Kubiarkan Ibuku menangis melepas semua penderitaannya, kubiarkan dia menumpahkan perasaan yang selama ini dia simpan tanpa bertanya atau mencegahnya. Nama ibuku menangis sampai akhirnya dia bangkit untuk mencuci wajahnya dan masuk ke dalam rumah.Sebenarnya aku merasa sangat bersalah sekali karena atas kemarahan dan semua aksi yang kulakukan itu merenggangkan hubungan orang tua. Bunda lebih banyak tersusahkan dan harus minta maaf akibat perbuatanku. Tak jarang juga kedua orang tuaku bertengkar karena Bunda selalu membela diri ini.Ya Tuhan aku benar-benar merasa bersalah."Bunda, maafkan alana." Diam diam air mataku berderai. Sebelum pergi sekolah, aku sempat berdoa semoga bunda suatu hari menemukan lelaki yang baik.*Tiga Minggu kemudian.Tanpa banyak hambatan, bunda dan ayah segera saja bercerai, konon katanya palu diketuk setelah ketidak hadiran ayah yang ketiga kalinya. Alhamdulillah, bunda begitu lega melepas kepergian suaminya yang selama ini dia cintai."Akhirnya Bunda lepas
"Bunda, sebentar lagi ayah akan punya anak."Kuhampiri ibuku yang sedang menyetrika di garasi alunan musik pop dari artis terbaru yang sedang hits di Indonesia menemani dirinya yang sedang sibuk mengerjakan pesan pesanan customer.Saat Bunda mendengarkan ucapanku ketika saja dia menghentikan kegiatannya menggosok setrika uap di atas pakaian. Dia letakkan setrika uap itu di pinggir lalu wanita itu menatapku dengan seksama. Sedikit mengernyit dan memicingkan mata tapi dia tetap berusaha tenang."Siapa? Apa maksudmu?""Tante Priska sedang hamil."Bunda tertegun sesaat tapi kemudian dia tertawa."Terus kenapa kalau dia hamil? Apa urusannya dengan kita?""Aku hanya ..." Sesaatku hanya nafas selalu kemudian ku jatuhkan diriku di atas kursi yang tidak jauh berada dari bunda."Apakah kau masih belum rela kalau ayahmu punya anak?""Mungkin.""Sudahlah, mari kita move on dan melupakan dia karena sesungguhnya, semuanya sudah berakhir.""Hmm, iya, Tapi tetap saja itu membuatku sedih kalau dipikir
Sudah seminggu kami tinggal di rumah baru, memulai kehidupan dan membuka lembaran cerita yang penuh harapan. Berharap bahwa hari esok lebih baik daripada hari-hari kemarin dan kejadian pahit tidak terulang lagi.Ibuku mulai berbenah dan memikirkan sekiranya usaha apa yang akan dia lakukan sementara aku juga memikirkan tentang pendidikan dan sekolahku. Kuputuskan untuk pindah sekolah ke sekolah terdekat agar aksesnya lebih cepat dan hemat, sementara Bunda memutuskan untuk melanjutkan usaha laundry dan membuka warung kecil-kecilan. Kami mungkin tidak bisa membuka kedai makanan laut atau coffee shop secepatnya karena itu membutuhkan biaya besar, aku dan Bunda untuk sementara ini harus hidup prihatin dan hemat serta giat menabung agar harapan yang kami cita-citakan terlaksanakan.Hidup kami berjalan lancar dan damai, dari pagi hingga malam kami beraktivitas dan berusaha untuk saling menceriakan hati masing-masing, tidak ada lagi pembahasan tentang kesedihan atau tentang ayah. Juga memban
Saat setelah aku mengatakan kata-kata itu Ayah tiba-tiba meneteskan air mata sambil menutup matanya dengan ujung jari. Dia terdiam tapi nafasnya terdengar naik dan turun. Ada Isakan kecil yang berusaha ia sembunyikan tapi aku mendengarnya."Kenapa?" tanyaku lirih."Ayah hanya sedih saja karena kalian memutuskan untuk pergi dari kota demi menghindari ayah.""Kalau sudah tahu begitu kenapa ayah menyusul!"Pria itu mendongak menatapku dengan tatapan terbelalak. Dia memandang ibuku dengan pertanyaan dan rasa penasaran yang sama tapi Bunda hanya mengangkat bahunya tanda dia tidak mengerti dan tidak mau ikut campur. Kadang aku mengerti kalau Ayahku sedikit terkejut dengan kata-kata dan ucapan diri ini yang cukup pedas. Bahkan kedewasaan dan temperamen serta ucapanku, melebihi orang dewasa. kadang aku menyadari itu dan malu pada diri sendiri Tapi jujur saja aku tidak sengaja, saat bertemu dengan ayah selalu saja emosi dan dendam itu terkuak dari hatiku."Ayah, Ayah tahu begitu besarnya perju
Dunia ini ada berbagai jenis laki laki, tapi umumnya dibagi menjadi dua, salah satunya adalah lelaki yang bijaksana dan setia memegang komitmen dan satu lagi yang mudah terpengaruh dan hanya mementingkan dirinya sendiri.Ayahku adalah jenis lelaki kedua yang mudah dipengaruhi dan hanya memikirkan kebahagiaan hidupnya sendiri. Pikirannya hanya berputar tentang kejadian jangka pendek saja tanpa memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya dan dampaknya akan seperti apa pada kehidupan orang-orang sekitarnya. Yang Ayah tahu Ayah harus bahagia, dia tidak memperdulikan tentang apa yang akan terjadi padaku dan ibuku juga dia tidak bisa menjamin dirinya akan benar-benar bahagia dengan istri barunya.Buktinya sekarang .... Ya tersungkur dan bersujud dihadapan kami dalam keadaan masih memegang tongkatnya karena patah kaki, cedera akibat kecelakaan tempo hari."Ayah jauh-jauh datang kemari dengan diantar oleh istri Ayah hanya untuk mengemis kasih sayang dan cinta kami?" tanyaku dengan sinis, aku
Kunaiki lagi anak tangga berkelok menuju rumah mungilku dengan Bunda. Kutemui wanita yang masih terduduk sedih sambil menatap cakrawala dan lautan yang membentang luas di bawah kami. Tatapan Bunda yang kosong serta rambut Bunda yang tertiup angin membuat Dia terlihat sangat cantik sekaligus menyedihkan.Aku tahu persis sangat dalam cinta di hati Bunda terhadap ayah. Bahkan mungkin jika aku harus memberinya penghargaan wanita terbucin di dunia maka Bunda adalah pemenangnya. Bunda selalu punya alasan untuk memaafkan mantan suaminya dan memberinya kesempatan. Namun untuk saat sekarang ini, semuanya sudah selesai, Aku sudah melarang Ibuku untuk memberi Ayah kesempatan lagi.Mungkin nanti, mungkin setelah luka-luka di dalam hatiku sembuh, baru aku biarkan kedua orang tuaku untuk bersama lagi. Itupun kalau Ayah punya kesadaran dan mau kembali kepada kami. Di sisi lain jika dendam dan sakit hatiku mulai timbul, aku benar-benar tidak sudi menerima Ayah lagi untuk kesekian kalinya. Cukup suda
Informasi yang bisa kutangkap dari nama pakaian dan selimut bayi itu, bahwa ia sedang dirawat di rumah sakit Ibu Anak yang cukup terkenal di kota.Bayi itu nampak lemah dan banyak sekali selang-selang yang menancap di tubuhnya. Nafasnya terlihat cepat dan putus putus. Dari video yang diunggah ayah, beliau meminta doa kepada kerabat dan teman-temannya agar bayinya segera sehat."Anak lelaki yang sudah lama saya tunggu kedatangannya dunia ini sedang sakit, saya mohon doanya teman teman, agar komplikasi yang sedang dialami anak saya segera membaik dan sembuh."Ayah menulis seperti itu pada captionnya yah mengharap sekali sebua keajaiban. Sebenarnya kasihan sekali dengan bayi itu, tapi, sudahlah aku tidak bisa berbuat banyak, biar orang tuanya yang ambil tindakan terbaik untuk anak mereka.*"Bunda mau kemana?" tanyaku pada Bunda yang keesokan paginya terlihat sangat rapi dan wangi."Mau pergi ke rumah sakit untuk kontrol.""Kontrol apa?""Kolesterol dan gula darah, belakangan Bunda se
Pukul 11.00 malam aku dan Bunda membersihkan kedai dan menutupnya. Kami kembali ke kamar setelah menutup gerbang dan membuang sampah.Usai mandi dan mengenakan piyama yang nyaman aku berbaring dan mengambil ponselku untuk melihat pesan-pesan wa dan status beberapa sahabatku. Aku juga melihat lihat Facebook dan membaca postingan orang orang secara random, ada yang lucu, ada yang tragis, ada pula yang sedih. Salah satu postingan yang lewat adalah postingan Tante rindi, dia memposting kedukaan Ibu tiriku, suasana di rumah duka yang diliputi kesedihan dan orang-orang yang terus meneteskan air mata. Ibu tiriku terlihat tidak mampu menahan kesedihannya, terus dia terus memeluk bayinya dan saat seorang wanita meminta anaknya dari pelukannya untuk di mandikan, wanita itu terlihat menggeleng dan tidak rela."Jangan rebut anakku, Setelah begitu lama ia mengenakan selang-selang itu. Aku masih ingin merasakan mendekapnya," jawab wanita itu dengan histeris."Riska kendalikan dirimu, bersabarlah s