VOTE YUK
Setelah berkeliling mencari Anelies, akhirnya Pangeran Serkan menemukan pelayannya Hulya yang masih mondar-mandir di teras belakang istana Zubair."Di mana istriku?" tegas Pangeran Serkan.Hulya sampai terpental mundur oleh keterkejutannya sendiri begitu melihat Pangeran Serkan yang sudah berapi-api dengan kemurkaannya."Kau bilang istriku sedang ada di ruang spa!""Oh, Tuanku ..." Hulya segera berlutut memohon ampun sambil terus ingin mencium kaki Pangeran Serkan. "Maafkan aku Tuan Muda ... maafkan aku ....""Bicaralah yang benar, karena seharusnya kau lebih paham apa hukuman untuk pendusta!"Pangeran Serkan tidak main-main karena bisa benar-benar kehilangan kesabaran menghadapi Hulya yang malah menangis."Dia pergi ke istana Tuan Husain dan sampai sekarang belum kembali ...""Apa maksudmu!" bentak Serkan langsung melotot pada Hulya."Dia yang bersikeras pergi, aku tidak bisa mencegahnya ..."Hulya Menangis dan terpaksa menceritakan semuanya karena takut Anelies celaka."Aku sangat ta
Hari sudah kembali pagi ketika Anelies terbangun dengan Bibi Hulya yang bantu menyeka tubuhnya dengan handuk hangat."Apa pangeran Serkan menghukummu?" tanya Hulya dengan tatapan prihatin dan cemas."Dia marah," cuma itu yang yang diucapkan Anelies tanpa menyebutkan detailnya.Hulya sangat prihatin dengan kondisi Anelies dan secara tidak langsung dia juga merasa bersalah. Meskipun gadis muda itu tidak mau bercerita tapi Hulya tetap bisa melihat semua jejak yang ditinggalkan Pangeran Serkan di sekujur tubuh Anelies."Aku tidak apa-apa Bibi."Hulya kembali menyeka dada Anelies yang penuh dengan jejak hisapan pria."Tengkuraplah biar kuseka punggungmu."Anelies mengikuti dengan patuh, gadis itu tengkurap pelan-pelan kemudian meletakkan kepalanya dengan posisi miring di atas bantal untuk menghindari tatapan Bibi Hulya. Ada cukup banyak bekas hisapan di sekujur punggung, mulai dari bahu kemudian turun menelusuri garis tulang belakang hingga ke pinggul dan sekitar paha. Anelies memiliki kuli
Setelah diberi waktu jeda istirahat selama satu hari satu malam tanpa di ganggu, Anelies tetap harus bersiap untuk mendapat hukuman. Sejak kemarin Pangeran Serkan memang belum membahas ulahnya sama sekali, tapi bukan berarti lelaki itu bakal hilang ingatan sampai lupa untuk menghukumnya.Berbagai jejak di kulit Anelies baru saja memudar tapi Anelies harus siap seperti nasehat Bibi Hulya untuk jadi gadis penurut agar Pangeran Serkan tidak semakin marah. Sejak kemarin Anelies juga tidak berani keluar kamar, dia cuma mengintip halaman luar dari jendela. Kemarahan Pangeran Serkan benar-benar masih membuat Anelies trauma. Nampaknya pria itu juga mulai kesal dengan Anelies yang tidak kunjung bisa menikmati hubungan sex mereka sementara Serkan butuh dipuaskan.Anelies mengetukkan ujung-ujung jarinya di bingkai jendela sambil terus berpikir dan menghitung detik-detik waktu hukumannya. Anelies juga tidak bisa menghentikan berbagai trauma yang semakin memadat di kepalanya. Anelies tidak ingin me
"Anda curang!" Anelies tetap menuduh.Tiba-tiba pangeran Serkan malah berdiri dan menunjuk Anelies dengan tegas. "Jangan berani-berani mencuri lagi dariku!" Andai saja Pangeran Serkan tidak memakai liontinnya setiap waktu mungkin sudah bisa Anelies curi dari dulu.'Pangeran yang licik dan curang!' gemas Anelies dalam kepalanya.Pangeran Serkan juga langsung pergi mengabaikan kekesalan Anelies yang setalah itu malah tidak sengaja melihat ke arah Putri Kalifa.Putri Kalifa sedang berada di balkon kamarnya, agak berjauhan tapi Anelies baru sadar jika dari tadi mereka sedang diperhatikan. Walaupun Pangeran Serkan sudah tahu mata Putri Kalifa telah sembuh, tapi dia tetap memakai satu penutup mata di hadapan semua orang. Yang Anelies heran kenapa kemarin tidak kedua matanya sekalian yang tersiram air panas."Jangan pikir aku tidak tahu kau suka memandangi Pangeran Serkan!" gumam Anelies dengan nada ketus meski omelannya cuma didengar oleh angin.Anelies tidak suka dengan Putri Kalifa, dia s
Yang Mulya Seika sedang mengajak Putri Kalifa untuk menemaninya minum teh dan menikmati beberapa biji kurma di pagi hari. Sejak teh di cangkir mereka dituangkan hingga hampir dingin, Putri Kalifa belum menyentuhnya sama sekali."Syarfi akan membantu kita, Serkan akan segera menikahimu!" Yang Mulya Seika sudah berulang kali menghibur keponakannya yang nampak murung sejak kemarin."Apa itu tidak terlalu lama dan Pangeran Serkan sudah lebih dulu mendapatkan anak laki-laki dari Serena?" Putri Kalifa berpaling untuk menatap bibinya. "Aku tidak mau hanya menjadi selir.""Aku dan Syarfi sedang mencari akal agar Serkan mau mengeluarkan dokumen-dukumennya dari brankas."Yang Mulya Seika masih berusaha menjelaskan rencananya dengan Syarfi ketika tiba-tiba Putri Kalifa memotong."Aku tidak keberatan melahirkan anak laki-laki untuk Pangeran Serkan seperti cara, Bibi.""Apa maksudmu?" Jelas sekai jika yang Mulya Seika terkejut mendengar keponakannya bicara seperti itu."Aku pernah mendengar pembica
Anelies diberi pakaian panjang dengan tudung kepala dan cadar, persis seperti pakaian yang sering dipakai Syarfi. Semua serba hitam sangat kontras dengan pakaian para laki-laki yang putih bersih. Jika masyarakat barat dan sebagian besar belahan bumi lainya suka memakai kemeja atau jas dalam pertemuan resmi, mereka suka memakai jubah putih. Para laki-laki juga akan dianggap nampak lebih berkarisma dan keren dalam balutan pakaian panjang tersebut.Pangeran Serkan berjalan memasuki lobi megah gedung dengan rombongan pria-pria bertubuh tinggi besar berpakaian putih seragam. Sebagian dari mereka adalah ajudan istana, sebagian lagi asisten dan jurnalis khusus kerajaan yang memang bertugas meliput serta mendokumentasikan semua kegiatan Pangeran Serkan. Baru kali ini juga Anelies dibawa tampil di depan publik meski cuma sedang berperan sebagai orang lain.Rombongan kerajaan juga terlihat menarik perhatian publik begitu keluar dari barisan mobil pengawal dan menyeruak masuk ke dalam gedung . Se
"Jangan mengigit!" Serkan memperingatkan Anelies yang tidak mau diam sementara mereka masih berjalan di lorong dan siapapun bisa melihat tingkah konyolnya.Omar sudah berjalan lebih cepat di depan untuk membukakan pintu kamar."Selidiki semua pengawal yang tadi menjemputnya!"Serkan memberi perintah pada Omar yang langsung mengangguk patuh dan permisi pergi.Pangeran Serkan juga langsung membawa Anelies masuk ke dalam kamar, menjatuhkan tubuh Anelies ke atas ranjang sampai agak terhempas keras karena ulahnya yang tidak mau diam."Kau tampan, Pangeran Serkan ..." Anelies masih melingkarkan lengan ke leher Pangeran Serkan tidak mau dilepas."Akan kuambilkan air minum dulu untukmu." Serkan masih khawatir Anelies salah makan sesuatu yang beracun.Anelies malah menggeleng kemudian menempelkan dada dan bangkit lagi untuk menjilat sisi leher lelakinya. "Aku tidak haus, aku ingin dipeluk erat-erat," rengek Anelies persis anak-anak yang rewel tapi sudah berani menjilati lelaki dewasa.Mau tidak
Begitu kembali ke istana Zubair, Pangeran Serkan segera pergi menemui ibunya untuk meminta maaf karena kemarin tidak bisa datang. Pangeran Serkan terlihat berjalan dengan langkah kaki cepat melalui lorong istana Zubair. Beberapa pelayan yang berpapasan dengannya terlihat diam-diam memperhatikan. Tidak biasanya Pangeran Serkan memakai jubah dengan krah tinggi seperti itu.Sebenarnya masing-masing wilayah memiliki ciri khasnya sendiri dalam berpakaian. Orang-orang Saudi Arabia akan memakai jubah dengan krah tinggi disertai manset di bagian lengan, orang Maroko juga hampir sama tapi bagian lehernya agak longgar, untuk di Uni Emirat mereka tidak memakai krah tinggi tapi memiliki rumbai tali panjang di bagian depan, kurang lebih seperti itu juga yang biasa dipakai Pangeran Serkan, bedanya hanya tidak berumbai.Hari ini Pangeran Serkan sengaja memakai jubah berkerah tinggi dan rapat untuk menutupi jejak di sisi lehernya yang telah dibuat Anelies tadi malam. Pangeran Serkan langsung masuk ke
BAB 56 IKUT BERTEMPURSetelah menandatangi kerjasama militer dengan Raja Khaleed, Yang Mulya Serkan menyampaikan pidatonya di hadapan seluruh media serta tamu undangan penting yang ikut hadir menyaksikan pertemuan penting tersebut. Pertemuan penting yang akan menjadi bagian dari sejarah kemajuan peradaban militer di masa depan.“Penandatanganan perjanjian kerjasama jangka panjang ini mengkonfirmasi ketahan hubungan antara dua negara yang dibangun di atas kepercayaan, dibentuk oleh sejarah, dan didorong oleh visi bersama kami tentang masa depan yang penuh peluang, inovasi, dan kemakmuran berkelanjutan.”Gemuruh tepuk tangan diberikan untuk keberanian Yang Mulya Serkan yang juga telah mengkonfirmasi keikut sertaan negaranya untuk mengirim pasukan tempur guna menghentikan agresi militer. Ditengah semua orang yang sedang bertepuk tangan Putri Sofia justru sedang diliputi rasa tegang. Putri Sofia melihat babanya yang sangat pemberani, tanpa gentar meletakkan dirinya di garda paling depan
BAB 55 PERTARUNGAN Beruntung para tentara relawan sudah cukup waspada, setiap malam mereka sengaja hanya menyalakan lilin di dalam tenda kemudian tidur di balik barisan bukit kecil di seberang sungai. "Brengsek!" Kemal mengumpat keras. "Mereka benar-benar datang!" Ketika serangan udara datang menghujani seluruh camp dengan berbagai peluru misil, para tentara relawan cuma menyaksikan gemuruh ledakan itu dari lereng bukit. Kilat api terlihat berkobar dari jejak ledakan menggelegar. Asap pekat bercampur pasir gurun membumbung ke langit gelap. Benar-benar gempuran yang brutal, kemal dan yang lain yakin mereka tidak mungkin akan selamat bila masih berada di camp. Sehebat apapun bala tentara musuh dan persenjataan mereka. Pertolongan dari langit tetap bisa tiba-tiba datang untuk mereka yang diberi keberuntungan. Kemal dan seluruh kawannya selamat tanpa ada yang terluka. ******* Putri Sofia sedang duduk seorang diri di sofa balkon kamarnya, langit malam mulai ditumbuhi percikan bi
BAB 54 MENYERANG KAWAN SENDIRIKelopak mata Dokter Faiza perlahan terbuka sayup, kepalanya terasa berat, dan napasnya masih tersengal sesak oleh sisa endapan asap. Dokter Faiza pingsan akibat terjebak di tengah tenda yang sedang terbakar, dia menghisap terlalu banyak asap karbon. Tapi beruntung wanita cantik berhati malaikat itu masih selamat dari tragedi mengerikan.Kondisi Dokter Faiza masih sedikit linglung, ranjang empuk di bawah tubuhnya terasa asing, bau antiseptik di sekelilingnya menusuk sangat keras. Setelah mengerjap pelan, Dokter Faiza baru sadar bila dirinya telah berada di kamar rumah sakit. Tangan kiri Dokter Faiza dipasangi infus, dia juga mendengar suara langkah kaki dari luar dan tidak lama kemudian pintu terbuka."Anda sudah sadar?" Seorang perawat wanita menghampiri Dokter Faiza."Apa yang terjadi?" Dokter Faiza benar-benar bingung dengan kondisinya."Anda pingsan karena menghirup terlalu banyak asap kebakaran." Perawat wanita menjelaskan."Bagaimana dengan camp rel
BAB 53 SERANGAN TIBA-TIBA Kurang lebih lima belas mil dari perbatasan kota yang dijaga ketat oleh pasukan tentara musuh, tenda relawan medis berjejer di dekat hilir sungai. Tenda-tenda tersebut sengaja di pindahkan ke dekat tepian sungai agar diam-diam bisa mempermudah penyelundupan para tawanan untuk mendapat pertolongan.Setelah lebih dari enam bulan para tim relawan dikirim ke medan pertempuran, sepertinya mereka cuma semakin tersingkir jauh dari kota yang telah di duduki oleh pihak musuh. Pihak musuh menerbitkan larangan keras bagi siapapun untuk memasuki kota. Penduduk sipil yang masih terjebak di tengah kota sebagian menjadi sandera dan sebagian besar dalam kondisi memprihatinkan, terutama wanita dan anak-anak.Setiap hari gelap para relawan militer akan menyelinap melalui jalur sungai untuk membawa korban terluka dan membebaskan sandera. Kamp para tentara relawan juga terletak tidak jauh dari tenda tim medis agar memudahkan akses bagi mereka untuk saling membantu dan berbagi
BAB 52 HARUS PATUHPutri Sofia yang baru kembali dari asik berlibur langsung dibuat terkejut melihat Hamna sudah menunggunya di Istana Zubair."Apa yang kau lakukan di sini?""Pangeran Al-Waleed mengirim saya untuk menjaga Anda, Putri Sofia.""Mustahil!" Putri Sofia tidak percaya. "Pangeran Al-Waleed telah mengembalikan mu!""Silahkan Anda bicara sendiri dengan Pangeran Al-Waleed."Saat itu juga Putri Sofia menghubungi Pangeran Al-Waleed melalui telepon. Setelah tiga kali nada sambung, Pangeran Al-Waleed langsung menyambut dengan ucapan salam keselamatan dengan nada lembut."Kenapa Hamna ada di Istana Zubair?" Putri Sofia yang sedang terburu emosi langsung menerjang dengan pertanyaan lantang tanpa membalas ucapan salam."Aku yang mengutusnya untuk menjagamu." Pangeran Al-Waleed masih berusaha tenang dengan sikap dewasa."Aku sudah punya Zahra, aku tidak butuh pengawal lagi." Sofia menolak. "Aku tidak suka dengan pengawal yang Anda kirim!""Suka atau tidak suka, kau tetap harus dija
BAB 51 PERTEMPURAN AKAN KEMBALI DIMULAI "Ternyata Putri Sofia pergi berlibur dengan Pangeran Yusuf." Abdul langsung melapor pada Pangeran Al-Waleed. "Darimana kau mendapat informasi itu?" Pangeran Al-Waleed melempar tatapan tajam pada pengawalnya. "Pangeran kecil itu yang baru bercerita." Abdul dan Pangeran Al-Waleed memperhatikan Pangeran Habibi yang masih duduk sendirian. "Tidak mungkin anak-anak akan berbohong" Abdul melanjutkan. "Dia juga memberitahu jika Putri Sofia menyimpan banyak foto Pangeran Yusuf." Telinga Pangeran Al-Waleed semakin terbakar, rongga dadanya bergemuruh hebat dengan rasa panas. "Kembali kirim Hamna untuk mengawasi Putri Sofia!" ****** Terlepas dari hati Putri Sofia yang masih bimbang dan perasaan Pangeran Yusuf yang belum bisa terbalas, mereka tetap harus menjadi saudara yang saling menyayangi. "Apapun yang bakal terjadi aku tidak ingin hal tersebut merubah hubungan kita." Yusuf menggenggam tangan Putri Sofia. "Ya?" Putri Sofia mengangguk
BAB 50 SOFIA & YUSUFSetelah berpisah di savana dengan perasaan cemas, Pangeran Yusuf benar-benar tidak bisa berhenti memikirkan Putri Sofia, apa lagi setelah itu Putri Sofia juga tidak turun untuk makan malam. Pangeran Yusuf sangat takut telah bertindak ceroboh.Dalam pikiran Yusuf, Putri Sofia tetap gadis muda yang masih sangat polos, belum pernah tersentuh oleh laki-laki. Seharusnya Yusuf tidak tergesa-gesa. Sekarang Yusuf merasa sangat bodoh karena tidak dapat menahan diri."Dimana Sofia?" Emillie yang bertanya dimeja makan."Sepertinya dia kelelahan setelah berkuda." Mara yang menjawab. "Zahra sudah mengantar makan malam Sofia ke kamar."Meski tahu penyebabnya, Pangeran Yusuf tidak berani ikut bicara.Sampai larut tengah malam Yusuf melihat kamar Putri Sofia masih terang benderang, tapi Yusuf tidak berani mengusik. Sekedar mengirim pesan pun Pangeran Yusuf tidak berani.Sepanjang malam itu sebenarnya Putri Sofia dan Pangeran Yusuf sedang sama-sama tidak bisa tidur. Sampai lewat
BAB 49 PUTRI SOFIA BERLIBURPutri Sofia mengirim pesan kepada Pangeran Al-Waleed bahwa dirinya tidak bisa datang ke Istana Tamir.[Maaf Pangeran Al-Waleed, saya tidak bisa hadir ke pesta ulangtahun Anda karena mendadak harus menjenguk kakekku]Kakek berarti keluarga dari ibu Putri Sofia. Pangeran Al-Waleed tidak banyak bertanya karena selama ini Yang Mulya Serkan diketahui sangat privat merahasiakan keluarga istrinya.[Semoga kakek Anda diberi kesehatan dan selalu dilimpahi keberkahan, Putri Sofia]Pangeran Al-Waleed membalas pesan dari Putri Sofia dengan sebuah doa seperti adab pria terhormat. Pangeran Alwaleed berpikir kakek putri Sofia pasti sudah jompo dan sakit sakitan.*********"Jared apa kau bisa diam sebentar saja!" Mara berteriak pada suaminya yang sudah kembali berada di atas punggung kuda."Aku hanya ingin mengajak anak-anak berkeliling di perbukitan."Jared mengajak Pangeran Yusuf, Putri Sofia, Pangeran Rasyid, dan tentunya Lana yang tidak mau ketingalan sebagai pasukan h
BAB 48 PILIHAN PUTRI SOFIAEmillie dan Gerald datang berkunjung ke Istana Zubair karena kebetulan mereka sedang berada di timur. Gerald bertemu dengan Yang Mulya Serkan untuk membicarakan masalah pertempuran yang semakin memanas. Sementara itu Emillie pergi menemui Anelies karena tidak mau ikut campur urusan laki-laki.Emillie bukan cuma terkejut karena melihat tingkah Pangeran Al-Waleed yang mengirim begitu banyak kotak kado merah muda, Emilie juga terkejut mendengar putri Sofia demam tinggi karena tekanan stress."Aku bukan cuma takut Sofia jatuh sakit, aku paling takut bila dia kembali nekat kabur." Anelies mengungkapkan kerisauannya pada Emillie. "Aku hanya menginginkan kebahagian untuk Sofia, tapi Yang Mulya Serkan dan seluruh negeri ini pasti juga menginginkan putri kami bersama pria yang setara dengannya."Artinya Sofia tetap tidak bisa bersama sembarangan laki-laki, pernikahannya tetap harus di atur oleh keluarga kerajaan. "Sepertinya Putri Sofia cuma perlu berlibur." Emil