Aku ingin melukis.""Ya, nanti akan aku bawakan semua yang kau perlukan untuk melukis.""Tapi jangan sampai papaku tahu!" Livie mengingatkan Henry dengan serius karena masih takut ketahuan."Akan kusiapkan ruangan khusus di rumahku untuk kau melukis.""Oh, kau serius?" Livie meloncat girang.Tiba-
BAB 68 KESABARAN HENRY Mia masih berbaring di atas ranjang, coba mengingat kembali detail yang telah dilakukan Zontus untuk memulihkan semua goresan luka di permukaan kulitnya. Mia terus merinding, walaupun Zontus tidak dapat menyakitinya, tapi mahluk itu tetap sangat kuat. Zontus tetap bisa melumpuhkan tubuh Mia sampai tidak dapat berkutik sedikit pun. Dari kemampuan Zontus untuk menyembuhkan, Mia semakin yakin jika Zontus pasti juga bisa memulihkan ingatan Livie. Masalahnya Mia tetap tidak yakin apa mahluk seperti Zontus bakal mau membantu dengan suka rela. Sepertinya Mia memang harus mencari akal agar Zontus mau membantunya. ****** Henry benar-benar membeli semua perlengkapan melukis dan menyiapkan sebuah ruangan khusus untuk livie bebas berkarya. Henry juga melakukan semuanya sendiri tanpa menyuruh orang lain, Henry memilih warna celemek, pernak-pernik kecil bahkan menganti tirai dengan warna kuning cerah. Henry memilih ruangan yang super luas untuk bisa sekaligus Livie gun
BAB 69 KENANGAN YANG HILANGKadang hidup ini tentang kesempatan, kesempatan untuk dapat diingat dengan baik bagi yang beruntung. Karena faktanya tidak semua yang pernah dilalui dalam hidup dapat di ingat kembali sebagai kenangan. Bahkan ketika seseorang memutar kembali seluruh ingatan seumur hidupnya, ternyata yang tersisa cuma tinggal kilasan dari potongan-potongan acak. Tidak pernah ada yang tahu kenapa suatu kejadian bisa terus diingat sementara yang lain terlupakan. Karena itu bisa disebut sangat beruntung untuk yang masih dapat di ingat.Henry sedang memperhatikan Livie yang sedang memakai celemek untuk melukis sambil sibuk mempersiapkan peralatan. Henry tidak bisa membantu karena dia memang tidak tahu apa-apa mengenai kuas dan cat minyak. Livie bisa melakukan semuanya sendiri tanpa memerlukan bantuan. Saat itu juga Henry jadi berpikir 'bagaimana jika ternyata Livie akan terus melupakannya?' Kenyataannya Livie tetap bisa hidup dengan baik tanpa Henry, Livie tidak membutuhkannya.
BAB 70 BURUNGPangeran Husain dan Pangeran Habibi terlihat sedang bermain di sekitar taman, mereka bermain menendang bola sambil berlarian. Ketika Husain menyuruh adiknya untuk mengambil bola yang menggelinding ke bawah pagar tanaman, Pangeran Habibi malah berjongkok bengong di bawah pagar."Apa itu?" Habibi menunjuk sesuatu yang bergerak di dalam pagar.Pangeran Husain langsung ikut menghampiri. "Itu sarang burung kecil.""Wao, dia punya telur!" Pangeran Habibi baru kali ini melihat burung yang sedang mengerami telur di sarang."Jangan diambil!" Husain langsung menepis tangan Habibi yang ingin memungut telur burung. "Kau tidak boleh mengambilnya, itu nanti akan jadi anak burung.""Aha!" Pangeran Habibi semakin takjub ekspresinya terlihat lucu dengan wajah gemas polos berpipi tebal. "Dari telur kecil keluar anak burung?" Sepertinya Pangeran Habibi memang sangat penasaran."Setelah dierami oleh induknya, nanti akan keluar anak burung." Husain berusaha menjelaskan. "Karena telurnya kec
BAB 71 KADANG YANG HILANG AKAN TETAP HILANGMeskipun Mia bisa tinggal di apartemen mewah bersama Kai, tapi Mia bersikeras untuk tinggal sendiri di apartemen kampus. Setelah sekian lama mengikuti 'homeschooling' sekarang Mia ingin merasakan tinggal di lingkungan mahasiswa, berbaur dengan pelajar lain dari berbagai negara untuk sekaligus melatih kemandiriannya yang masih payah.Mia menempati apartemen dengan satu kamar yang cukup dekat dengan kampus, Mia cukup pergi dengan berjalan kaki. Setelah satu minggu sempat tinggal bersama Kai, tiga hari ini Mia sudah mulai menempati apartemennya sendiri. Hari masih siang, terang benderang, Mia sedang bersih-bersih lantai kamarnya tapi tiba-tiba Mia merasa sedang diawasi. Insting Mia memang tumbuh semakin kuat jika merasa dirinya sedang di intai.Kali ini Mia langsung keluar balkon kamar dengan menggenggam gagang sapu. Mia muak pada burung gagak jelek yang terus mengikutinya kemanapun. Mia berjalan pelan-pelan tanpa suara, dia melihat burung gaga
Bab 72 HENRY LEBIH TAHUHenry lebih tahu dengan apa yang dia lakukan, dia tidak memerlukan nasehat dari siapapun yang merasa mengerti dengan pilihan hidup, perjuangan dan perasannya untuk Livie. Mungkin dulu Henry masih bisa pilih tidak perduli ketika semua orang salah paham menyalahkan segala tindakannya. Tapi sekarang, jika masih ada yang berani mengusik tekatnya untuk Livie, maka Henry sendiri yang akan berteriak paling lantang pada siapa saja yang berani ikut campur.Henry pernah berada pada titik terendah hidup dan mati bersama Livie. Livie bukan hanya wanita yang telah mengikat hatinya, Livie juga telah menggenggam nyawanya. Siapapun tidak akan paham sebelum melaluinya sendiri, karena Henry sendiri juga baru tahu sehancur apa hidupnya ketika mendengar Livie sudah pergi meninggalkannya. Setelah segala yang telah Henry lalui dengan tidak mudah, tentunya dia juga tidak akan menyerah dengan gampang. Henry masih memperhatikan hasil lukisan Livie yang belum sempurna."Kau cuma layak
BAB 23 AKAL LICIK YANG AKAN MEMBUAT MURKAEmillie adalah wanita yang cerdas, keras, dan tidak akan mungkin mau mengalah. Setelah perdebatan panasnya dengan Pangeran Al-Waleed, Emillie masih berani menatap tajam ke mata putra mahkota sombong itu dengan dagu terangkat."Aku mau pergi!" Emillie bicara tegas."Kau tidak boleh pergi!" Pangeran Al-Waleed balas menatap tajam pada wanita di hadapannya."Aku tidak perlu ijin darimu!" Emillie jelas bukan wanita yang bakal takut terancam meskipun dia cuma sendirian.Nampaknya Pangeran Al-Waleed semakin tertantang dengan wanita pemberani, pria tinggi besar itu tiba-tiba tersenyum."Bahkan kau belum memberitahu siapa namamu.""Cari tahu saja sendiri jika kau merasa hebat dan memiliki kuasa!" Emillie memberi tantangan."Oke!" Pangeran Al-Waleed masih mempertahankan seringai senyum tipis di wajahnya. "Kau boleh pergi dengan terhormat."Akhirnya Emillie dibolehkan pergi, tapi pastinya Pangeran Al-Waleed tetap tidak akan melepaskan begitu saja. Setela
BAB 22 BICARA TENANG Begitu melihat Faaz kembali masuk ke dalam rumah, Putri Sofia bergegas keluar dari kamar, berlari menuruni anak tangga dengan tidak sabar untuk bertemu. Putri Sofia tersenyum menyambut Faaza yang baru masuk ke dalam rumah. Jantung Putri Sofia benar-benar terus berdebar hanya dengan saling berhadapan, bahkan gadis itu belum sempat mengungkapkan rasa terimakasihnya ketika Faaz bicara lebih dulu. "Aku harus mengantarmu pulang!" Faaz memberi tatapan serius. "Apa maksudmu?" Putri Sofia cukup terkejut tapi masih didominasi perasaan bingung. "Aku harus mengantarmu pulang ke Istana Zubair." Faaz cuma memperjelas tanpa memberi alasan. "Aku tidak mau pulang!" Seketika Putri Sofia menegakkan bahu. "Sampai kapanpun aku tidak akan mau pulang, aku tidak mau dipaksa menikah dengan Pangeran Al-Waleed!" "Kau akan menjadi seorang ratu, di sini bukan tempatmu!" Faaz terus mengingatkan. Putri Sofia menggeleng keras. "Aku tidak mau menikah dengan Pangeran Al-Waleed!" "A
BAB 21Emillie diberi tawaran oleh seorang putra mahkota. Tawaran yang seharusnya sangat menyenangkan bagi kebanyakan wanita. Pangeran Al-Waleed bukan cuma kaya raya, dia juga masih sangat muda, memiliki kekuasaan dan tampan."Akan kuberikan apapun yang kau inginkan asal kau mau patuh padaku!""Aku wanita bebas, bukan wanita yang dapat disimpan oleh laki-laki!" Emillie bicara tegas dengan tatapan tajam."Kau punya mata yang cantik." Pangeran Al-Waleed terus mengamati wanita di hadapannya. "Kau juga akan mendapat banyak hadiah."Emillie terus dibujuk agar mau dimiliki. Seandainya Lana tahu ibunya sedang dirayu, pasti dia sudah meledak histeris untuk merobohkan Istana Tamir beserta seluruh penghuninya. Sementara saat ini Emillie sedang berusaha menahan diri untuk mencari lebih banyak informasi."Aku bukan anak-anak yang dapat dibujuk dengan hadiah!" Emillie coba menantang. "Tapi aku akan sangat menyenangkan untuk pria yang juga bisa memberikan kehormatan tertinggi untukku!""Aku juga s
BAB 20 BERBAHAYAKondisinya benar-benar genting menegangkan, Putri Sofia dan Faaza bisa ketahuan jika Ramji berhasil membuka pintu."Aku curiga Faaza bukan memelihara kucing!"Semakin gawat, Ramzi mulai curiga. Putri Sofia reflek melotot syok, dia sangat takut ketahuan. Faaz segera menyentuh bibir Putri Sofia dengan jari telunjuk agar tenang."Tidak akan kubiarkan mereka menemukan mu!" Faaz bersumpah pada dirinya sendiri, kemudian pelan-pelan bangkit dari atas ranjang.Putri Sofia ikut bangkit duduk dengan membelai pinggangnya yang masih agak nyeri setelah terhimpit tidak dapat bergerak. "Kau mau ke mana?" Putri Sofia mendongak pada Faaza.Faaz terlihat berjalan mendekati jendela samping. Selain jendela yang menghadap halaman depan, posisi kamar Zahra yang kebetulan berada di sudut bangunan juga memiliki jendela menghadap ke halaman samping. Putri Sofia buru-buru berdiri untuk ikut melihat keluar jendela. Ada sebuah kolam renang yang cukup lebar di halaman samping."Aku akan melompa
BAB 19 TERTANGKAPSejak Emillie keluar dari taksi seorang diri, dia sadar ada beberapa mata memperhatikannya. Seorang wanita berkeliaran seorang diri memang sangat tidak lazim. Bahaya bisa mengancam wanita di mana saja, apa lagi bagi mereka yang masih sangat muda dan cantik. Ketika Emillie melintasi depan pertokoan dia tidak sengaja mendengar percakapan seorang pria melalui sambungan telpon.Dengan indra pendengaran mutan berdarah immortal, Emillie dapat mendengar suara paling pelan dari jarak lebih dari dua puluh meter. Seorang pria berkemeja hitam sedang melapor pada seseorang dalam sambungan telepon. Emillie sengaja berjalan mendekat seolah dia tidak sadar jika dirinya sedang di bicarakan dan tepat ketika Emillie melintasi di depan pria berkemeja hitam, sebuah kamera aktif di arahkan padanya. Foto Emillie tertangkap dengan jelas meskipun dia sedang memakai cadar.Sejak siang hari Emillie sadar jika dirinya terus di ikuti. Agar tidak mencurigakan Emillie pergi berbelanja fashion sep
BAB 18 KUCING"Meowww....""Kau memelihara kucing?""Kakakku yah memelihara kucing, bukan aku!" Faaz kembali mempertegas dengan alibi agar meyakinkan. "Aku jarang pulang, biasanya Fatima yang akan selalu datang memberi makan.""Berarti Fatima akan datang?" Mata Ramzi langsung berbinar."Saat aku di rumah, aku yang memberi makan."Seketika Faaz menenggelamkan ke bagian Ramzi yang sudah sempat berbunga-bunga."Ah, sayang sekali kekasihku Fatima tidak akan datang.""Sebaiknya kalian menginap di hotel kota, aku serius, rumahku masih gelap tanpa listrik sampai besok lusa!" Faaz juga terus berusaha membujuk Ahmed dan Ramzi agar tidak berlama-lama berada di rumahnya."Kau kira kami takut gelap!" Ramzi yang membalas. "Aku akan tetap menginap disini, kita sahabat disaat terang dan gelap!""Wahahaha...!!!" Ramzi menambahkan kelakar tawa untuk kalimat terakhir yang puitis.Gawat bila kedua rekan Faaza benar-benar menginap. Putri Sofia bisa kelaparan di dalam kamar. Faaz harus segera mencari akal
BAB 17 PUTRI SOFIA BERSEMBUNYIGerald dan Emillie mulai mencari jejak Putri Sofia dari hotel kerajaan tempat malam gadis muda itu menghilang. Gerald masih bisa mencium aroma Putri Sofia di sekitar kamar hotel hingga ke ruang laundry. Tapi mendadak aroma Putri Sofia menghilang di sekitar halaman parkir."Jejaknya sudah lenyap!" Gerald yang memiliki penciuman paling tajam bahkan sudah tidak dapat mencium jejak apapun. "Putri Sofia kabur di saat hujan deras, kemungkinan karena itu jejaknya telah lenyap!""Sepertinya Putri Sofia pergi bersama sebuah mobil!" Emillie yang selalu paling cerdas dan jeli di antara putri-putri Jared. "Siapa saja yang datang dan pergi malam itu?"Saat itu juga, Gerald dan Emillie segera mencari tahu semua daftar tamu yang hadir di acara ulang tahun Putri Sofia dan Pangeran Hamdan. Sebenarnya acara ulang tahun tersebut cuma mengundang keluarga inti, seharusnya tidak ada yang perlu dicurigai. Selebihnya adalah pengawal istana yang berjaga ketat."Pangeran Al-Walee
BAB 16 TAMU TIDAK TERDUGAAbdul kembali memberi laporan pada Pangeran Al-Waleed."Sepertinya memang ada yang aneh dan mencurigakan, Pangeran." Abdul menjelaskan informasi yang baru dia dapat dari mata-matanya. "Biasanya setiap akhir pekan dalam satu bulan Putri Sofia akan berkunjung ke resort pantai keluarga istana untuk mengunjungi Yang Mulya Seika. Akhir pekan ini Putri Sofia tidak terlihat datang. Seandainya Putri Sofia benar-benar sakit, seharusnya Yang Mulya Seika juga akan pergi untuk mengunjungi cucu kesayangannya. Tapi dalam satu pekan ini Yang Mulya Seika juga tidak terlihat keluar dari resort sama sekali."Pangeran Al-Waleed semakin yakin jika memang sedang ada yang disembunyikan oleh Yang Mulya Serkan. Janji seorang raja bukan perkara main-main, bila Yang Mulya Serkan sampai ingkar mengenai Putri Sofia, masalah tersebut pasti akan menimbulkan ketegangan dalam hubungan politik kedua negara mereka."Tetap jalankan rencanaku!" Pangeran Al-Waleed bicara tegas di hadapan Abdul.
BAB 15 KOTORPutri Sofia menjerit histeris karena melihat laba-laba, berlari panik sampai akhirnya jatuh menendang ember oli kotor. Putri Sofia jatuh dengan posisi tertelungkup di lantai, sekujur tubuhnya berlumuran oli hitam yang tumpah melebar ke lantai."Jangan berdiri!"Faaz menghentikan tapi Putri Sofia sudah terlanjur bangkit."Kau akan jatuh!"Faz melompat cepat untuk menangkap tubuh Putri Sofia yang kembali terjungkal tapi mereka malah sama-sama tergelincir jatuh bersama. Faaza jatuh terjengkang ke belakang sedangkan Putri Sofia jatuh tertelungkup di atas tubuhnya."Oh Tuhan...!" Putri Sofia yang menimpa dada Faaza dengan keras, tapi dia sendiri yang mengeluh nyeri.Putri Sofia segera mendekap buah dadanya yang berdenyut-denyut nyeri, sementara Faaza belum bergerak. Begitu sadar dirinya sedang tertelungkup di atas tubuh seorang pria, Putri Sofia langsung melotot lebar. Sofia terkejut gugup, sangat canggung sampai bibirnya bicara aneh."Apa aku berat?"Mereka masih tumpang tin