MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA
Bab 31."Ada yang salah ya, dengan omongan Bibik?" tanyanya polos tanpa rasa bersalah."Bik...! Ini bukan masalah malam pertama, tapi masalah hidup dan mati Bima ada pada istri Bima," jawab Bima.
"Bukannya hidup dan mati itu, ada di tangan Allah ya?" tanya Bik Ijah kembali.Mereka yang mendengar pertanyaan Bik Ijah hanya mampu menelan ludah. Bagaimana tidak? Apa yang dikatakannya memang benar. Tapi ini bukan menyangkut masalah yang dimaksudnya.
"Sudahlah, Bim! Lebih baik jangan kamu perpanjang lagi berdebat sama Bik Ijah, yang ada makin panjang ceritanya. Ngomong sama Bik Ijah nggak akan ketemu titiknya, koma mulu," potong Pak Satria. "Ha.. ha.. Bik Ijah itu bisa untuk pengobat stres loh, Pa" ucap Bima semari tertawa ke arah Pak Satria."Yang ada bukan pengobat stres, bertambah stres lebih tepatnya!" sungut Bu Normah.Bik IjahMARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 32.#prov Firly.Awal pertemuan yabg tanpa disengaja terjadi antara aku dan juga pria yang bernama Bima. Di mana kami sama-sama berada di sebuah pusat perbelanjaan untuk membeli sesuatu. Ya, kami pun bertabrakan yang ternyata.. aku lah dengan sengaja menabraknya.Aku yang saat itu sedang memilih-milih belanjaan yang akan kubeli, tak sengaja melihat pria lumayan tampan yang berpakaian sangat rapi. Terlihat ia terlalu fokus mencari sesuatu. Dari tampilannya, aku mengira pasti lah pekerjaannya sangat mapan jika dilihat dari stelnya berpakaian. Merk-merk terkenal dengan harga pantastis tentu. Jujur, aku bahkan terpesona begitu pertama kali melihatnya. Hatiku merasakan getaran saat melihat mangsa baru tepat di hadapanku. "Ini lah kesempatanku," batinku memulai adegan kebohongan.Berhubung aku yang baru saja putus dengan pacarku, lebih kurang sebulan yang lalu. Oleh karena it
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 33.Bima yang sedang menaiki ojek merasa jika ada seseorang yang mengikutinya. Ia langsung mengetahui siapa yang mesedang mengikuti. Itu semua ulah Firly. Ia dengan sengaja turun di persimpangan sebelum kediaman almarhum mertuanya. Ya, mengalihkan perhatian Firly. Tak ingin jika ia sampai mengacaukan semuanya. Khawatir jika istrinya nanti akan salah paham ketika melihat Firly dengan berpakaian serba kekurangan seperti itu.Bima sengaja berjalan ke rumah orang yang bahkan ia sendiri tak mengetahui rumah siapa yang sedang di tujunya. Baru saja ia melangkahkan kakinya dengan sengaja melirik ke arah taxi itu yang mengikutinya. Dan ternyata.. taxi itu pun berlalu pergi begitu melihat ia berjalan."Aman," ucapnya sambil mengelus dada.Bima segera memutuskan untuk menceritakan semuanya pada istrinya. Termasuk tentang Firly. Tak ingin jika nantinya membuatnya semakin kecewa terhadapnya. Apalagi kebohongan yang bi
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 34.Bima yang masih memeluk istrinya, mencoba untuk memegang pipi lembut sang itu dengan penuh kasih sayang. Kebahagiaannya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. "Ya Allah, ijinkan aku untuk bisa selalu menjaga istriku sampai akhir hayatku," batinnya sambil mengelus pundak istrinya."Apa yang Mas lamunkan? Apa masih ada yang Mas sembunyikan lagi dari Adik?" tanya Ayu yang memecahkan pemikiran Bima."Tidak, Sayang. Tidak ada lagi yang Mas sembunyikan. Mas sayang banget sama Adik," ucapnya sambil memeluk kembali istrinya.Pelukan yang diberikan Bima terasa menyesakkan buat Ayu. Tubuhnya terasa remuk seketika. "Mas...! Kenapa peluk-peluk mulu, kan Adik jadi malu," ucapnya dengan manja.Mungkin saat ini, ada rasa kecewa di hati istrinya. Tapi, Bima harus bisa menerima apapun nantinya yang akan menjadi keputusan istrinya. Yang terpenting ia sudah berusaha mengatakan semua kenyataa
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 35.Setelah pertanyaan Bima, Ayu bahkan tak mengeluarkan sepatah kata apapun. Bungkam seribu bahasa. Hanya kesunyian yang didapat Bima. Hatinya berkemelut hebat, penuh dengan tanda tanya melihat diamnya sang istri. Detak jantungnya terasa begitu cepat, apa kiranya kesalahnnya? Apa Ayu tak menyukai ajakanku?Pertanyaan begitu banyak melintas dopikirannya. Wajah cantik itu seperti menyembunyikan sesuatu yang tak mampu bibirnya mengungkapkannya."Apakah Adik masih keberatan untuk pindah ke rumah orang tua, Mas?" tanya Bima ragu, berusaha memecahkan kesunyian yang terjadi.Sekilas Ayu melirik ke arahnya. Lirikan yang penuh makna. Begitu mampu membuat Bima ragu. "Apapun yang membuatnya bahagia, akan kuturuti," batinnyaAyu menatap kembali wajah Bimq, "Adik sebenarnya takut, Mas," ucapnya sambil meremas ujung hijabnya."Kan ada, Mas. Kenapa meski takut? Apa yang membu
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA.Bab 36.Bima yang meninggalkan mereka begitu saja, berhasil membuat Wahyu menahan amarahnya. Karena merasa dicuekin dengan meninggalkan merek begitu saja tanpa menjawab perkataan mereka atau menyambutnya. Hal itu membuat hati Wahyu begitu membludak rasa kebencian.Berhubung waktu sudah memasuki waktu dzuhur, Bima pun bergegas melaksanakan adzhan terlebih dahulu. Tanpa melirik sedikitpun ke arah mereka yang masih memandangnya.Rasa syukur begitu besar dirasakannya, di tempat ini untuk pertama kalinya Bima melaksanakan adzhan yang didengarkan orang banyak. Bahkan hampir setiap harinya ia melakukan adzhan menggantikan almarhum bapak mertunya. Pak Jenggot telah menitipkan ilmu yang akan dibawanya sampai mati."Ternyata suara Nak Joko makin hari makin bagus saja mengumandang adzhannya," ucap salah seorang bapak yang ada di barisan jamaah yang baru saja selesai melaksanakan shalat berjama'ah de
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 37.Wahyu yang kesal, merasa dirinya persis seperti anti nyamuk segera pergi meninggalkan kediaman almarhum Pak Jenggot. Dengan sengaja ia menghentakkan kakinya sambil berlalu. Meluapkan kemarahannya dengan ucapan yang segala nama binatang di kebun binatang keluar satu per satu. Ucapan yang tak pantas jika mengingat statusnya."Eh... denger ya! Dimana-mana orang ketiga itu disebut setan loh!" jerit Bima yang sengaja.Suara Bima yang keras, mampu menghentikan langkah kaki Wahyu. Tentu saja Wahyu tidak bisa terima begitu saja dengan jeritan Bima."Apa maksud kamu bilang saya itu setan?" tanya Wahyu yang membalikkan badannya secepat mungkin untuk menatap Bima.Wahyu yang tadinya sudah bergegas untuk pergi meninggalkan mereka. Memutuskan untuk kembali menghentikan langkah ketika mendengar jeritan Bima yang mampu menyinggung perasaannya. Hatinya merasa terkutik dengan ucapan yang san
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 38.Bima yang tadinya asyik berbicara pada Pak Maryono seketika melihat istrinya. Bima melihat jika istrinya terjatuh ketika membuang sampah, ia langsung merasakan kepanikan. Berlari dan mengejar istrinya."Dik...! Adik nggak kenapa-kenapa 'kan? Kok bisa jatuh begini?" tanya Bima yang langsung membantu istrinya untuk berdiri."Nggak tahu kenapa? Adik jatuh seperti ada yang dorong, Mas," jawabnya yang berusaha bangkit.Bima yang khawatir dengan keadaan istrinya merasakan kepanikan yang luar biasa. Pak Maryono yang melihat kejadian itu pun ikut menyusul mereka."Apa kaki istri Tuan tidak terkilir? Sepertinya istri Tuan susah untuk berjalan?" tanya Pak Maryono yang baru saja menghampiri mereka."Apa sebaiknya kita periksa ke rumah sakit aja? Biar pak Maryono yang antar kita ke rumah sakitnya?" tanya Bima pada istrinya yang cengar-cengir menahan sakit di kakinya.
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA.Bab 39.Bima dan juga Pak Maryono pun telah memasuki mesjid. Bahkan mereka tak luput dari pandangan orang-orang yang ada di dalam mesjid. Terdengar bisik-bisik tentang Bima cukup terdengar jelas. Baik Bima maupun Pak Maryono lebih memilih diam sambil menantikan adzhan Ashar.Setelah selesai melaksanakan shalat ashar, ada seorang bapak-bapak yang datang menghampiri Bima begitu selesai shalat."Nak Jokosudah berhenti menjadi marbot di sini ya?" tanya salah seorang bapak-bapak yang ada dibarisan depan dari kerumunan bapak-bapak yang lainnya. Dia mencoba bertanya.Mereka yang sudah menyelesaikan shalat Ashar, tentunya ingin cepat-cepat pulang. Sementara Bima masih sibuk dengan pikirannya mengenai keadaan istrinya. Bahkan pertanyaan itu tak terlalu penting baginya.Berhubung ada salah seorang bapak-bapak yang bertanya padanya. Bima pun mengurungkan niatnya untuk cepa
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA.Bab 39.Bima dan juga Pak Maryono pun telah memasuki mesjid. Bahkan mereka tak luput dari pandangan orang-orang yang ada di dalam mesjid. Terdengar bisik-bisik tentang Bima cukup terdengar jelas. Baik Bima maupun Pak Maryono lebih memilih diam sambil menantikan adzhan Ashar.Setelah selesai melaksanakan shalat ashar, ada seorang bapak-bapak yang datang menghampiri Bima begitu selesai shalat."Nak Jokosudah berhenti menjadi marbot di sini ya?" tanya salah seorang bapak-bapak yang ada dibarisan depan dari kerumunan bapak-bapak yang lainnya. Dia mencoba bertanya.Mereka yang sudah menyelesaikan shalat Ashar, tentunya ingin cepat-cepat pulang. Sementara Bima masih sibuk dengan pikirannya mengenai keadaan istrinya. Bahkan pertanyaan itu tak terlalu penting baginya.Berhubung ada salah seorang bapak-bapak yang bertanya padanya. Bima pun mengurungkan niatnya untuk cepa
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 38.Bima yang tadinya asyik berbicara pada Pak Maryono seketika melihat istrinya. Bima melihat jika istrinya terjatuh ketika membuang sampah, ia langsung merasakan kepanikan. Berlari dan mengejar istrinya."Dik...! Adik nggak kenapa-kenapa 'kan? Kok bisa jatuh begini?" tanya Bima yang langsung membantu istrinya untuk berdiri."Nggak tahu kenapa? Adik jatuh seperti ada yang dorong, Mas," jawabnya yang berusaha bangkit.Bima yang khawatir dengan keadaan istrinya merasakan kepanikan yang luar biasa. Pak Maryono yang melihat kejadian itu pun ikut menyusul mereka."Apa kaki istri Tuan tidak terkilir? Sepertinya istri Tuan susah untuk berjalan?" tanya Pak Maryono yang baru saja menghampiri mereka."Apa sebaiknya kita periksa ke rumah sakit aja? Biar pak Maryono yang antar kita ke rumah sakitnya?" tanya Bima pada istrinya yang cengar-cengir menahan sakit di kakinya.
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 37.Wahyu yang kesal, merasa dirinya persis seperti anti nyamuk segera pergi meninggalkan kediaman almarhum Pak Jenggot. Dengan sengaja ia menghentakkan kakinya sambil berlalu. Meluapkan kemarahannya dengan ucapan yang segala nama binatang di kebun binatang keluar satu per satu. Ucapan yang tak pantas jika mengingat statusnya."Eh... denger ya! Dimana-mana orang ketiga itu disebut setan loh!" jerit Bima yang sengaja.Suara Bima yang keras, mampu menghentikan langkah kaki Wahyu. Tentu saja Wahyu tidak bisa terima begitu saja dengan jeritan Bima."Apa maksud kamu bilang saya itu setan?" tanya Wahyu yang membalikkan badannya secepat mungkin untuk menatap Bima.Wahyu yang tadinya sudah bergegas untuk pergi meninggalkan mereka. Memutuskan untuk kembali menghentikan langkah ketika mendengar jeritan Bima yang mampu menyinggung perasaannya. Hatinya merasa terkutik dengan ucapan yang san
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA.Bab 36.Bima yang meninggalkan mereka begitu saja, berhasil membuat Wahyu menahan amarahnya. Karena merasa dicuekin dengan meninggalkan merek begitu saja tanpa menjawab perkataan mereka atau menyambutnya. Hal itu membuat hati Wahyu begitu membludak rasa kebencian.Berhubung waktu sudah memasuki waktu dzuhur, Bima pun bergegas melaksanakan adzhan terlebih dahulu. Tanpa melirik sedikitpun ke arah mereka yang masih memandangnya.Rasa syukur begitu besar dirasakannya, di tempat ini untuk pertama kalinya Bima melaksanakan adzhan yang didengarkan orang banyak. Bahkan hampir setiap harinya ia melakukan adzhan menggantikan almarhum bapak mertunya. Pak Jenggot telah menitipkan ilmu yang akan dibawanya sampai mati."Ternyata suara Nak Joko makin hari makin bagus saja mengumandang adzhannya," ucap salah seorang bapak yang ada di barisan jamaah yang baru saja selesai melaksanakan shalat berjama'ah de
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 35.Setelah pertanyaan Bima, Ayu bahkan tak mengeluarkan sepatah kata apapun. Bungkam seribu bahasa. Hanya kesunyian yang didapat Bima. Hatinya berkemelut hebat, penuh dengan tanda tanya melihat diamnya sang istri. Detak jantungnya terasa begitu cepat, apa kiranya kesalahnnya? Apa Ayu tak menyukai ajakanku?Pertanyaan begitu banyak melintas dopikirannya. Wajah cantik itu seperti menyembunyikan sesuatu yang tak mampu bibirnya mengungkapkannya."Apakah Adik masih keberatan untuk pindah ke rumah orang tua, Mas?" tanya Bima ragu, berusaha memecahkan kesunyian yang terjadi.Sekilas Ayu melirik ke arahnya. Lirikan yang penuh makna. Begitu mampu membuat Bima ragu. "Apapun yang membuatnya bahagia, akan kuturuti," batinnyaAyu menatap kembali wajah Bimq, "Adik sebenarnya takut, Mas," ucapnya sambil meremas ujung hijabnya."Kan ada, Mas. Kenapa meski takut? Apa yang membu
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 34.Bima yang masih memeluk istrinya, mencoba untuk memegang pipi lembut sang itu dengan penuh kasih sayang. Kebahagiaannya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. "Ya Allah, ijinkan aku untuk bisa selalu menjaga istriku sampai akhir hayatku," batinnya sambil mengelus pundak istrinya."Apa yang Mas lamunkan? Apa masih ada yang Mas sembunyikan lagi dari Adik?" tanya Ayu yang memecahkan pemikiran Bima."Tidak, Sayang. Tidak ada lagi yang Mas sembunyikan. Mas sayang banget sama Adik," ucapnya sambil memeluk kembali istrinya.Pelukan yang diberikan Bima terasa menyesakkan buat Ayu. Tubuhnya terasa remuk seketika. "Mas...! Kenapa peluk-peluk mulu, kan Adik jadi malu," ucapnya dengan manja.Mungkin saat ini, ada rasa kecewa di hati istrinya. Tapi, Bima harus bisa menerima apapun nantinya yang akan menjadi keputusan istrinya. Yang terpenting ia sudah berusaha mengatakan semua kenyataa
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 33.Bima yang sedang menaiki ojek merasa jika ada seseorang yang mengikutinya. Ia langsung mengetahui siapa yang mesedang mengikuti. Itu semua ulah Firly. Ia dengan sengaja turun di persimpangan sebelum kediaman almarhum mertuanya. Ya, mengalihkan perhatian Firly. Tak ingin jika ia sampai mengacaukan semuanya. Khawatir jika istrinya nanti akan salah paham ketika melihat Firly dengan berpakaian serba kekurangan seperti itu.Bima sengaja berjalan ke rumah orang yang bahkan ia sendiri tak mengetahui rumah siapa yang sedang di tujunya. Baru saja ia melangkahkan kakinya dengan sengaja melirik ke arah taxi itu yang mengikutinya. Dan ternyata.. taxi itu pun berlalu pergi begitu melihat ia berjalan."Aman," ucapnya sambil mengelus dada.Bima segera memutuskan untuk menceritakan semuanya pada istrinya. Termasuk tentang Firly. Tak ingin jika nantinya membuatnya semakin kecewa terhadapnya. Apalagi kebohongan yang bi
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 32.#prov Firly.Awal pertemuan yabg tanpa disengaja terjadi antara aku dan juga pria yang bernama Bima. Di mana kami sama-sama berada di sebuah pusat perbelanjaan untuk membeli sesuatu. Ya, kami pun bertabrakan yang ternyata.. aku lah dengan sengaja menabraknya.Aku yang saat itu sedang memilih-milih belanjaan yang akan kubeli, tak sengaja melihat pria lumayan tampan yang berpakaian sangat rapi. Terlihat ia terlalu fokus mencari sesuatu. Dari tampilannya, aku mengira pasti lah pekerjaannya sangat mapan jika dilihat dari stelnya berpakaian. Merk-merk terkenal dengan harga pantastis tentu. Jujur, aku bahkan terpesona begitu pertama kali melihatnya. Hatiku merasakan getaran saat melihat mangsa baru tepat di hadapanku. "Ini lah kesempatanku," batinku memulai adegan kebohongan.Berhubung aku yang baru saja putus dengan pacarku, lebih kurang sebulan yang lalu. Oleh karena it
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 31."Ada yang salah ya, dengan omongan Bibik?" tanyanya polos tanpa rasa bersalah."Bik...! Ini bukan masalah malam pertama, tapi masalah hidup dan mati Bima ada pada istri Bima," jawab Bima."Bukannya hidup dan mati itu, ada di tangan Allah ya?" tanya Bik Ijah kembali.Mereka yang mendengar pertanyaan Bik Ijah hanya mampu menelan ludah. Bagaimana tidak? Apa yang dikatakannya memang benar. Tapi ini bukan menyangkut masalah yang dimaksudnya."Sudahlah, Bim! Lebih baik jangan kamu perpanjang lagi berdebat sama Bik Ijah, yang ada makin panjang ceritanya. Ngomong sama Bik Ijah nggak akan ketemu titiknya, koma mulu," potong Pak Satria."Ha.. ha.. Bik Ijah itu bisa untuk pengobat stres loh, Pa" ucap Bima semari tertawa ke arah Pak Satria."Yang ada bukan pengobat stres, bertambah stres lebih tepatnya!" sungut Bu Normah.Bik Ijah