BAB 70 BURUNGPangeran Husain dan Pangeran Habibi terlihat sedang bermain di sekitar taman, mereka bermain menendang bola sambil berlarian. Ketika Husain menyuruh adiknya untuk mengambil bola yang menggelinding ke bawah pagar tanaman, Pangeran Habibi malah berjongkok bengong di bawah pagar."Apa itu?" Habibi menunjuk sesuatu yang bergerak di dalam pagar.Pangeran Husain langsung ikut menghampiri. "Itu sarang burung kecil.""Wao, dia punya telur!" Pangeran Habibi baru kali ini melihat burung yang sedang mengerami telur di sarang."Jangan diambil!" Husain langsung menepis tangan Habibi yang ingin memungut telur burung. "Kau tidak boleh mengambilnya, itu nanti akan jadi anak burung.""Aha!" Pangeran Habibi semakin takjub ekspresinya terlihat lucu dengan wajah gemas polos berpipi tebal. "Dari telur kecil keluar anak burung?" Sepertinya Pangeran Habibi memang sangat penasaran."Setelah dierami oleh induknya, nanti akan keluar anak burung." Husain berusaha menjelaskan. "Karena telurnya kec
BAB 71 KADANG YANG HILANG AKAN TETAP HILANGMeskipun Mia bisa tinggal di apartemen mewah bersama Kai, tapi Mia bersikeras untuk tinggal sendiri di apartemen kampus. Setelah sekian lama mengikuti 'homeschooling' sekarang Mia ingin merasakan tinggal di lingkungan mahasiswa, berbaur dengan pelajar lain dari berbagai negara untuk sekaligus melatih kemandiriannya yang masih payah.Mia menempati apartemen dengan satu kamar yang cukup dekat dengan kampus, Mia cukup pergi dengan berjalan kaki. Setelah satu minggu sempat tinggal bersama Kai, tiga hari ini Mia sudah mulai menempati apartemennya sendiri. Hari masih siang, terang benderang, Mia sedang bersih-bersih lantai kamarnya tapi tiba-tiba Mia merasa sedang diawasi. Insting Mia memang tumbuh semakin kuat jika merasa dirinya sedang di intai.Kali ini Mia langsung keluar balkon kamar dengan menggenggam gagang sapu. Mia muak pada burung gagak jelek yang terus mengikutinya kemanapun. Mia berjalan pelan-pelan tanpa suara, dia melihat burung gaga
Bab 72 HENRY LEBIH TAHUHenry lebih tahu dengan apa yang dia lakukan, dia tidak memerlukan nasehat dari siapapun yang merasa mengerti dengan pilihan hidup, perjuangan dan perasannya untuk Livie. Mungkin dulu Henry masih bisa pilih tidak perduli ketika semua orang salah paham menyalahkan segala tindakannya. Tapi sekarang, jika masih ada yang berani mengusik tekatnya untuk Livie, maka Henry sendiri yang akan berteriak paling lantang pada siapa saja yang berani ikut campur.Henry pernah berada pada titik terendah hidup dan mati bersama Livie. Livie bukan hanya wanita yang telah mengikat hatinya, Livie juga telah menggenggam nyawanya. Siapapun tidak akan paham sebelum melaluinya sendiri, karena Henry sendiri juga baru tahu sehancur apa hidupnya ketika mendengar Livie sudah pergi meninggalkannya. Setelah segala yang telah Henry lalui dengan tidak mudah, tentunya dia juga tidak akan menyerah dengan gampang. Henry masih memperhatikan hasil lukisan Livie yang belum sempurna."Kau cuma layak
BAB 73 TIDAK AKAN PERNAH KEMBALIKali ini Henry sendiri yang ikut menemani Livie utuk melakukan pemeriksaan menyeluruh. Setelah observasi selama tiga bulan sepertinya kondisi Livie juga semakin stabil, tidak terdeteksi adanya penurunan kinerja pada organ vital. Jantung, serta seluruh fungsi syaraf Livie dinyatakan normal, sangat sehat seolah gadis muda itu memang tidak pernah mengalami cidera. Cuma ingatan Livie saja yang belum bisa pulih, bahkan belum menunjukkan sedikit pun kemajuan.Sepertinya Henry memang harus lebih bersabar atau memang Livie tidak akan pernah bisa mengingat kenangan mereka lagi."Terima kasih sudah menemaniku." Livie tersenyum pada Henry yang juga baru membantunya berganti pakaian."Tidak masalah aku bisa mengantarmu ke manapun!"Sebenarnya Lizie sengaja beralasan tidak bisa menemani putrinya demi memberi kesempatan untuk Henry. Kemarin Lizie sangat sedih ketika mendengar perdebatan Livie dengan papanya. Livie tidak pernah sampai seperti itu, Livie menangis, ter
BAB 74 CEMBURUMalam hari setah bertemu Mia, Henry sengaja mengulur waktu agar Livie mau dia ajak menginap di apartemennya. Harapan Henry agar Livie bisa ingat sedikit saja dengan pernikahan mereka ketika dia ajak pulang."Ada beberapa barang yang ingin aku ambi dari aprtemenku." Henry beralasan. "Apa kau mau ikut?""Ya." Livie langsung mengangguk tanpa menaruh curiga.Henry segera membawa Livie pulang. Sebenarnya Henry juga sudah lama tidak pernah pulang ke apartemennya lagi sejak tidak ada Livie. Karena rumah tampa seorang istri jadi sudah tidak seperti rumah lagi. Sesuatu yang juga baru Henry sadari jika ternyata sebuah pernikahan dapat mengikat hidupnya lebih kuat dari sekedar nyawa. Pernikahan adalah sumpah seumur hidup yang ingin Henry bawa hingga ke kehidupan selanjutnya hanya bersama Livie.Begitu membawa Livie masuk ke rumah mereka, Henry sempat berdebar karena cemas dengan apa yang bakal dirasakan oleh Livie. Livie nampak melihat ke sekeliling, memperhatikan area pantry dan
BAB 75 KEBOHONGAN YANG DIPERCAYAHenry langsung lepas kendali ketika melihat Gavin berani memeluk pinggang istrinya. Dada henry bergemuruh panas dengan jantung berdentam-dentam hebat ingin meledak. Sebuah hantaman tinju keras langsung Henry layangkan tepat ke wajah tampan Gavin sampai hidung pemuda itu mengucurkan darah."Apa yang kau lakukan?" Livie melotot syok dengan perbuatan Henry.Bukannya berhenti, Henry malah menghantam dua kali lagi tanpa memberi kesempatan Gavin untuk membalas, kemudian buru-buru mencekal lengan Livie."Ayo pulang!""Kau membuat hidungnya berdarah!" Livie menolak dibawa pegi tapi Henry tetap menyeret lengannya."Kau tidak bisa seperti ini!" Livie tidak suka dengan cara Henry yang kasar. Sebenarnya Gavin juga masih syok dan pastinya penasaran melihat Livie berusaha meronta dari cengkeraman Henry Loghan. Gavin mulai menduga jika Livie tidak bahagia dengan pernikahannya."Pria kaya brengsek!" Gavin menyapu jejak darah di salah satu hidungnya mengunakan pungg
BAB 76 KEJUTANMalam pertama Henry benar-benar tidur di sofa sementara Livie tidur di kamarnya, siang berikutnya Henry menemani Livie bersepeda di taman dengan memakai topi kacamata dan hoodie. Semua berjalan tanpa masalah, Livie juga terus terlihat ceria. Hari ketiga Henry sempat meninggalkan Livie untuk beberapa urusan perusahaan dengan Aron. Sore ketika Henry kembali Livie terlihat sedang berenang."Kau benar-benar tidak pergi ke mana-mana?" Henry menghampiri Livie ke tepi kolam."Aku mengikuti semua perintahmu." Livie menjawab santai sambil berenang telentang di atas air.Henry memberi aturan, Livie tidak boleh berkeliaran seorang diri tanpa dirinya."Apa kau mau pergi makan malam?" Henry kembali bertanya.Livie buru-buru berenang menepi. "Kau mau mengajakku makan malam?""Ya!" Henry mengangguk sambil mengangkat dagu Livie yang masih basah. "Ada kejutan untukmu!""Aku tidak terlalu suka kejutan!""Sudah sana, pakai gaunmu yang paling cantik!"Livie tetap mengikuti perintah Henry
BAB 77 PAGI HARI Henry mabuk berat setelah menghabiskan satu botol besar wine yang cukup keras. Henry bukan cuma terus mengeluhkan kepalanya yang berputar, dia juga terus bergumam menyebut-nyebut istrinya. "Istriku!" "Aku bukan istrimu!" Livie kembali memukul kepala Henry yang bandel. Bukannya menyerah Henry malah langsung menangkap pinggang Livie untuk dia seret sampai ikut jatuh ke ranjang. "Jangan pergi!" "Henry lepaskan aku!" Livie berusaha meronta karena pinggangnya terus dipeluk kencang. "Aku rindu ...." Henry terus merancau."Sangat rindu ..." Livie terkejut melihat Henry menenggelamkan wajah ke perutnya, meringkuk seperti anak anak yang sangat sedih. Livie semakin heran melihat punggung Henry bergetar, sepertinya dia menangis. "Henry kau menangis?" Livie berhenti meronta untuk membelai kepala Henry yang masih tengelam dengan napas menggigil nyeri. "Kau merindukan seorang wanita?" "Aku merindukanmu ... " Henry semakin bergumam tidak jelas. "Sangat merindukanmu sampai d
BAB 242 MELANJUTKAN HIDUPAkhirnya musim gugur, hampir empat bulan sejak Mia kehilangan Zontus serta ibunya Helena. Mia terlihat jauh lebih baik, lebih sehat dan ceria, meski isi hatinya tetap tidak ada yang tahu.Mia dan Theo kembali berteman dekat dan berkomunikasi lagi seperti dulu. Theo juga sering datang mengantarkan makanan dengan mengetuk pintu. Kadang mereka membuat makan malam bersama dan pergi ke taman saat akhirnya pekan.Kali ini Theo mengantar Mia pergi ke Hampton untuk acara bayi Henry dan Livie. Hampir semua keluarga besar Mia ikut datang. Geby beserta kelima putri kembarnya dan anak-anak mereka yang ramai. Brandon, Lily serta anak-anak keluarga Lington termasuk Jacob dan bayi mereka yang berambut merah.Hanya Anelies yang tidak bisa ikut datang, tapi dia menitipkan hadiah spesialnya pada Jeny dan Pangeran Albany."Ini hadiah dari Ane untuk Leon."Akhirnya Henry memberi nama Leonel Loghan seperti permintaan Aron yang tidak bisa dibantah."Sampaikan ucapan terimakasihku
BAB 241 MENJALANI HIDUP Mia masih sangat muda dan labil, bisa bertindak ceroboh dalam kondisi tidak stabil. Sebelum pergi dari rumah peternakan, Anelies terus mengingatkan adiknya agar tidak pernah putus asa. "Waktu adalah kesempatan dengan banyak pelajaran yang dapat menjadi penyembuh bagi hati dan jiwa yang sakit. Tidak boleh putus asa, hidup harus tetap dijalani seperti janji yang telah diambil sumpahnya!" Sebagai kakak perempuan, Anelies akan terus mengingatkan Mia lagi dan lagi sesering dia bisa. "Berjanjilah untuk kami semua!" Anelies meminta Mia untuk berjanji agar tidak menyakiti dirinya sendiri. "Aku berjanji tidak akan bertindak bodoh!" Mia bersumpah. Anelies memeluk Mia erat-erat sambil terus berbisik. "Kami semua mencintaimu!" Mia mengangguk kemudian balas memeluk Anelies yang berpamitan pergi bersama anakanak. Aneleis yang pergi paling terakhir dari rumah peternakan. Satu pekan setelah Anelies pergi Mia ikut kembali ke New York. ******* Walapun Mia telah be
240 MIA RINDUSatu Minggu setelah semua orang pergi meninggalkan rumah peternakan, Mia masih terlihat murung, belum memiliki aktifitas lain kecuali berdiam diri di dalam kamar. Mia sering menangis sampai pagi tanpa sedetikpun memejamkan mata.Sungguh Mia sangat rindu tapi tidak tahu harus mencari Zontus kemana. Patah hati karena ditinggalkan selamanya ternyata jauh lebih menyakitkan dari pada sakit hati karena cemburu dan pertengkaran. Ketika hanya sekedar bertengkar, paling tidak Mia masih memiliki kesempatan untuk melihat Zontus kembali. Sekarang Mia sudah tidak bisa dan tidak tahu harus menahan rindunya sampai kapan.Mia semakin sedih karena satu buah kenangan foto pun dia tidak punya. Kadang Mia juga sangat takut bagaimana jika nanti dia lupa dan semua ingatannya tentang Zontus menghilang seolah mereka memang tidak pernah ada. Mia benar-benar bisa gila jika terus seperti ini."Mia apa kau sudah bangun?" Suara Mara mengetuk pintu kamar Mia dari luar."Masuklah, Mom."Begitu mendeng
BAB 239 KEKHAWATIRAN SEMUA ORANGMia bukan cuma telah kehilangan Zontus, dia juga baru tahu jika Helena adalah ibunya. Tapi dari semua kepedihannya, Mia paling sedih karena dia dan Zontus berpisah dalam kondisi sedang marah, bahkan Mia mengusirnya pergi.Sebuah kesalahan pahaman yang pastinya juga sulit untuk Zontus jelaskan dalam kondisi seperti kemarin. Zontus bersikeras tetap pergi karena Helena memang harus dia selamatkan. Sekarang mereka berdua sudah sama-sama tidak ada, Zontus pergi menyusul Helena.Penyesalan memang sering kali datang terlambat. Sekarang Zontus benar-benar pergi dan rasanya Mia ingin gila. Sejak kemarin Mia hanya duduk di balkon kamar, diam melihat jauh ke garis hutan tanpa mau berkumpul dengan keluarga yang lain. Keluarga Mia sedang berkumpul, bahkan Kai juga kembali datang bersama istri serta anak-anaknya untuk Mia."Semua akan berlalu dia akan baik-baik saja." Emillie berusaha menenangkan ibunya meski sebenarnya dua juga khawatir dengan kondisi Mia. "Mia
238 KEPERGIAN ZONTUSSetelah suara retakan kubah magma disusul ledakan dahsyat, elang api keluar dari puncak gunung dengan langsung merentangkan sayap lebar. Tiap helai dari bulu elang raksasa itu berkobar jingga, wujudnya benar-benar mengagumkan. Gerald terus berdiri takjup karena tidak menyangka dirinya bakal menjadi saksi dari kebebasan elang api yang telah ribuan tahun bersemayam dalam belenggu. Elang api sudah terbebas, dia terbang lenyap ke angkasa. Saat itu juga Gerald langsung berlutut untuk pengorbanan rajanya. Gerald terus berlutut hingga gemuruh di pungcak gunung api itu kembali mereda tapi jantung Gerald tetap berdebar kencang.Sungguh Gerald juga masih gemetar melihat pengorbanan Zontus untuk meraka semua. Meski Gerald tidak menyangka akan berakhir seperti ini. Tapi Zontus telah pergi membawa semua benda milik raja negeri Utara bersama tubuhnya, pedang perak, belati, permata bahkan darah milik raja tertua mereka.Setelah cukup tenang dan yakin semuanya telah usai, Ge
BAB 237 KING IN THE NORTH Sejak awal sudah benar tindakan Zontus dengan membekukan Latuza agar tidak mengacau, tapi dengan iseng Lana yang nakal justru membangunkannya. Kali ini giliran Gerald yang kembali mengacau karena tidak mau mendengarkan peringata Zontus untuk berheti ikut campur. Helena yang sudah berahasil lolos dari Latuza terpaksa harus ikut bertarung demi untuk menyeamatkan keturunannya.Mustahil jika Zontus tidak murka, peringatannya telah di abaikan dan sekarang tetap Zontus juga yang harus bertanggung jawab menyelesaikan semuanya segera. Zontus tidak memiliki pilihan lagi setelah melihayat Helena juga telah berkorban."Kalian telah mengacaukan segalanya!" Setelah berteriak lantang Zontus juga langsung melesat pergi dengan murka."Kupikir dia akan melenyapkan kita!" Theo yang bicara disisa atmosfer yang masih beku mencekamGerald juga masih syok karena dia pikir Zontus akan melenyapkan mereka bertiga, tapi ternyata tidak. Gerald, Jared, dan Theo sama-sama masih berd
BAB 236 AKHIR PERTARUNGANDalam kondisi panik terdesak, Latuza langsung melesat ke arah Jared berdiri seorang diri tanpa senjata dan tanpa perlindungan. Meskipun Jared seorang mutan tapi dia tetap bukan lawan sepadan untuk Latuza yang memiliki kemampuan sihir hebat. Haya dengan tatapan mata saja, Jared seketika lupa cara untuk lari dan bergerak. Jared tetap berdiri seperti orang linglung ketika Latuza mendatanginya dengan sangat cepat tidak terduga."Jared!" Gerald berteriak lantang, tapi seperinya dia sudah terlambat.Latuza sengaja menyerang jared untuk mengalihkan perhatian Gerald sekaligus membalas kelancangan musuh-musuhnya. Jared sama sekli tidak menghindar dari serangan Latuza. Tepat ketika Latuza ingin menelan kepala Jared dengan mulut terbuka lebar, tiba-tiba sebuah gelombang tidak kasat mata menerjang tubuh Jared sampai terpental jauh."Wanita terkutuk!" Latuza berteriak melengking pada penyihir berambut merah yang tibatiba sudah berdiri di hadapannya.Jared yang baru terpe
BAB 235 BEKERJA SAMA MENJEBAK LATUZAAnelies dan Emillie sedang duduk di balkon istana membicarakan buku tua Brandon Lington yang masih hilang."Ternyata buku itu berisi kumpulan ramuan sihir yang sangat kuno." Emillie memberitahu Anelies. "Papa yakin, dalam buku itu juga terdapat ramuan sihir yang dapat membebaskan kami dari darah immortal."Anelies jadi membayangkan jika Emillie, Gerald, dan putri mereka bisa mendapatkan kehidupan normal."Sayangnya buku itu hilang." Anelies ikut menyesal. "Seandainya aku bisa melihat siapa yang mengambilnya.""Gerald mencurigai Latuza, karena itu juga sekarang papa dan Gerald sedang bekerja sama memburunya."Pangeran Husain yang diam-diam mendengar pembicaraan mereka tidak berani bicara meskipun dia tahu, buku tersebut sudah dibakar oleh Zontus. Zontus beralasan jika buku tua itu adalah benda terkutuk, harus dimusnahkan, agar tidak kembali menciptakan bencana. Sebenarnya Husain juga tidak mengerti dengan semua tindakan Zontus yang sulit diprediksi.
BAB 234 SEMAKIN DEKATBegitu melihat Lana yang duduk membeku di lantai, Mia langsung sadar siapa pelakunya, karena memang cuma Zontus yang dapat membekukan mahluk apapun yang dia mau."Zontus!" Mia berpaling cepat untuk melihat ke sekeliling kamar.Zontus terlihat sudah berdiri di ambang pintu balkon kamar. Seketika dada Mia berdebar hangat, meledakkan kelegaan luarbiasa meski mahluk yang tidak tahu sudah sangat dia rindukan itu sama sekali tidak memiliki ekspresi menyenangkan.Zontus tetap kaku, dingin dan suka semaunya sendiri. Mia juga masih belum mengerti kenapa dia bisa memiliki persaan berdebar pada mahluk seperti Zontus. Yang Mia tahu, merindukan seseorang tanpa kabar ternyata sangat tidak enak. Mia sudah tidak tahan, dia langsung berlari memeluk Zontus lebih dulu. "Jangan membuatku rindu!" Mia menenggelamkan wajah ke dada hangat Zontus untuk dia hirup dalam-dalam."Jangan membuatku marah!" Zontus balas memeluk erat."Jangan membuatku cemburu!" Kali ini Mia mendongak pada le