Home / Romansa / MANT(en)AN / Perasaan Tasya

Share

Perasaan Tasya

Author: Momoy
last update Last Updated: 2021-03-16 02:06:38

“APA?! Lo bilang gitu sama Tasya?!”

“Gue nggak punya cara selain itu, Na. Gue nggak mau persahabatan gue sama Tio berantakan cuma gara-gara gue masih sayang sama Tasya. Toh, perasaan gue ke Tasya juga udah nggak berguna. Dia udah benci banget sama gue sebelum gue ngucapin kata-kata ngeri itu ke dia.”

“Bodoh! Bener-bener bodoh, Jay! Dari mana, sih, keyakinan lo itu kalau Tasya benci banget sama lo?!”

“Ya ... coba aja lo tanya ke dia. Pasti dia bilang gue cowok paling dia benci di dunia, bahkan sealam semesta.”

Risna meletakkan kedua tangan di pinggang, lalu mengeleng-geleng. “Gue udah ngomong sama Tasya kemarin. Dan dia bilang masih cinta sama lo.”

“Hah? S-serius lo? Alah, palingan bohong.” Aku memiringkan senyuman.

“Nih, lo denger sendiri!” Risna memberikan smartphone miliknya.

“Buat apa?” tanyaku, belum mengerti dengan maksud Risna.

“Gue udah rekam semua percakapan gue sama Tasya kemarin. Gue juga udah potong poin-poin yang penting doang biar lo percaya sama gue,” jelas Risna. Aku pun mengambil smartphone di tangan kanan Risna.

Kuputar rekaman suara yang katanya telah direkam gadis tersebut.

‘Tasya! Gue boleh tanya satu hal nggak sama lo? Bukannya gue mau ikut campur sama urusan lo, sih. Gue juga sebenarnya masih nggak enak sama lo.”

‘Mau tanya apaan emang?’

‘Lo masih sayang nggak, sih, sama Jaya?’

‘Kenapa pertanyaan lo jadi aneh gini? Atau bener lo emang suka sama—‘

‘Enggak! Gue sama sekali nggak ada maksud buat ngerebut Jaya dari lo. Lo jawab aja udah. Lo masih cinta atau nggak?’

‘Y-ya ... gue masih cinta.’

Rekaman tersebut berakhir. Meskipun masih ragu, tetapi benar bahwa yang kudengar adalah suara Tasya. Namun, aku masih belum mengerti mengapa sikap Tasya begitu jutek padaku.

“Udah? Sekarang lo percaya nggak sama gue?” Risna mengambil smartphone-­nya kembali.

“Gue agak susah percaya, Na. Soalnya Tasya kalau ngelihat gue itu kayak cowok yang paling bersalah di dunia ini.”

Risna kemudian terduduk di sampingku. “Bego bener, sih! Lo udah berapa lama, sih, pacaran sama Tasya sampai nggak paham sama sifat dia?”

“Gue paham, kok, maksud lo, tapi untuk yang satu ini gue—“

“Eh, Jaya! Tasya itu cewek dan lo itu cowok. Dia nungguin lo bertindak sebagai cowok sejati. Masa iya lo mau Tasya yang minta maaf sama lo, sedangkan yang salah juga, kan, elo!”

Masuk akal apa yang dikatakan Risna. Akulah yang salah telah melupakan janjiku pada Tasya. Akulah yang telah membuat dia menjadi perempuan segarang saat ini. Mungkin memang benar Tasya menungguku bertindak sebagai lelaki sejati. Meminta maaf padanya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Namun, seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, sudah menjadi hal yang mustahil untuk memperbaiki hubunganku dengan Tasya, sebab aku masih memikirkan perasaan sahabatku, Tio.

“Gue bingung, Na. Gue kayaknya nggak bisa—“

Mendadak, Risna menggapai kerah kemejaku. Dicengkeramnya sembari mengarahkan tatapan kecewa.

“Pengecut banget lo jadi cowok! Tasya sahabat gue, Jay.” Risna kemudian melepaskan kerah bajuku. “Masak iya Tio yang sahabat lo dari kecil nggak bisa mengerti dengan posisi lo?” Perempuan berbola mata cokelat tersebut tertunduk.

“Kayaknya kita berdua butuh piknik, deh, Na,” kataku, mengalihkan pembicaraan.

“Ya, kayaknya gitu.” Risna berlirih.

“Kalau gitu, gimana kalau ke pantai? Yuk, ke pantai aja!”

“Tapi, Jay—“

“Udah, biar nanti gue pikirin masalah ini lagi.”

Risna menghela napas pelan. “Ya, udah, yuk! Lo yang nyetir, ya!”

“Oke!”

-II-

Related chapters

  • MANT(en)AN   Risna di Mataku

    Embusan angin pantai sejuk menyapa. Sore ini mentari sepertinya akan tampak begitu indah. Cuaca sedang sangat bagus. Ya, sangat berkebalikan dengan suasana hatiku yang kacau balau bagaikan balon hijau meletus ini. Karang-karang di tepi laut tak pernah menyerah meski jutaan kali bahkan hingga tak terhitung berapa kali telah diterpa sang ombak. Mereka tetap berada di sana. Diterpa ombak yang sama setiap harinya. Kadang lebih keras dan menyakitkan dari biasanya.Bagaimana caranya menjadi setegar batu karang di tepi lautan? Bagaimana caranya bangkit setelah ditampar-tampar sebuah kenyataan kelam? Tentu, aku belum tahu jawabannya. Itulah mengapa aku bertanya pada hatiku sendiri.“Ngomong-ngomong, lo masih pacaran sama cowok yang dulu itu, Na?”“Nggak! Dia ternyata cowok berengsek. Selingkuh terang-terangan di hadapan gue.”“Kok, gue jadi tersinggung banget, ya, lo sebut-sebut cowok berengsek.” Aku pun tercengir.&ldqu

    Last Updated : 2021-03-16
  • MANT(en)AN   Kemunafikanku

    “Jay! Lo tahu, nggak?” Tampak jelas sebuah perasaan bahagia di wajah Tio. Matanya perlahan-lahan menyipit. Senyumannya bertambah semakin lebar.“Lah, lo belum ngasih tahu. Mana gue tahu.”“Gue jadian sama Tasya!” ujar Tio sambil mengangkat kedua tangannya.Sebetulnya, aku sama sekali tidak bahagia. Tidak akan pernah bahagia Tio menjadi bahagiaku. Sebut saja aku munafik, tetapi yang jelas, aku hanya berusaha untuk tidak membohongi diri sendiri.Menyesakkan dada. Sebuah paku baru saja menancap di jantung hatiku. Teramat pedih hingga aku merasa sangat ingin berteriak sekencang-kencangnya, kemudian menghantam apa pun di sekitar sebagai lampiasan. Namun, itu tak perlu, sebab aku hanya perlu menampilkan wajah seakan-akan aku ikut bahagia di hadapan Tio.“Bagus kalau gitu, Yo. Gue dukung lo seratus persen.” Aku pun melemparkan senyuman yang sungguh dipaksakan kepada Tio.“Gue boleh minta sesuatu

    Last Updated : 2021-03-16
  • MANT(en)AN   Revolusi Persahabatan

    “Gue bilang juga apa! Elo, sih, jadi cowok cemen banget!” Risna bersandar pada punggung kursi.“Semua salah gue. Apa-apa gue. Terus gue harus gimana, gitu? Gue ngerasa dilema sama semua ini.”“Ya, emang, kan? Lo lelet bertindak. Lo orang yang suka ngeremehin masalah. Kan, jadi gini, nih, jadinya,” omel Risna, “terus lo bakalan gimana sekarang?”“Ya, udah. Gue nggak bakalan ngapa-ngapain. Kan, udah gue bilang sebelumnya. Kalau Tasya udah jadian sama Tio, itu artinya Tasya nggak bener-bener masih sayang sama gue,” cetusku, kemudian menyesap kopi hangat milikku.“Terserah lo aja, deh.” Risna melenguh panjang. “Jadi, rencana lo selanjutnya gimana?”“Gue nggak tahu, Na. Gue rasa diri gue udah hancur banget. Dan lagian, Tio kayaknya udah berubah gitu semenjak kenal sama Tasya. Dia udah jarang banget ngobrol sama gue. Nada bicaranya udah kayak bukan dia lagi. Gue nge

    Last Updated : 2021-03-16
  • MANT(en)AN   Gelagat Aneh Risna

    Dering smartphone di atas nakas membangunkanku dari tidur. Dengan mata terpejam, kugapai smartphone tanpa melihat siapa yang menelepon.“Halo?”“Halo, Jay. Ini gue Risna.” Terdengar suara Risna di ujung telepon.“Iya? Ada apa nelpon pagi-pagi begini? Ada yang penting, ya?”“Bisa ketemu?”“Iya, bisa. Mau ketemu di mana?”“Bisa ke rumah gue?”“Rumah lo? Nggak, ah! Malu gue sama bonyok lo.”“Please, Jay! Nggak ada siapa-siapa di rumah gue. Mobil gue lagi dipake nyokap. Makanya gue nggak bisa ngajakin lo ketemuan di luar. Mau, ya?”“Ya, udah, iya. Gue mandi dulu. Baru bangun gue, nih!”“Oke. Gue tungguin.”Setelah mematikan telepon, aku beranjak menuju kamar mandi untuk segera membasuh t

    Last Updated : 2021-03-16
  • MANT(en)AN   Menanggalkan Perasaan

    “Tio! Lo mau ke mana? Pulang kampung?” tanyaku sebab melihat Tio menenteng sebuah koper.“Sori, Jay, gue mau pindah kost.”“Apa?! Kenapa mendadak begini?” Aku terhenyak, bertanya-tanya alasan apa yang membuat Tio ingin pindah kost.“Untuk saat ini gue nggak bisa jelasin alasan gue. Pokoknya gue mau pindah, lah.” Tio buru-buru menjejakkan langkah.“Eh, eh, eh! Tunggu, tunggu!” Kuhentikan langkah Tio. Ia enggan melihat wajahku.“Ada apa? Kalau gue ada salah, gue minta maaf. Kita bisa ngomong baik-baik, kan, Yo,” kataku menyarankan. Berusaha menghentikan keinginan Tio.“Enggak ada yang harus kita omongin, Jay. Ini bukan tentang lo dan gue.”“Lah, terus tentang apaan? Ayolah, kita udah dewasa, Yo. Gue tahu, kok, kalau sikap lo kayak begini, lo pasti lagi marah sama gue.”“Kalau lo emang sahabat gue, biarin gue lew

    Last Updated : 2021-03-16
  • MANT(en)AN   Perasaan Risna dan Hubungan Baru

    “Lo serius udah nyerah dapetin Tasya lagi?!”“Iya. Gue rasa udah saatnya gue berkorban demi sahabat gue. Keputusan gue udah bulat, Na. Gue bakalan cari cewek lain—““Eh, jangan!” Risna menyela dengan lugas. Ada sebuah kecemasan yang dapat kulihat dengan jelas terlihat di bola matanya. Aku tak mau menduga, tetapi akan kucoba untuk menyelidikinya.“Kenapa?”“Enggak. Hmm ... m-maksud gue ....” Risna tak melanjutkan kalimatnya. Ia juga menolak tatapan mataku.“Maksud lo?” Lantas, aku terheran dibuatnya. “Risna. Gue boleh tanya sesuatu sama lo?”“Boleh. Soal apa?” Risna kembali menatap ke arahku.“Tapi, lo jangan marah, ya? Gue enggak bermaksud, sih. Cuman ... ada sesuatu yang mesti gue pastiin sama elo.”“I-iya. Apa yang mau lo tanyain ke gue?” Risna sudah mulai tampak gugup. Aku yakin bahwa ia sudah menebak

    Last Updated : 2021-03-16
  • MANT(en)AN   Membalas Perilaku Tasya

    “Jadi, kita mau ke mana hari ini, Na?”“Kita happy-happy aja. Terserah mau ke mana. Yang penting dengan kita jalan berdua, kamu bisa ngelupain tentang Tasya sebentar aja.”“Hmm. Ya, udah. Yuk!”“Eits! Kamu yang nyetir, Jay!” Risna mengulurkan tangan kanannya. Sedangkan, sebuah kunci mobil telah menggantung di jari telunjuknya.“Hmm.” Aku melenguh malas. “Iya, deh!” Kemudian kuambil kunci tersebut dari tangan Risna. Kami menjejak keluar dari kost.Semenjak hari di mana aku telah resmi menjadi kekasih Risna, perempuan bermata cokelat tersebut telah berubah. Sepertinya Risna ingin memberikan perhatian padaku sepenuhnya. Ia ingin membuktikan sekaligus membuatku tidak lagi memikirkan Tasya. Hal ini memang bagus menurutku. Akan tetapi, aku masih tidak mampu untuk membuang segala kenanganku bersama dengan Tasya dulu.Meskipun aku lebih dulu mengenal Risna dari

    Last Updated : 2021-03-16
  • MANT(en)AN   Kisah Masa Lalu

    4 tahun lalu“Eh! Lo yang namanya Jaya?!” Seorang lelaki dari SMA sebelah bernama Ridho datang menghampiriku ketika jam sekolah telah berakhir. Sambil petantang-petenteng, Ridho tersenyum kecut dan memberikan tatapan seolah menantang.“Iya. Kenapa? Lo dari SMA sebelah yang mau balasin dendam anak-anak buah lo?” Aku yang tadinya berdiri di depan gerbang sekolah pun melangkah maju lebih dekat di hadapan Ridho. Aku sama sekali tak takut dengan gelagat yang lelaki ini tunjukkan.“Sialan lo! Berani-beraninya lo ngebantai temen-temen gua. Udah merasa kuat lo?!” Ridho menatap tajam padaku dengan wajah beringasnya.“Kenapa? Lo juga mau gue bantai habis-habisan di sini? Jangan mentang-mentang lo bawa temen sekompi kayak gini gue bakalan takut sama lo. Gue nggak akan mundur!” Aku balik menatap Ridho dengan beringas. Menyeringai.Di belakang Ridho, sudah ada sekompi pasukan yang siap bertempur m

    Last Updated : 2021-03-16

Latest chapter

  • MANT(en)AN   Semakin Hancur

    “Sayang! Kamu, kok, ngelamun aja dari tadi? Dimakan dong baksonya.” Risna menarikku keluar dari fantasi kenangan beberapa tahun yang lalu.“I-iya.”Aku merasa hubunganku dengan Risna begitu aneh. Setelah lama kami menjalin hubungan pertemanan, kini kami diharuskan terbiasa untuk menjalani hari-hari yang dramatis dalam nuansa percintaan. Aku takut jika pada akhirnya asmara yang terjalin di antara kami berakhir tidak seperti yang diharapkan. Jika hal itu terjadi, apakah hubungan pertemanan kami akan dilanjutkan?Tentu saja perihal cinta yang tidak berjalan sesuai keinginan akan membuat kami tenggelam dalam kecanggungan. Maka, tidak ada yang bisa diubah lagi. Sudah terlambat sebab Risna telah merasakan apa yang pernah kurasakan dulu.Memiliki orang yang begitu cinta dan perhatian padaku memang adalah kebahagiaan terbesar dalam hidup ini. Namun, cinta itu kadang membingungkan. Bahkan meskipun diriku mengaku ahli dalam perihal romansa,

  • MANT(en)AN   Mantan

    “Wooooo! Gue lulus!” Risna terpekik kegirangan ketika namanya tertera pada sebuah surat kabar kelulusan SMA. Ia meloncat-loncat kegirangan sembari memutar-mutar secarik kertas di tangannya.Perasaan berdebarnya terbayarkan sudah karena mengetahui dirinya lulus dari Sekolah Menengah Akhir. Begitu pun denganku yang sama girangnya, berekspresi hanya dengan mengangkat tangan kanan yang terkepal.Dengan hanya melihatnya bahagia saja, sudah mampu memahat sebuah senyum di wajahku. “Segitu senengnya, ya?”Risna menghentikan aktivitasnya. “Ya, iyalah! Setelah ini kita bakal masuk universitas! Elo gimana? Lulus, nggak?”“Luluslah. Kan, kita tiap hari belajar terus bareng-bareng.”“Asyik! Sini, gue corat-coret baju lo terus tanda tangan!”“Di mana? Di punggung aja kali, ya?”“Jangan! Di depan aja!” Risna kemudian mengeluarkan sebuah spidol di dalam tasnya. Ia men

  • MANT(en)AN   Risna dan Tasya

    “Wooooo! Gue lulus!” Risna terpekik kegirangan ketika namanya tertera pada sebuah surat kabar kelulusan SMA. Ia meloncat-loncat kegirangan sembari memutar-mutar secarik kertas di tangannya.Perasaan berdebarnya terbayarkan sudah karena mengetahui dirinya lulus dari Sekolah Menengah Akhir. Begitu pun denganku yang sama girangnya, berekspresi hanya dengan mengangkat tangan kanan yang terkepal.Dengan hanya melihatnya bahagia saja, sudah mampu memahat sebuah senyum di wajahku. “Segitu senengnya, ya?”Risna menghentikan aktivitasnya. “Ya, iyalah! Setelah ini kita bakal masuk universitas! Elo gimana? Lulus, nggak?”“Luluslah. Kan, kita tiap hari belajar terus bareng-bareng.”“Asyik! Sini, gue corat-coret baju lo terus tanda tangan!”“Di mana? Di punggung aja kali, ya?”“Jangan! Di depan aja!” Risna kemudian mengeluarkan sebuah spidol di dalam tasnya. Ia men

  • MANT(en)AN   Kisah Masa Lalu

    4 tahun lalu“Eh! Lo yang namanya Jaya?!” Seorang lelaki dari SMA sebelah bernama Ridho datang menghampiriku ketika jam sekolah telah berakhir. Sambil petantang-petenteng, Ridho tersenyum kecut dan memberikan tatapan seolah menantang.“Iya. Kenapa? Lo dari SMA sebelah yang mau balasin dendam anak-anak buah lo?” Aku yang tadinya berdiri di depan gerbang sekolah pun melangkah maju lebih dekat di hadapan Ridho. Aku sama sekali tak takut dengan gelagat yang lelaki ini tunjukkan.“Sialan lo! Berani-beraninya lo ngebantai temen-temen gua. Udah merasa kuat lo?!” Ridho menatap tajam padaku dengan wajah beringasnya.“Kenapa? Lo juga mau gue bantai habis-habisan di sini? Jangan mentang-mentang lo bawa temen sekompi kayak gini gue bakalan takut sama lo. Gue nggak akan mundur!” Aku balik menatap Ridho dengan beringas. Menyeringai.Di belakang Ridho, sudah ada sekompi pasukan yang siap bertempur m

  • MANT(en)AN   Membalas Perilaku Tasya

    “Jadi, kita mau ke mana hari ini, Na?”“Kita happy-happy aja. Terserah mau ke mana. Yang penting dengan kita jalan berdua, kamu bisa ngelupain tentang Tasya sebentar aja.”“Hmm. Ya, udah. Yuk!”“Eits! Kamu yang nyetir, Jay!” Risna mengulurkan tangan kanannya. Sedangkan, sebuah kunci mobil telah menggantung di jari telunjuknya.“Hmm.” Aku melenguh malas. “Iya, deh!” Kemudian kuambil kunci tersebut dari tangan Risna. Kami menjejak keluar dari kost.Semenjak hari di mana aku telah resmi menjadi kekasih Risna, perempuan bermata cokelat tersebut telah berubah. Sepertinya Risna ingin memberikan perhatian padaku sepenuhnya. Ia ingin membuktikan sekaligus membuatku tidak lagi memikirkan Tasya. Hal ini memang bagus menurutku. Akan tetapi, aku masih tidak mampu untuk membuang segala kenanganku bersama dengan Tasya dulu.Meskipun aku lebih dulu mengenal Risna dari

  • MANT(en)AN   Perasaan Risna dan Hubungan Baru

    “Lo serius udah nyerah dapetin Tasya lagi?!”“Iya. Gue rasa udah saatnya gue berkorban demi sahabat gue. Keputusan gue udah bulat, Na. Gue bakalan cari cewek lain—““Eh, jangan!” Risna menyela dengan lugas. Ada sebuah kecemasan yang dapat kulihat dengan jelas terlihat di bola matanya. Aku tak mau menduga, tetapi akan kucoba untuk menyelidikinya.“Kenapa?”“Enggak. Hmm ... m-maksud gue ....” Risna tak melanjutkan kalimatnya. Ia juga menolak tatapan mataku.“Maksud lo?” Lantas, aku terheran dibuatnya. “Risna. Gue boleh tanya sesuatu sama lo?”“Boleh. Soal apa?” Risna kembali menatap ke arahku.“Tapi, lo jangan marah, ya? Gue enggak bermaksud, sih. Cuman ... ada sesuatu yang mesti gue pastiin sama elo.”“I-iya. Apa yang mau lo tanyain ke gue?” Risna sudah mulai tampak gugup. Aku yakin bahwa ia sudah menebak

  • MANT(en)AN   Menanggalkan Perasaan

    “Tio! Lo mau ke mana? Pulang kampung?” tanyaku sebab melihat Tio menenteng sebuah koper.“Sori, Jay, gue mau pindah kost.”“Apa?! Kenapa mendadak begini?” Aku terhenyak, bertanya-tanya alasan apa yang membuat Tio ingin pindah kost.“Untuk saat ini gue nggak bisa jelasin alasan gue. Pokoknya gue mau pindah, lah.” Tio buru-buru menjejakkan langkah.“Eh, eh, eh! Tunggu, tunggu!” Kuhentikan langkah Tio. Ia enggan melihat wajahku.“Ada apa? Kalau gue ada salah, gue minta maaf. Kita bisa ngomong baik-baik, kan, Yo,” kataku menyarankan. Berusaha menghentikan keinginan Tio.“Enggak ada yang harus kita omongin, Jay. Ini bukan tentang lo dan gue.”“Lah, terus tentang apaan? Ayolah, kita udah dewasa, Yo. Gue tahu, kok, kalau sikap lo kayak begini, lo pasti lagi marah sama gue.”“Kalau lo emang sahabat gue, biarin gue lew

  • MANT(en)AN   Gelagat Aneh Risna

    Dering smartphone di atas nakas membangunkanku dari tidur. Dengan mata terpejam, kugapai smartphone tanpa melihat siapa yang menelepon.“Halo?”“Halo, Jay. Ini gue Risna.” Terdengar suara Risna di ujung telepon.“Iya? Ada apa nelpon pagi-pagi begini? Ada yang penting, ya?”“Bisa ketemu?”“Iya, bisa. Mau ketemu di mana?”“Bisa ke rumah gue?”“Rumah lo? Nggak, ah! Malu gue sama bonyok lo.”“Please, Jay! Nggak ada siapa-siapa di rumah gue. Mobil gue lagi dipake nyokap. Makanya gue nggak bisa ngajakin lo ketemuan di luar. Mau, ya?”“Ya, udah, iya. Gue mandi dulu. Baru bangun gue, nih!”“Oke. Gue tungguin.”Setelah mematikan telepon, aku beranjak menuju kamar mandi untuk segera membasuh t

  • MANT(en)AN   Revolusi Persahabatan

    “Gue bilang juga apa! Elo, sih, jadi cowok cemen banget!” Risna bersandar pada punggung kursi.“Semua salah gue. Apa-apa gue. Terus gue harus gimana, gitu? Gue ngerasa dilema sama semua ini.”“Ya, emang, kan? Lo lelet bertindak. Lo orang yang suka ngeremehin masalah. Kan, jadi gini, nih, jadinya,” omel Risna, “terus lo bakalan gimana sekarang?”“Ya, udah. Gue nggak bakalan ngapa-ngapain. Kan, udah gue bilang sebelumnya. Kalau Tasya udah jadian sama Tio, itu artinya Tasya nggak bener-bener masih sayang sama gue,” cetusku, kemudian menyesap kopi hangat milikku.“Terserah lo aja, deh.” Risna melenguh panjang. “Jadi, rencana lo selanjutnya gimana?”“Gue nggak tahu, Na. Gue rasa diri gue udah hancur banget. Dan lagian, Tio kayaknya udah berubah gitu semenjak kenal sama Tasya. Dia udah jarang banget ngobrol sama gue. Nada bicaranya udah kayak bukan dia lagi. Gue nge

DMCA.com Protection Status