Ayo vote yang rame aku sudah dobel up
Setelah Selir Kumaira pergi ke resort, siang itu juga Sanaz segera mencari kesempatan untuk menyelinap masuk ke dalam kamar Selir Kumaira. Sanaz coba menemukan laci penyimpanan sesuai petunjuk Maryam.Menurut Maryam ada laci tersembunyi di balik bingkai cermin. Sanaz menghampiri cermin besar di sisi dinding kemudian menggesernya pelan-pelan. Ternyata benar ada sebuah ruang rahasia di balik cermin tersebut. Ada semacam kotak kecil yang memiliki banyak laci, ketika Sanaz membukannya ternyata terdapat cukup banyak kunci di laci tersebut.Sanaz sempat bingung, tapi untung dia segera ingat dengan kunci bermotif segitiga yang pernah di jelaskan Maryam. Selama ini Maryam sering diam-diam memperhatikan kunci banker yang dipakai oleh Selir Kumaira. Begitu menemuka benda yang dia cari Sarah segera menyeyelipkannya ke dalam saku dan buru-buru keluar.Sanaz kembali berhasil dengan sangat lancar, dia tidak terlihat oleh siapapun karena penjagaan di Istana Kumaira jadi sedikit longgar ketika Selir K
Sanaz biasa tinggal di belahan timur, musim dingin di sana tidak pernah sebeku air sungai yang kali ini membuat syaraf tubuhnya mengejang. Tobias sudah berhasil menarik gadis muda itu ke tepi sungai tapi Tubuh Sanaz mulai kram dan giginya mengeras kaku disertai kesulitan bernapas. "Sial!" umpat Tobias yang sadar jika Sanaz bakal mengalami hipotermia.Tobias segera membopong tubuh Sanaz kembali ke dalam mobil. Meski mobilnya dilengkapi pemanas tapi pakaian basah Sanaz membuatnya tidak terlalu berguna. Sanaz terus meringkuk menggigil gemetaran di kursi belakang sementara Tobias segera menjalankan mobilnya untuk mencari tempat singgah. Pakaian Tobias juga basah, tapi dia sudah terbiasa dengan suhu dingin.Setelah lima belas menit perjalanan, Tobias melihat plang motel di pinggir jalan yang lampu neonnya sudah menyala karena kabut. Tobias segera menepikan mobilnya dan berhenti di plataran parkir. Tidak lupa Tobias mengunci mobilnya sebelum pergi keluar untuk mencari penjaga motel. "Aku
"Aku sudah tidak menginginkanmu!" kemudian Jeny meraba perutnya yang masih rata. "Aku juga tidak menginginkan anakmu ada di perutku!" "Kau hanya berdusta!" Pangeran Albany langsung kembali menyambar bahu Jeny untuk dia dorong lagi sampai terbaring. Jeny berbaring pasrah di bawah naungan tubuh Pangeran Albany yang sedang meregang kaku. "Kau memang hanya bisa memaksakan keinginanmu!" Sepertinya Pangeran Albany tidak perduli dia tetap merampas bibir Jeny yang masih mengomel. Jeny melawan dengan beberapa gigitan tapi tetap diabaikan. Ketika Jeny lengah Pangeran Albany langsung menghisap bibir Jeny sampai suara hisapannya terdengar seperti kenikmatan lezat. Jeny tidak dapat menolak, termasuk ketika pakaiannya mulai disinsingkan dan celananya ditarik turun. "Ethan!" Jika sudah mulai panik Jeny akan mulai ikut terdesak untuk memanggil pemuda itu sebagai Ethan Landon. "Hentikan!" Jeny melihat Pangeran Albany juga mulai membuka kancing celananya sendiri, mengurainya dengan cepat. 'Oh,
Meskipun sedang disekap di dalam kamar yang nyaman dan diberi makanan jauh lebih baik dari pada di banker, tapi Maryam tetap mengamuk tidak terima."Kalian licik! kalian jahat!" Maryam terus menggedor pintu kamar tempat dirinya disekap. "Kalian semua akan mendapat karmanya dan membusuk di neraka!"Bibir Maryam memang paling lihai untuk mengumpatkan berbagai kutukan. Kebenciannya bukan cuma telah mendarah daging tapi juga telah mengambil alih semua pengendalian syarafnya."Aku tidak akan mengeluarkanmu sampai kau bisa diajak bekerja sama!"Setelah semua penderitaan hidupnya, Maryam telah tumbuh menjadi pribadi yang keras dan tidak akan mudah untuk mempercayai orang lain."Putraku akan datang untuk menyelamatkanku dan membalas kalian semua!"Sampai saat ini Maryam masih belum tahu jika justru Pangeran Albany yang menyuruh Omar untuk menyekapnya."Kau hanya tinggal mengatakan di mana kau menyimpan bukti pernikahanmu dengan Pangeran Rasyid agar Yang Mulya Serkan juga dapat memberikan semu
"Tidak perlu terus kau tanya padaku, tanyakan saja pada ibumu kenapa waktu itu dia tidak pilih melakukan aborsi untuk membunuhmu di dalam perut!"Jeny langsung terdiam untuk menatap pemuda di hadapannya. Memang benar karena jika sedikit saja Jene berubah pikiran pasti ceritanya juga akan sangat jauh berbeda."Kurasa ibumu memiliki lebih banyak alasan untuk melakukan aborsi tapi dia pilih mempertahankan kehamilannya untuk memberimu kehidupan!"Jeny masih belum bersuara, dadanya seperti dihantam nyeri mendengar ucapan seperti itu."Aku tidak peduli omong kosong apa yang diajarkan Tobias Harlot padamu! Aku tidak akan membiarkan kalian membunuh anakku!"Saat itu Jeny baru sadar jika dia juga sedang berhadapan dengan pria yang sangat keras."Aku juga akan tetap menikahimu, terserah kau suka atau tidak!"Sejak awal Pangeran Albany memang tidak pernah keberatan untuk menikahi Jeny meskipun dia sendri masih sangat muda. Sebaliknya Jeny juga sangat keras menentang komitmen pernikahan, kehamila
Tubuh Tobias sudah lemas di dasar kolam ketika Sanaz berenang menghampirinya dan segera menyeret tubuh pria besar itu untuk dia bawa menepi. Sanaz terus mempertahankan kepala Tobias agar tetap berada di permukaan air sambil terus dia seret. Meski Sanaz sudah terlatih dalam penyelamat ketika berada di pendidikan militer, tapi tubuh pria dewasa tetap cukup berat ketika harus dia naikkan seorang diri ke tepi kolam.Sanaz terpaksa keluar dari air terlebih dulu kemudian menarik bahu Tobias dari tepi kolam. Pria tinggi besar itu masih pingsan, otot yang lemas membuatnya semakin terasa berat. Sanaz yang juga belum makan samasekali sejak kemarin harus mengerahkan seluruh tenaga untuk bisa menariknya. Setelah susah payah akhirnya Sanaz berhasil mengeluarkan tubuh Tobias Harlot dari dalam air dan menimpa sebagian tubuhnya yang merosot lemas.Sanaz segera menarik tubuhnya yang tertindih untuk memeriksa pernapasan Tobias Harlot, Sanaz menempelkan telinga ke hidung serta bibir, kemudian dadanya. To
Karena tidak mau dibawa pulang oleh Pangeran Albany untuk dinikahi, Jeny segera menyusun siasat licik untuk merayu pemuda itu agar dia bisa mendapatkan akses komunikasi dengan Jane. Walaupun Jeny juga mencintai Pangeran Albany, tapi gadis itu masih terlalu liberal, baginya kehamilan bukan jadi alasan untuk menikah. Apa lagi Jeny merasa dirinya masih sangat muda, pernikahan benar-benar belum ada dalam agendanya.Setelah cukup dirayu dengan sangat meyakinkan, akhirnya Pangeran Albany bersedia untuk meminjamkan ponselnya."Kau hanya boleh menghubungi ibumu.""Ya." Jeny mengangguk kemudian memberi kecupan untuk berterimakasih sekali lagi.Karena mereka masih dalam penerbangan, jadi cuma benda itu satu-satunya ponsel yang bisa mereka gunakan untuk berkomunikasi. Jeny segera menghubungi nomor khusus yang pernah diberikan Jane. Panggilan khusus Jeny juga langsung tersambung."Mom, ini aku.""Ya." Jane agak terkejut tapi dia tetap senang mendengar putrinya menelpon."Mom, aku butuh bantuanmu."
Begitu melihat dua piring sisa makanan dan dua gelas minuman yang masih beruap hangat, Jane langsung Tahu jika Tobias tidak sendiri."Kau sedang bersama seseorang?"Tobias baru sadar dengan keteledorannya ketika melihat Jane melirik sisa makanan di atas meja."Tidak, aku hanya salah pesan!"Harusnya Tobias tidak membuat alasan sebodoh itu karena Jane jadi cuma menyunggingkan senyum remeh. Jene berjalan mengelilingi punggung sofa dan dia menemukan bra basah yang masih tergeletak di lantai. Jane memungutnya dengan cubitan jari untuk dia tunjukkan pada Tobias sebelum kemudian dia jatuhkan lagi."Jangan khawatir aku tidak akan memeriksa kamarmu!"Lagi pula Jene juga sudah sering memergoki Tobias bersama wanita. Faktanya Tobias masih muda, tampan, sukses, dan masih sangat normal, mustahil jika dia tidak membutuhkan wanita. Tobias bisa mendapatkan wanita manapun yang dia inginkan untuk dia bawa ke atas ranjang, Jane juga tidak pernah mempermasalahkannya.Sudah puluhan tahun Jene bertugas men
BAB 53 SERANGAN TIBA-TIBA Kurang lebih lima belas mil dari perbatasan kota yang dijaga ketat oleh pasukan tentara musuh, tenda relawan medis berjejer di dekat hilir sungai. Tenda-tenda tersebut sengaja di pindahkan ke dekat tepian sungai agar diam-diam bisa mempermudah penyelundupan para tawanan untuk mendapat pertolongan.Setelah lebih dari enam bulan para tim relawan dikirim ke medan pertempuran, sepertinya mereka cuma semakin tersingkir jauh dari kota yang telah di duduki oleh pihak musuh. Pihak musuh menerbitkan larangan keras bagi siapapun untuk memasuki kota. Penduduk sipil yang masih terjebak di tengah kota sebagian menjadi sandera dan sebagian besar dalam kondisi memprihatinkan, terutama wanita dan anak-anak.Setiap hari gelap para relawan militer akan menyelinap melalui jalur sungai untuk membawa korban terluka dan membebaskan sandera. Kamp para tentara relawan juga terletak tidak jauh dari tenda tim medis agar memudahkan akses bagi mereka untuk saling membantu dan berbagi
BAB 52 HARUS PATUHPutri Sofia yang baru kembali dari asik berlibur langsung dibuat terkejut melihat Hamna sudah menunggunya di Istana Zubair."Apa yang kau lakukan di sini?""Pangeran Al-Waleed mengirim saya untuk menjaga Anda, Putri Sofia.""Mustahil!" Putri Sofia tidak percaya. "Pangeran Al-Waleed telah mengembalikan mu!""Silahkan Anda bicara sendiri dengan Pangeran Al-Waleed."Saat itu juga Putri Sofia menghubungi Pangeran Al-Waleed melalui telepon. Setelah tiga kali nada sambung, Pangeran Al-Waleed langsung menyambut dengan ucapan salam keselamatan dengan nada lembut."Kenapa Hamna ada di Istana Zubair?" Putri Sofia yang sedang terburu emosi langsung menerjang dengan pertanyaan lantang tanpa membalas ucapan salam."Aku yang mengutusnya untuk menjagamu." Pangeran Al-Waleed masih berusaha tenang dengan sikap dewasa."Aku sudah punya Zahra, aku tidak butuh pengawal lagi." Sofia menolak. "Aku tidak suka dengan pengawal yang Anda kirim!""Suka atau tidak suka, kau tetap harus dija
BAB 51 PERTEMPURAN AKAN KEMBALI DIMULAI "Ternyata Putri Sofia pergi berlibur dengan Pangeran Yusuf." Abdul langsung melapor pada Pangeran Al-Waleed. "Darimana kau mendapat informasi itu?" Pangeran Al-Waleed melempar tatapan tajam pada pengawalnya. "Pangeran kecil itu yang baru bercerita." Abdul dan Pangeran Al-Waleed memperhatikan Pangeran Habibi yang masih duduk sendirian. "Tidak mungkin anak-anak akan berbohong" Abdul melanjutkan. "Dia juga memberitahu jika Putri Sofia menyimpan banyak foto Pangeran Yusuf." Telinga Pangeran Al-Waleed semakin terbakar, rongga dadanya bergemuruh hebat dengan rasa panas. "Kembali kirim Hamna untuk mengawasi Putri Sofia!" ****** Terlepas dari hati Putri Sofia yang masih bimbang dan perasaan Pangeran Yusuf yang belum bisa terbalas, mereka tetap harus menjadi saudara yang saling menyayangi. "Apapun yang bakal terjadi aku tidak ingin hal tersebut merubah hubungan kita." Yusuf menggenggam tangan Putri Sofia. "Ya?" Putri Sofia mengangguk
BAB 50 SOFIA & YUSUFSetelah berpisah di savana dengan perasaan cemas, Pangeran Yusuf benar-benar tidak bisa berhenti memikirkan Putri Sofia, apa lagi setelah itu Putri Sofia juga tidak turun untuk makan malam. Pangeran Yusuf sangat takut telah bertindak ceroboh.Dalam pikiran Yusuf, Putri Sofia tetap gadis muda yang masih sangat polos, belum pernah tersentuh oleh laki-laki. Seharusnya Yusuf tidak tergesa-gesa. Sekarang Yusuf merasa sangat bodoh karena tidak dapat menahan diri."Dimana Sofia?" Emillie yang bertanya dimeja makan."Sepertinya dia kelelahan setelah berkuda." Mara yang menjawab. "Zahra sudah mengantar makan malam Sofia ke kamar."Meski tahu penyebabnya, Pangeran Yusuf tidak berani ikut bicara.Sampai larut tengah malam Yusuf melihat kamar Putri Sofia masih terang benderang, tapi Yusuf tidak berani mengusik. Sekedar mengirim pesan pun Pangeran Yusuf tidak berani.Sepanjang malam itu sebenarnya Putri Sofia dan Pangeran Yusuf sedang sama-sama tidak bisa tidur. Sampai lewat
BAB 49 PUTRI SOFIA BERLIBURPutri Sofia mengirim pesan kepada Pangeran Al-Waleed bahwa dirinya tidak bisa datang ke Istana Tamir.[Maaf Pangeran Al-Waleed, saya tidak bisa hadir ke pesta ulangtahun Anda karena mendadak harus menjenguk kakekku]Kakek berarti keluarga dari ibu Putri Sofia. Pangeran Al-Waleed tidak banyak bertanya karena selama ini Yang Mulya Serkan diketahui sangat privat merahasiakan keluarga istrinya.[Semoga kakek Anda diberi kesehatan dan selalu dilimpahi keberkahan, Putri Sofia]Pangeran Al-Waleed membalas pesan dari Putri Sofia dengan sebuah doa seperti adab pria terhormat. Pangeran Alwaleed berpikir kakek putri Sofia pasti sudah jompo dan sakit sakitan.*********"Jared apa kau bisa diam sebentar saja!" Mara berteriak pada suaminya yang sudah kembali berada di atas punggung kuda."Aku hanya ingin mengajak anak-anak berkeliling di perbukitan."Jared mengajak Pangeran Yusuf, Putri Sofia, Pangeran Rasyid, dan tentunya Lana yang tidak mau ketingalan sebagai pasukan h
BAB 48 PILIHAN PUTRI SOFIAEmillie dan Gerald datang berkunjung ke Istana Zubair karena kebetulan mereka sedang berada di timur. Gerald bertemu dengan Yang Mulya Serkan untuk membicarakan masalah pertempuran yang semakin memanas. Sementara itu Emillie pergi menemui Anelies karena tidak mau ikut campur urusan laki-laki.Emillie bukan cuma terkejut karena melihat tingkah Pangeran Al-Waleed yang mengirim begitu banyak kotak kado merah muda, Emilie juga terkejut mendengar putri Sofia demam tinggi karena tekanan stress."Aku bukan cuma takut Sofia jatuh sakit, aku paling takut bila dia kembali nekat kabur." Anelies mengungkapkan kerisauannya pada Emillie. "Aku hanya menginginkan kebahagian untuk Sofia, tapi Yang Mulya Serkan dan seluruh negeri ini pasti juga menginginkan putri kami bersama pria yang setara dengannya."Artinya Sofia tetap tidak bisa bersama sembarangan laki-laki, pernikahannya tetap harus di atur oleh keluarga kerajaan. "Sepertinya Putri Sofia cuma perlu berlibur." Emil
BAB 47 MENJADI GILAFaaz diseret ke sebuah ruangan berdinding biru terang, terdapat banyak sekat kaca tembus pandang dengan berbagai mesin canggih digital. Laboratorium kota telah dikuasai pihak musuh dan mereka alih fungsikan sebagai tempat penyiksaan manusia paling keji.Suara teriakan keras terdengar dari ujung lorong kaca. Suara seorang pria yang terus meraung tersiksa dengan pedih, sesekali juga terdengar suara lecutan disusul tangis memohon ampun. Faaz berusaha menutup rapat telinganya dan tahu dirinya bakal segera bernasib serupa."Ayo cepat seret dia ke mari!"Kaki Faaz kesulitan berjalan tegak karena lututnya juga telah bertubi-tubi mendapat pukulan keras."Beruntung kami tidak akan memotong kaki dan lenganmu!"Faaz masih berani menatap tajam untuk menunjukkan sikap tanpa gentar."Beraninya kau menantangku!"Faaz kembali mendapat pukulan keras hingga sisi rahangnya berderak."Sebentar lagi seluruh kesombongan di kepalamu akan lenyap!"Faaz didorong ke kursi metal, kaki, tang
BAB 46 TANTANGAN BERATKomandan tim relawan telah mengkonfirmasi pada media yang telah meliput kejadian tembakan rudal dua hari yang lalu."Tidak ditemukan tubuh korban di lokasi kejadian!" Kemal juga telah mencari berbagai berita mengenai kejadian tersebut."Pagi setelah ledakan, warga cuma melihat bekas kendaraan militer yang telah hancur. Kondisinya sangat parah. Seandainya Faaz masih selamat dari maut, pasti kali ini dia juga sudah tertangkap oleh pihak lawan.""Oh, Tuhan...!" Kemal terus mencengkeram rambut di kepalanya.Tertangkap sebagai penyusup hukumannya bisa sangat keras mengerikan.*******Putri Sofia sedang duduk di balkon bersama Yang Mulya Seika ketika Zahra datang melapor."Putri Sofia, baru saja Pangeran Al-Waleed datang untuk menjenguk Anda."Sofia cukup terkejut karena dia pikir Pangeran Al-Waleed tidak akan nekat datang."Aku belum mau bertemu siapapun!" Putri Sofia menolak Pangeran Al-Waleed di hadapan Yang Mulya Seika. "Katakan saja aku masih perlu istirahat."
BAB 45 SIAPA YANG AKAN MENANGPutri Sofia baru pulih dari demam, sudah mulai mau menghabiskan sarapan tanpa rasa mual."Hari ini Yang Mulya Seika akan datang mengunjungi Anda, Putri Sofia."Putri Sofia tersenyum bahagia mendengar neneknya akan datang menjenguk. Di antara semua orang di keluarga istana, Yang Mulya Seika adalah orang yang bakal selalu membela Putri Sofia sebagai cucu kesayangannya. Bahkan Serkan tidak kan berani menentang jika ibunya yang telah bicara."Siapkan gaun hadiah dari nenekku, aku ingin memakainya hari ini."Zahra terus mendampingi Putri Sofia yang masih terlihat agak pucat tapi sudah kembali bersemangat. Zahra tidak berani memberitahu Putri Sofia mengenai kabar duka yang baru dia dapatkan mengenai adiknya.******Pangeran Al-Waleed sedang dalam acara kunjungan kenegaraan di Eropa ketika Hamna memberi kabar mengenai kondisi Putri Sofia."Putri Sofia sedang sakit sejak dua hari yang lalu.""Kenapa kau baru memberitahuku?" Pangeran Al-Waleed cukup terkejut dan a