Share

Bab 38

Jam istirahat kantor, aku dan Winda memutuskan makan siang bareng di luar. Kali ini bukan di restoran seperti biasanya, tapi di warung kaki lima yang cukup terkenal masakannya di daerah kami. Tentu saja selain rasa makanannya, tipisnya kantong akhir bulan juga menjadi salah satu alasan.

"Eh Non, gimana, gimana akting aku tadi? Kerenkan?" Winda bertanya sambil memainkan kedua alisnya naik turun lucu.

"Konyol banget sih, kamu! Jantung aku hampir mau copot, tahu ga?"

"Ha ha ha, aku juga ga nyangka kalau reaksi Siska langsung mati kutu gitu," Winda justru tertawa lebar mendengar jawabanku.

"Kok bisa ya?" aku bertanya heran, memicingkan sebelah mata.

"Hmm... Kasih tahu ga, ya?" Winda melirik menggodaku.

Aku mencebik sambil mengangkat bahu. Sahabatku satu ini memang berbeda dengan yang lain. Tingkahnya yang seringkali kepo namun sedikit kocak, kadang membuatku jengkel tapi juga geli secara bersamaan. Satu hal lagi yang membedakan dia dari yang lain, meski ceplas ceplos , Winda tak suka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status