Begitu mendengar putrinya sedang hamil, Tobias langsung menyusul ke Scotland hari itu juga dengan membatalkan banyak pertemuan penting. Tobias adalah pria yang sangat sibuk dan membesarkan seorang anak gadis banyak ulah seorang diri juga benar-benar berpotensi meningkatkan stres.Kali ini Tobias sengaja tidak memberitahu Jane mengenai kehamilan Jeny. Tobias khawatir Jane tidak akan setuju dengan ide aborsi. Apapun yang terjadi Tobias tidak mau anak gadisnya hamil, Jeny masih terlalu muda dan tentu saja Tobias tidak mau putrinya hamil darah daging dari Pangeran Albany.Ketika Tobias sampai di kediaman keluarga Lington, ternyata Geby sudah ada di sana. Jeny terlihat sedang menangis di pelukan Geby. Jeny juga mendengar suara papanya yang sudah datang dan pastinya sangat marah."Aku sangat takut."Geby tetap ibu terbaik bagi Jeny meskipun sekarang dia tahu telah memiliki Jane."Tenang aku akan bicara dengan Tobias."Tobias langsung menerobos masuk, sama sekali tidak menghiraukan peringatan
"Kau lagi?" Selir Kumaira kembali heran ketika melihat Sanaz mengantarkan minuman. "Di mana pelayanku?""Dia masih sakit dan belum bisa bekerja." Sanaz menjawab pelan sambil sedikit merunduk.Pangeran Hasan yang sedang duduk di depan ibunya ikut memperhatikan Sanaz."Siapa namamu?""Saya Sanaz, Pangeran.""Berapa umurmu?""Dua puluh lima, Pangeran."Sanaz memang terlihat masih sangat muda dan tentu saja cantik meski penampilannya sederhana nyaris tanpa makeup."Pergilah!" usir Selir Kumaira yang tidak suka melihat putranya memperhatikan pelayan. "Panggil kepala pelayan untuk menemuiku!"Sanaz langsung permisi untuk pergi dengan mengucapkan salam. Pangeran Hasan juga masih memperhatikan sampai punggung Sanaz menghilang di balik pintu."Ingat dia hanya pelayan." Selir Kumaira melirik putranya."Dia masih sangat muda untuk bekerja di dapur."Pangeran Hasan masih berumur tiga puluh lima tahun, memiliki dua orang istri yang masing-masing tinggal terpisah. Setelah kematian Pangeran Sofyan da
Setelah Selir Kumaira pergi ke resort, siang itu juga Sanaz segera mencari kesempatan untuk menyelinap masuk ke dalam kamar Selir Kumaira. Sanaz coba menemukan laci penyimpanan sesuai petunjuk Maryam.Menurut Maryam ada laci tersembunyi di balik bingkai cermin. Sanaz menghampiri cermin besar di sisi dinding kemudian menggesernya pelan-pelan. Ternyata benar ada sebuah ruang rahasia di balik cermin tersebut. Ada semacam kotak kecil yang memiliki banyak laci, ketika Sanaz membukannya ternyata terdapat cukup banyak kunci di laci tersebut.Sanaz sempat bingung, tapi untung dia segera ingat dengan kunci bermotif segitiga yang pernah di jelaskan Maryam. Selama ini Maryam sering diam-diam memperhatikan kunci banker yang dipakai oleh Selir Kumaira. Begitu menemuka benda yang dia cari Sarah segera menyeyelipkannya ke dalam saku dan buru-buru keluar.Sanaz kembali berhasil dengan sangat lancar, dia tidak terlihat oleh siapapun karena penjagaan di Istana Kumaira jadi sedikit longgar ketika Selir K
Sanaz biasa tinggal di belahan timur, musim dingin di sana tidak pernah sebeku air sungai yang kali ini membuat syaraf tubuhnya mengejang. Tobias sudah berhasil menarik gadis muda itu ke tepi sungai tapi Tubuh Sanaz mulai kram dan giginya mengeras kaku disertai kesulitan bernapas. "Sial!" umpat Tobias yang sadar jika Sanaz bakal mengalami hipotermia.Tobias segera membopong tubuh Sanaz kembali ke dalam mobil. Meski mobilnya dilengkapi pemanas tapi pakaian basah Sanaz membuatnya tidak terlalu berguna. Sanaz terus meringkuk menggigil gemetaran di kursi belakang sementara Tobias segera menjalankan mobilnya untuk mencari tempat singgah. Pakaian Tobias juga basah, tapi dia sudah terbiasa dengan suhu dingin.Setelah lima belas menit perjalanan, Tobias melihat plang motel di pinggir jalan yang lampu neonnya sudah menyala karena kabut. Tobias segera menepikan mobilnya dan berhenti di plataran parkir. Tidak lupa Tobias mengunci mobilnya sebelum pergi keluar untuk mencari penjaga motel. "Aku
"Aku sudah tidak menginginkanmu!" kemudian Jeny meraba perutnya yang masih rata. "Aku juga tidak menginginkan anakmu ada di perutku!" "Kau hanya berdusta!" Pangeran Albany langsung kembali menyambar bahu Jeny untuk dia dorong lagi sampai terbaring. Jeny berbaring pasrah di bawah naungan tubuh Pangeran Albany yang sedang meregang kaku. "Kau memang hanya bisa memaksakan keinginanmu!" Sepertinya Pangeran Albany tidak perduli dia tetap merampas bibir Jeny yang masih mengomel. Jeny melawan dengan beberapa gigitan tapi tetap diabaikan. Ketika Jeny lengah Pangeran Albany langsung menghisap bibir Jeny sampai suara hisapannya terdengar seperti kenikmatan lezat. Jeny tidak dapat menolak, termasuk ketika pakaiannya mulai disinsingkan dan celananya ditarik turun. "Ethan!" Jika sudah mulai panik Jeny akan mulai ikut terdesak untuk memanggil pemuda itu sebagai Ethan Landon. "Hentikan!" Jeny melihat Pangeran Albany juga mulai membuka kancing celananya sendiri, mengurainya dengan cepat. 'Oh,
Meskipun sedang disekap di dalam kamar yang nyaman dan diberi makanan jauh lebih baik dari pada di banker, tapi Maryam tetap mengamuk tidak terima."Kalian licik! kalian jahat!" Maryam terus menggedor pintu kamar tempat dirinya disekap. "Kalian semua akan mendapat karmanya dan membusuk di neraka!"Bibir Maryam memang paling lihai untuk mengumpatkan berbagai kutukan. Kebenciannya bukan cuma telah mendarah daging tapi juga telah mengambil alih semua pengendalian syarafnya."Aku tidak akan mengeluarkanmu sampai kau bisa diajak bekerja sama!"Setelah semua penderitaan hidupnya, Maryam telah tumbuh menjadi pribadi yang keras dan tidak akan mudah untuk mempercayai orang lain."Putraku akan datang untuk menyelamatkanku dan membalas kalian semua!"Sampai saat ini Maryam masih belum tahu jika justru Pangeran Albany yang menyuruh Omar untuk menyekapnya."Kau hanya tinggal mengatakan di mana kau menyimpan bukti pernikahanmu dengan Pangeran Rasyid agar Yang Mulya Serkan juga dapat memberikan semu
"Tidak perlu terus kau tanya padaku, tanyakan saja pada ibumu kenapa waktu itu dia tidak pilih melakukan aborsi untuk membunuhmu di dalam perut!"Jeny langsung terdiam untuk menatap pemuda di hadapannya. Memang benar karena jika sedikit saja Jene berubah pikiran pasti ceritanya juga akan sangat jauh berbeda."Kurasa ibumu memiliki lebih banyak alasan untuk melakukan aborsi tapi dia pilih mempertahankan kehamilannya untuk memberimu kehidupan!"Jeny masih belum bersuara, dadanya seperti dihantam nyeri mendengar ucapan seperti itu."Aku tidak peduli omong kosong apa yang diajarkan Tobias Harlot padamu! Aku tidak akan membiarkan kalian membunuh anakku!"Saat itu Jeny baru sadar jika dia juga sedang berhadapan dengan pria yang sangat keras."Aku juga akan tetap menikahimu, terserah kau suka atau tidak!"Sejak awal Pangeran Albany memang tidak pernah keberatan untuk menikahi Jeny meskipun dia sendri masih sangat muda. Sebaliknya Jeny juga sangat keras menentang komitmen pernikahan, kehamila
Tubuh Tobias sudah lemas di dasar kolam ketika Sanaz berenang menghampirinya dan segera menyeret tubuh pria besar itu untuk dia bawa menepi. Sanaz terus mempertahankan kepala Tobias agar tetap berada di permukaan air sambil terus dia seret. Meski Sanaz sudah terlatih dalam penyelamat ketika berada di pendidikan militer, tapi tubuh pria dewasa tetap cukup berat ketika harus dia naikkan seorang diri ke tepi kolam.Sanaz terpaksa keluar dari air terlebih dulu kemudian menarik bahu Tobias dari tepi kolam. Pria tinggi besar itu masih pingsan, otot yang lemas membuatnya semakin terasa berat. Sanaz yang juga belum makan samasekali sejak kemarin harus mengerahkan seluruh tenaga untuk bisa menariknya. Setelah susah payah akhirnya Sanaz berhasil mengeluarkan tubuh Tobias Harlot dari dalam air dan menimpa sebagian tubuhnya yang merosot lemas.Sanaz segera menarik tubuhnya yang tertindih untuk memeriksa pernapasan Tobias Harlot, Sanaz menempelkan telinga ke hidung serta bibir, kemudian dadanya. To
BAB 199 MENCULIK LANALana sedang duduk bermain ponsel barunya sambil menunggu Kai yang sedang sibuk menelpon. Tiba-tiba seekor Lycan menghampirinya."Ponselmu bagus.""Ya, ini baru!" Lana memamerkan sampul cantiknya. "Aku suka Daisy Duck!""Apa kau ingin bertemu Daisy Duck?" Theo membujuk Lana. "Hari ini ada pertunjukan di Disneyland!""Wao!" Mata Lana langsung berbinar. "Bagaimana aku bisa ke sana?""Aku punya dua tiket jika kau mau ikut?""Ya ... Ya... Aku mau!"Lana langsung bersemangat kemudian menoleh Kai yang masih fokus menelpon."Jangan sampai dia tahu!" Lana sendiri yang menyarankan untuk menyelinap kabur sembunyi-sembunyi.Walaupun dapat mencium aroma darah lycan di tubuh Theo, tapi Lana bisa merasakan jika pemuda itu lycan yang baik. Seandainya bukan Theo yang diberi tugas untuk menculik Lana pasti gadis nakal itu tidak akan mau ikut segampang itu.Lana terus berjalan mengekor di samping Theo yang menarik lengannya. Mereka pergi bertiga tapi Lana kurang suka dengan lycan
BAB 198 MASIH MENJADI MISTERIMia keluar dari ruang kuliah, pergi ke halaman parkir, tapi tidak melihat Zontus di manapun. Mia coba memeriksa pesan, ternyata Zontus juga belum kembali mengirim pesan. Setelah menunggu beberapa saat dan Zontus tidak juga muncul, akhirnya Mia pulang sendiri. Meski sudah sore tapi sinar matahari masih panas terik. Walaupun Mia bisa pulang ke apartemennya dengan berjalan kaki menyebrangi taman, tapi akhirnya Mia pilih mengunakan taksi. Mia enggan bertemu Lycan yang berkeliaran, karena sampai sekarang Mia masih belum terbiasa dengan aroma darah busuk.Tiba-tiba dalam perjalanan puang itu Mia teringat Theo, sudah lebih dari dua minggu mereka tidak pernah berkomunikasi. Theo juga tidak terlihat mengirim pesan atau mengirim status baru di media sosial miliknya. Dalam hati Mia cuma bisa berdoa semoga pemuda itu baik-baik saja, karena rasanya Mia juga belum bisa membatu Theo selama dia masih terus mual dan muntah cuma untuk sekedar berdekatan.Begitu sampai di
BAB 197 DARAH MURNI RAJA NEGERI UTARA.Latuza benar-benar tidak bisa menyentuh Gerald, darah murni di tubuh pemuda itu terlalu kuat. Sepertinya Latuza memang tidak akan bisa mengunakan pengaruh sihirnya, dia harus bisa membujuk Gerald. Latuza kembali mebangunkan Gerald.Begitu Gerald kembali membuka mata dia melihat Latuza sedang duduk menunggu di samping ranjang dengan wijud sangat cantik."Apa yang kau ingnkan?" Gerald yang bertanya."Aku menginginkanmu!" Latuza mendekat.Gerald reflek menjauh karena aroma Latuza yang anyir membuat mual. Semula Gerald juga tidak manyangka aroma Latuza bakal sebusuk ini. Semakin ular betina itu berganti kulit dan kenyang dengan mangsa, maka aromanya akan semakin busuk bagi indra penciuman yang peka seperti Gerald."Akan kuberikan segalanya asal kau mau menjadi lelakiku.""Kau memangsa para penyihir!" Gerald juga langsung menatap Latuza dan terus menjaga jarak waspada karena Gerald benar-benar tidak suka."Jangan takut padaku, aku tidak akan menyakiti
BAB 196 TERTANGKAPTidak ada yang tahu jika Gerald telah tertangkap oleh Latuza. Walaupun Latuza tidak bisa menyentuh tubuh Gerald, tapi ular wanita licik itu pasti akan terus mencari akal untuk bisa menguasai keturunan dari raja negeri Utara."Oh, Tuhan!" Emillie tidak sengaja menjatuhkan gelas kristal yang akan dia berikan pada Anelies. Selain bertugas menjaga Anelies dari incaran para Lycan, Emillie juga harus memastikan semua makan Anelies terhindar dari sihir wanita ular."Kenapa denganmu?" Anelies buru-buru menghampiri adiknya."Tiba-tiba aku memcemaskan Gerald.". Emillie masih berdiri syok dengan dada berdebar."Dia akan pulang!" Anelies menenangkan Emillie."Aku melihatnya kembali." Anelies juga sangat yakin."Semoga Gerald kembali seperti yang kita semua inginkan." Jantung Emillie masih berdebar tapi dia juga harus selalu ingat jika mereka semua memang sedang berjuang.Mereka semua telah membagi tugas masing-masing untuk bisa berhasil. Yang Mulya Serka bertugas membujuk apara
195 DARAH MURNI DARI UTARAWalaupun tersembunyi ditengah kerumunan para penyihir, Latuza tetap langsung mengenali darah murni yang mengalir di tubuh Gerald."Siapa namamu?""Gerald!"Tapi nama Gerald benar-benar asing untuk latuza. Selama ini Latuza memang tidak pernah tahu jika raja negeri Utara masih memiliki keturunan yang lain, pemuda berdarah murni yang juga memiliki wajah rupawan seperti leluhurnya.Diam-diam Latuza tersenyum dan langsung menoleh pada para lycan untuk memberi perintah. "Bawa di ke istanaku!"Tiga pria bercincin hitam menghampiri Gerald, salah satunya adalah Theo."Ikut dengan kami!"Gerald berjalan patuh mengikuti perintah mereka. Gerald dipisahkan dengan para penyihir untuk dibawa ke istana Latuza.Theo terus ikut mengantar Gerald tapi mereka tidak saling berkomunikasi sama-sekali. Sebenarnya ini juga kali pertama Theo melihat istana Latuza. Selain simbol tiga bintang bersusun, di pintu gerbang istana Latuza juga terdapat simbol ular yang melilit tongkat.Ula
BAB 194 MENYELINAPDiam-diam Theo juga memantau keluarga Jhony. Sudah beberapa hari Theo memperhatikan aktifitas putri Jhony. Julie bekerja di dua tempat, biasanya Julie akan berangkap pagi untuk bekerja di sebuah restoran kecil sampai sore, gadis itu cuma istirahat sebenatar kemudian pergi lagi untuk bekerja malam sebagai kasir minimarket dua puluh empat jam.Bekerja malam memang kondisinya lebih sepi, tidak terlalu banyak pelanggan yang harus dilayani, tapi tetap memerlukan ketahanan fisik karena harus begadang sampai hampir pagi. Theo melihat putri Jhony sudah bekerja sangat keras untuk gaji yang tidak seberapa. Theo juga baru tahu jika bibi Julie sedang dirawat di rumah sakit, karena itu Julie harus bekerja keras sendiri untuk menyewa tempat tinggal, membayar semua tagihan dan membiayai perawatan bibinya yang tidak memiliki asuransi.Theo melihat Julie keluar untuk pekerjaan malam, gadis itu pergi mengendarai mobil sedan tuanya yang bercat kusam. Begitu Julie pergi, Theo langsung
BAB 193 BUKAN SIHIRSetelah Kai dan Mia pergi, Henry langsung bicara pada Livie."Teman Mia sangat aneh, aku curiga mentalnya tidak sehat!""Kulihat Tom sangat baik!" Livie malah membela Zontus. "Dia tidak minum alkohol, sangat disiplin menjaga Mia yang ceroboh dan kelihatannya Tom bukan tipe pemuda yang suka membual atau memamerkan kekayaan keluarganya!""Kenapa tidak sekalian kau sebutkan dia sangat tampan, sampai membuat para wanita tidak sadar dengan potensi psikopatnya!""Jangan berlebihan!" Livie menegur kecurigaan Henry."Akui saja, kau juga membela pemuda itu karena dia sangat tampan!"Livie langsung berhenti untuk menatap Henry."Sepertinya kau dan Kai hanya sedang cemburu!""Pemuda itu cuma ingin menguasai Mia, kenapa kau tidak bisa melihatnya!"******Mia pulang berdua dengan zontus, Lana tidak ikut mereka lagi karena Lana akan menginap di tempat Kai selama tiga malam. Seharusnya cukup melegakan bagi Mia, dia tidak harus mengurus keponakan nakal selama tiga hari. Tapi men
BAN 192 BERTEMU KAIWalaupun sudah duduk di dalam mobil Zontus, Mia tetap tidak bisa tenang. Jantung Mia terus berdebar-debar karena Zontus akan ikut bertemu dengan keluarganya, apa lagi di tempat Livie nanti juga akan ada Kai beserta istrinya."Mia apa kau tidak lupa membawakan baju gantiku?" Lana mengingatkan Mia. "Aku akan menginap di tempat Kai!""Ya, sudah ada di dalam tasmu!"Mia masih tegang karena memikirkan Zontus yang akan bertemu Kai. Selama mereka masuk ke dalam mobil, Zontus sama sekali belum bicara. Mustahil jika Mia tidak cemas, Mia takut Zontus membuat keluarganya celaka. Zontus bisa melenyapkan apapun cuma dengan menjentikkan jari jika sedikit saja merasa terusik atau marah.Begitu Zontus menghentikan mobilnya di area basement, Lana langsung buru-buru keluar paling dulu. Lana menenteng ransel kecil merah muda miliknya yang berisi pakaian ganti untuk menginap di tempat tinggal Kai."Ingat kau sudah berjanji untuk tidak menyakiti keluargaku!" Mia menoleh Zontus yang m
BAB 191 MEMANGSA PENYIHIRSekumpulan penyihir pria dan wanita yang telah berhasil ditangkap oleh para lycan dimasukkan ke sel bawah tanah. Sebuah sel khusus yang telah diberi perisai sihir lebih hebat dari Latuza.Seorang pria bungkuk yang baru dilempar masuk ke dalam sel coba menggunakan kemampuan sihirnya untuk mematahkan jeruji sel, tapi begitu tangan pria itu menyentuh jeruji besi, tiba-tiba tangannya terbakar dan menjerit."Aaaaaaaaaaa....!"Tangan penyihir bungkuk bukan cuma terbakar, tubuhnya juga terpental. Penyihir yang lain cuma menyaksikan tidak ada yang berani menolong atau membantu."Kau tidak akan bisa kabur!" Kata salah seorang penyihir wanita yang sudah hampir tiga hari berada di dalam sel. "Aku sudah melihat orang-orang keras kepala sepertimu sejak kemarin!""Untuk apa kita dikumpulkan seperti ini?" Penyihir bungkuk bertanya pada wanita di sampingnya."Aku tidak tahu!" Wanita berambut putih salju itu tidak berbohong. "Aku sedang bekerja di restoran ketika mereka dat