BAB 34 TERLUPAKANHenry memang hanya mencium bibir Livie, melumatnya dengan banyak sapuan lembut agar gadis muda itu merasa nyaman. Henry juga tidak luput memperhatikan sekujur tubuh Livie yang sedang berada dalam bingkai pelukannya tapi Henry tidak berani menyentuh lebih jauh. Henry tidak ingin membuat Livie takut. Livie masih virgin dia tidak akan tahu jika laki-laki bisa sangat menyakitinya. Henry harus tetap waras tidak boleh mengambil lebih dari sekedar ciuman."Tidurlah, besok kau masih harus menjalani syuting."Henry beralih memeluk tubuh Livie dari sisi belakang, membingkainya dengan utuh dan hangat."Terima kasih sudah menemaniku." Livie bergumam lirih."Kau tidak perlu terus berterimakasih." Henry merunduk untuk menghirup puncak kepala gadis mudanya yang sudah meringkuk lembut seperti bayi rapuh. Setiap kali akan ada rasa tenang sekligus kepedihan yang selalu hadir bersamaan. Henry yakin tidak akan pernah sanggup jika harus kehilangan, tapi dia juga tidak tahu harus bagaima
BAB 35 MIA HILANG.Ledakan besar di jembatan telah menjadi tranding di semua media pemberitaan. Jembatan besar yang melintasi muara sungai di bagian teluk runtuh hancur oleh sesuatu yang belum bisa diketahui. Seluruh badan jembatan runtuh ke sungai, tenggelam bersama ratusan kendaran yang sedang melintas. Sebuah bencana mengerikan yang menelan banyak korban karena kondisi lalulintas siang itu juga sedang cukup ramai.Para pengawal langsung membawa Pangeran Husain kembali ke istana."Di mana putriku?" Serkan Panik karena mereka hanya membawa Pangeran Husain."Kondisinya kacau, Yang Mulya. Maaf kami hanya berhasil menyelamatkan Pangeran Husain."Beruntung setelah itu Zahra langsung menghubungi Anelies."Sofia sudah aman bersama Zahra." Anelies memberitahu Yang Mulya Serkan. "Tapi Mia hilang!"******Henry mengambil ponsel Livie pelan-pelan dari genggaman tangannya, ikut memperhatikan barisan foto Gavin untuk beberapa saat sebelum kemudian dia matikan. Ternyata Livie tetap masih belum b
BAB 36 SADAR DARI PINGSANBegitu melihat jembatan yang runtuh, Putri Sofia langsung jatuh pingsan. Segalanya kacau, Zahra tidak bisa membawa Putri Sofia kembali ke Istana Zubair karena satu-satunya akses jalan telah terputus.Begitu Putri Sofia sadar dari pingsan, gadis muda itu nampak bingung karena berada di sebuah kamar asing ber atap rendah yang pastinya bukan Istana Zubair."Di mana ini?" Putri Sofia bangkit terduduk dengan panik, tapi beruntung dia segera melihat Zahra."Anda sedang berada di rumah saya, Putri." Zahra menenangkan Putri Sofia yang masih syok ketakutan. "Kita belum bisa kembali ke Istana Zubair karena akses jembatan terputus. Sebentar lagi prajurit akan datang menjemput Anda dengan helikopter.""Ao!" tiba-tiba Putri sofia meringis. "Kakiku sakit!""Biar saya periksa." Zahra segera menggulung celana panjang yang dipakai oleh Putri Sofia."Betis Anda tergores.""Oh Tuhan!" Putri Sofia kembali syok dan langsung menangis histeris melihat luka berdarah di sisi betisny
BAB 37 KEHILANGAN KONTROLMia bukan cuma telah merusak tubuh Putri Eluise, dia juga mengunakannya untuk memukul kepala Zontus. Zontus mendengus murka seperti banteng besar, langsung mengayunkan tinju untuk meremukkan tubuh kecil Mia. Mia menjerit histeris dan yang mengejutkan tiba-tiba Zontus terpental.Suara ledakan terdengar menggelegar dari benturan perisai dan tubuh Zontus yang terpental menghantam dinding marmer sampai menciptakan retakan dalam. Mia melotot syok, sementara Zontus langsung kembali meloncat berdiri tegap siaga. Mereka sama-sama syok, Mia terduduk beku di dalam peti marmer sementara Zontus berdiri menjulang dengan otot meregang kaku.Mia masih sangat ketakutan, mahluk immortal di hadapannya terlihat sedang terbakar murka siap kembali menerjang. Mia panik, gadis itu berusaha untuk keluar dari peti tapi malah terpeleset jatuh kembali menimpa tulang belulang kering di dalam peti sampai bokongnya nyeri.Suara remukan tulang kering yang Mia duduki membuat Zontus melotot
BAB 38 KETULUSAN"Keluarkan aku!" teriak Mia sambil memukul-mukul pintu baja tebal yang sudah tertutup rapat."Keluarkan aku, aku mau pulang!"Zontus benar-benar tega mengurung Mia di dalam bunker bawah tanah untuk dia tinggalkan seorang diri dan kedinginan."Aku mau pulang!" Mia terus berteriak tapi sama sekali tidak ada yang mendengarkan karena pasti Zontus sudah pergi entah kemana."Keluarkan aku! Tolong keluarkan aku!"Sebenarnya Mia sudah lelah berteriak, tubuhnya juga lemas belum terisi makanan. Sudah seharian sejak Mia sadar dari pingsan, dia ditinggalkan dan sekarang mulai menggigil gemetar.Mia sama sekali bukan gadis cengeng tapi sekarang dia mulai takut. Mia takut bagaimana jika dia mati seorang diri di tempat itu tanpa ada yang tahu. Mia yakin Zontus juga tidak akan sadar jika manusia butuh makan tiga kali sehari."Tolong keluarkan aku!" Jemari tangan Mia menggigil pucat. "Di sini dingin ..."Mia yang sudah lelah coba meringkuk untuk menghangatkan tubuhnya, pelan-pelan
BAB 39 BERUSAHA TERLIHAT BAHAGIAHenry menurunkan tubuh Livie pelan-pelan di lantai marmer kamar mandi."Tunggu dulu, biar aku isi airnya." Henry meninggalkan Livie untuk mengisi jacuzzi dengan air hangat dan cairan sabun yang akan mengembang menjadi busa harum."Kau mau yang mana?" Henry memberi pilihan aroma yang Livie inginkan."Lavender." Livie tersenyum mengangguk pada Henry.Henry langsung memasukkan cairan berwarna ungu muda untuk dia aduk sebentar. Aroma lembut lavender langsung menyebar ke seluruh ruangan, sangat menenangkan. Livie terus memperhatikan Henry yang sedang setengah berjongkok di samping bak, lengan kemejanya ikut basah meskipun sudah dia gulung sampai siku. Sebenarnya Livie juga tidak pernah menyangka seorang Henry Loghan bakal mau melakukan semua pekerjaan itu untuknya.Setelah menyiapkan air, Henry langsung bangkit berdiri untuk menghampiri Livie. Henry bantu membuka pakaian Livie dengan hati-hati, karena masih memakai penyangga Livie tidak boleh membuat ban
BAB 40 ANAK-ANAK NAKALSaat terbangun Mia sudah berada di dalam kamar, tubuhnya terbalut selimut lembut di atas ranjang yang hangat. Mia langsung sontak terbangun karena ingat ketika dirinya meringkuk di lantai marmer.'Entah siapa yang telah memindahkannya ke dalam kamar?''Bukankah seharusnya Zontus tidak bisa menyentuhnya!'Berbagai pikiran itu langsung membangkitkan kesadaran Mia untuk lekas waspada.'Mungkin ada orang lain di rumah tersebut!'Mia buru-buru turun dari ranjang untuk melihat ke luar, melihat ke sekeliling rumah yang ternyata super besar tapi sunyi. Mia baru sadar jika dia sedang berada di sebuah mansion mewah yang sangat besar dengan halaman luas tapi bentengnya juga sangat tinggi."Oh, sial!"Mia tidak akan bisa kabur. Mia terus memeriksa ke sekeliling. Salah satu sisi bangunan menghadap langsung ke laut bertebing tinggi. "Halo apa ada orang!" Mia mulai berteriak sambil berkeliling memeriksa ke semua bagian."Halo apa ada orang!"Mia tetap tidak mendengar jawaba
BAB 41 LEMAS DALAM PELUKAN BASAHMia kembali mencari Zontus dengan jaket kulit kebesaran yang dia pilih dari lemari. Tubuh kecil Mia nyaris tengelam seperti dalam cangkang kura-kura."Cepat makan!"Ternyata tadi Zontus pulang membawa makanan untuk Mia. Ada satu mangkuk spaghetti, lengkap dengan salad dan susu yang sudah dituang ke dalam gelas."Aku tidak mau makan, aku mau pulang!" Mia tetap bersikeras minta pulang sambil menghentak-hentakkan kaki ke lantai persis anak-anak yang sedang rewel. "Cepat pulangkan aku! Aku tidak mau di sini!""Kau tidak akan kemana-mana!" Zontus melotot."Aku juga tidak mau makan!" Mia balas mengancam."Kau akan cepat mati jika tidak makan!" Zontus malah langsung berpaling pergi meninggalkan Mia."Aku mau pulang!" Mia berteriak ke punggung Zontus tapi tidak dihiraukan.Karena kesal tidak dihiraukan, Mia menyambar gelas susu untuk dia lempar kearah Zontus. Mia terus melempar benda apa saja yang dapat dia raih dari atas meja. Ketika Mia menyambar mangkuk,
BAB 243 HUJANHujan akhir musim gugur selalu turun dia sertai badai. Mia memperhatikan guguran daun basah di lantai balkon yang terbawa badai semalam. Sudah hampir tiga jam, Mia hanya meringkuk diam menyaksikan sisa hujan tanpa ingin beranjak dari ranjang.Sebentar lagi musim gugur berlalu, beralih ke musim yang baru tapi nampaknya hati Mia masih belum bisa beranjak ke manapun. Sesering apapun Mia berusaha tersenyum, tapi tetap tidak dapat menutupi kerinduan nya saat sendiri. Sungguh Mia rindu Zontus.Diam-diam air mata bening kembali mengalir dari sudut mata Mia tanpa sedikit suara isakan. Dua bulan lagi usia Mia sudah sembilan belas tahun. Waktu akan terus berjalan tanpa bisa diputar kembali, tapi Mia sudah bertekad menghabiskan seumur hidupnya untuk balas menunggu Zontus.[Ingat kau berjanji akan datang menjemputku di ulang tahunku yang ke dua puluh lima] Mia mengirim pesan ke ponsel Zontus yang sudah lama lenyap padam.********Suhu udara di luar semakin menusuk tulang, rintik h
BAB 242 MELANJUTKAN HIDUPAkhirnya musim gugur, hampir empat bulan sejak Mia kehilangan Zontus serta ibunya Helena. Mia terlihat jauh lebih baik, lebih sehat dan ceria, meski isi hatinya tetap tidak ada yang tahu.Mia dan Theo kembali berteman dekat dan berkomunikasi lagi seperti dulu. Theo juga sering datang mengantarkan makanan dengan mengetuk pintu. Kadang mereka membuat makan malam bersama dan pergi ke taman saat akhirnya pekan.Kali ini Theo mengantar Mia pergi ke Hampton untuk acara bayi Henry dan Livie. Hampir semua keluarga besar Mia ikut datang. Geby beserta kelima putri kembarnya dan anak-anak mereka yang ramai. Brandon, Lily serta anak-anak keluarga Lington termasuk Jacob dan bayi mereka yang berambut merah.Hanya Anelies yang tidak bisa ikut datang, tapi dia menitipkan hadiah spesialnya pada Jeny dan Pangeran Albany."Ini hadiah dari Ane untuk Leon."Akhirnya Henry memberi nama Leonel Loghan seperti permintaan Aron yang tidak bisa dibantah."Sampaikan ucapan terimakasihku
BAB 241 MENJALANI HIDUP Mia masih sangat muda dan labil, bisa bertindak ceroboh dalam kondisi tidak stabil. Sebelum pergi dari rumah peternakan, Anelies terus mengingatkan adiknya agar tidak pernah putus asa. "Waktu adalah kesempatan dengan banyak pelajaran yang dapat menjadi penyembuh bagi hati dan jiwa yang sakit. Tidak boleh putus asa, hidup harus tetap dijalani seperti janji yang telah diambil sumpahnya!" Sebagai kakak perempuan, Anelies akan terus mengingatkan Mia lagi dan lagi sesering dia bisa. "Berjanjilah untuk kami semua!" Anelies meminta Mia untuk berjanji agar tidak menyakiti dirinya sendiri. "Aku berjanji tidak akan bertindak bodoh!" Mia bersumpah. Anelies memeluk Mia erat-erat sambil terus berbisik. "Kami semua mencintaimu!" Mia mengangguk kemudian balas memeluk Anelies yang berpamitan pergi bersama anakanak. Aneleis yang pergi paling terakhir dari rumah peternakan. Satu pekan setelah Anelies pergi Mia ikut kembali ke New York. ******* Walapun Mia telah be
240 MIA RINDUSatu Minggu setelah semua orang pergi meninggalkan rumah peternakan, Mia masih terlihat murung, belum memiliki aktifitas lain kecuali berdiam diri di dalam kamar. Mia sering menangis sampai pagi tanpa sedetikpun memejamkan mata.Sungguh Mia sangat rindu tapi tidak tahu harus mencari Zontus kemana. Patah hati karena ditinggalkan selamanya ternyata jauh lebih menyakitkan dari pada sakit hati karena cemburu dan pertengkaran. Ketika hanya sekedar bertengkar, paling tidak Mia masih memiliki kesempatan untuk melihat Zontus kembali. Sekarang Mia sudah tidak bisa dan tidak tahu harus menahan rindunya sampai kapan.Mia semakin sedih karena satu buah kenangan foto pun dia tidak punya. Kadang Mia juga sangat takut bagaimana jika nanti dia lupa dan semua ingatannya tentang Zontus menghilang seolah mereka memang tidak pernah ada. Mia benar-benar bisa gila jika terus seperti ini."Mia apa kau sudah bangun?" Suara Mara mengetuk pintu kamar Mia dari luar."Masuklah, Mom."Begitu mendeng
BAB 239 KEKHAWATIRAN SEMUA ORANGMia bukan cuma telah kehilangan Zontus, dia juga baru tahu jika Helena adalah ibunya. Tapi dari semua kepedihannya, Mia paling sedih karena dia dan Zontus berpisah dalam kondisi sedang marah, bahkan Mia mengusirnya pergi.Sebuah kesalahan pahaman yang pastinya juga sulit untuk Zontus jelaskan dalam kondisi seperti kemarin. Zontus bersikeras tetap pergi karena Helena memang harus dia selamatkan. Sekarang mereka berdua sudah sama-sama tidak ada, Zontus pergi menyusul Helena.Penyesalan memang sering kali datang terlambat. Sekarang Zontus benar-benar pergi dan rasanya Mia ingin gila. Sejak kemarin Mia hanya duduk di balkon kamar, diam melihat jauh ke garis hutan tanpa mau berkumpul dengan keluarga yang lain. Keluarga Mia sedang berkumpul, bahkan Kai juga kembali datang bersama istri serta anak-anaknya untuk Mia."Semua akan berlalu dia akan baik-baik saja." Emillie berusaha menenangkan ibunya meski sebenarnya dua juga khawatir dengan kondisi Mia. "Mia
238 KEPERGIAN ZONTUSSetelah suara retakan kubah magma disusul ledakan dahsyat, elang api keluar dari puncak gunung dengan langsung merentangkan sayap lebar. Tiap helai dari bulu elang raksasa itu berkobar jingga, wujudnya benar-benar mengagumkan. Gerald terus berdiri takjup karena tidak menyangka dirinya bakal menjadi saksi dari kebebasan elang api yang telah ribuan tahun bersemayam dalam belenggu. Elang api sudah terbebas, dia terbang lenyap ke angkasa. Saat itu juga Gerald langsung berlutut untuk pengorbanan rajanya. Gerald terus berlutut hingga gemuruh di pungcak gunung api itu kembali mereda tapi jantung Gerald tetap berdebar kencang.Sungguh Gerald juga masih gemetar melihat pengorbanan Zontus untuk meraka semua. Meski Gerald tidak menyangka akan berakhir seperti ini. Tapi Zontus telah pergi membawa semua benda milik raja negeri Utara bersama tubuhnya, pedang perak, belati, permata bahkan darah milik raja tertua mereka.Setelah cukup tenang dan yakin semuanya telah usai, Ge
BAB 237 KING IN THE NORTH Sejak awal sudah benar tindakan Zontus dengan membekukan Latuza agar tidak mengacau, tapi dengan iseng Lana yang nakal justru membangunkannya. Kali ini giliran Gerald yang kembali mengacau karena tidak mau mendengarkan peringata Zontus untuk berheti ikut campur. Helena yang sudah berahasil lolos dari Latuza terpaksa harus ikut bertarung demi untuk menyeamatkan keturunannya.Mustahil jika Zontus tidak murka, peringatannya telah di abaikan dan sekarang tetap Zontus juga yang harus bertanggung jawab menyelesaikan semuanya segera. Zontus tidak memiliki pilihan lagi setelah melihayat Helena juga telah berkorban."Kalian telah mengacaukan segalanya!" Setelah berteriak lantang Zontus juga langsung melesat pergi dengan murka."Kupikir dia akan melenyapkan kita!" Theo yang bicara disisa atmosfer yang masih beku mencekamGerald juga masih syok karena dia pikir Zontus akan melenyapkan mereka bertiga, tapi ternyata tidak. Gerald, Jared, dan Theo sama-sama masih berd
BAB 236 AKHIR PERTARUNGANDalam kondisi panik terdesak, Latuza langsung melesat ke arah Jared berdiri seorang diri tanpa senjata dan tanpa perlindungan. Meskipun Jared seorang mutan tapi dia tetap bukan lawan sepadan untuk Latuza yang memiliki kemampuan sihir hebat. Haya dengan tatapan mata saja, Jared seketika lupa cara untuk lari dan bergerak. Jared tetap berdiri seperti orang linglung ketika Latuza mendatanginya dengan sangat cepat tidak terduga."Jared!" Gerald berteriak lantang, tapi seperinya dia sudah terlambat.Latuza sengaja menyerang jared untuk mengalihkan perhatian Gerald sekaligus membalas kelancangan musuh-musuhnya. Jared sama sekli tidak menghindar dari serangan Latuza. Tepat ketika Latuza ingin menelan kepala Jared dengan mulut terbuka lebar, tiba-tiba sebuah gelombang tidak kasat mata menerjang tubuh Jared sampai terpental jauh."Wanita terkutuk!" Latuza berteriak melengking pada penyihir berambut merah yang tibatiba sudah berdiri di hadapannya.Jared yang baru terpe
BAB 235 BEKERJA SAMA MENJEBAK LATUZAAnelies dan Emillie sedang duduk di balkon istana membicarakan buku tua Brandon Lington yang masih hilang."Ternyata buku itu berisi kumpulan ramuan sihir yang sangat kuno." Emillie memberitahu Anelies. "Papa yakin, dalam buku itu juga terdapat ramuan sihir yang dapat membebaskan kami dari darah immortal."Anelies jadi membayangkan jika Emillie, Gerald, dan putri mereka bisa mendapatkan kehidupan normal."Sayangnya buku itu hilang." Anelies ikut menyesal. "Seandainya aku bisa melihat siapa yang mengambilnya.""Gerald mencurigai Latuza, karena itu juga sekarang papa dan Gerald sedang bekerja sama memburunya."Pangeran Husain yang diam-diam mendengar pembicaraan mereka tidak berani bicara meskipun dia tahu, buku tersebut sudah dibakar oleh Zontus. Zontus beralasan jika buku tua itu adalah benda terkutuk, harus dimusnahkan, agar tidak kembali menciptakan bencana. Sebenarnya Husain juga tidak mengerti dengan semua tindakan Zontus yang sulit diprediksi.