***
Dara dan keluarganya sudah sampai di vila. Mereka berempat bersantai di pinggir kolam renang. Dara melihat kedua anaknya sedang berenang dan bermain air. Dan melihat Adam yang duduk sambil melihat keduanya bersantai.
Dara duduk di samping Adam, dan dia menyerahkan kopi hangat untuk suaminya.
“Anak-anak begitu bahagia, padahal ini hanya ke Puncak saja,” ucap Adam.
Dara pun tersenyum. “Iya, Mas. Sepanjang jalan mereka bahkan tidak tidur sama sekali. Kai dan Suri sangat berisik di jalan dan banyak bicara. Mereka tidak mau melewatkan detail perjalanan dari Jakarta ke sini.”
“Aku senang melihat anak-anak sangat bahagia,” kata Adam.
Dara pun merasa menyesal, hatinya sedikit terluka, ya dia kecewa pada dirinya sendiri yang tidak peka dengan perasaan kedua anaknya. Dara hanya sibuk untuk mengejar dunianya, dunia yang membuat dia mengabaikan surga terbaiknya. Wajahnya pun diselimuti kesedihan yang mendalam, dia
***Dara mengamati bagaimana Suri dan Kai sangat dekat dengan Sarah. Jika di masa lalu, dia tidak akan pernah cemburu, bahkan senang jika kedua anaknya dekat dan sayang dengan Sarah. Tapi, saat ini dia tidak mau kalau Sarah mengambil hati kedua anaknya. Apalagi dia tahu kalau Sarah selama ini mengintainya dan juga berusaha mengambil Adam dari sisinya. Dara tidak mengerti kenapa Sarah sangat licik dan kakaknya itu sungguh pintar bersandiwara.“Bagaimana bisnismu? Papa dengar kamu mau launching produk baru dan banyak yang berminat dengan produkmu itu?” tanya Riky.“Bisnisku lancar karena aku punya rekan dan staff yang luar biasa. Mereka memberi semangat yang tak biasa,” balas Dara. “Iya, tadinya mau launching produk itu lusa, tapi diundur karena kita mau mempersiapkan segalanya dengan sempurna.”“Papa tahu kalau kamu pasti ingin segala sesuatu itu sempurna, jadi tidak heran bisnis skincare dan lainnya pun suks
***Dara telah memandikan si kembar. Jadi, dia sibuk di dapur untuk menyiapkan segalanya. Saat dia ingin ke halaman belakang, ada Zea yang menghampirinya. Dara tertegun sejenak, dia menatap mamanya yang memasang wajah masam.Dara bisa menduga kalau mamanya itu tak senang dengan keberadaannya. Dia tidak tahu kenapa Zea sangat dingin padanya. Padahal dia dan Sarah sama-sama anak mamanya, tapi kenapa perlakuan Zea pada mereka sangat berbeda?“Mama... “ Dara mencoba dengan senyum terbaiknya. Dia mencoba menekan hatinya yang gelisah.Zea tidak membalas senyum itu, dia menatap Dara dengan datar. “Kamu sengaja melakukan ini?” tanyanya.Dara mengernyitkan keningnya. “Maksudnya Mama?”Zea tersenyum sinis. “Jangan berpura-pura di depanku! Dari dulu, aku selalu tahu dengan akal bulusmu. Dari kecil kamu selalu pandai bersandiwara, bahkan saat ini kamu sangat lihai!”Dara tersenyum singkat. &ld
***Semuanya sedang bersantai menikmati suasana malam di villa milik Adam. Kemesraan yang Adam dan Dara tunjukkan membuat Sarah dan juga Zea ingin merusak keromantisan itu, keduanya muak melihat Dara yang sepertinya sengaja menunjukkan keromantisan mereka. Bahkan Dara tak segan-segan mengecup pipi Adam.Sungguh memuakan! Sarah cemburu luar biasa karena merasa Dara saat ini sedang mengajak perang padanya. Wanita itu menyesal kenapa dia malah bersikap lembut pada adiknya itu, dan tidak langsung merebut kekasih masa lalunya. Jika dulu dia tidak lembek, mungkin Adam saat ini sudah menjadi miliknya.Untuk meredakan rasa kesalnya, Sarah langsung melihat ponselnya. Dia ingin mengirim pesan pada orang yang dia bayar untuk lebih mengawasi Dara.Sedangkan, Zea yang saat ini melihat Sarah terlihat murung langsung menghampirinya dan duduk di samping anak sulungnya.“Kakak, kenapa? Kamu sakit, Nak?” tanya Zea lembut.Zea tersentak dan dia pun
***Waktu sudah menunjukkan jam tiga dini hari. Tapi Dara masih belum menerima kabar dari Adam. Dia sudah berusaha menghubungi suaminya, tapi Adam tak menjawab telepon darinya. Wanita itu menghela napas panjang, dia langsung merasa berkecil hati. Hal yang membuat dia sakit bukan sandiwara yang diciptakan kakaknya, tapi sikap Adam yang begitu peduli pada Sarah. Dan tatapan dingin Adam tadi membuat hatinya terluka.Dara memang terlalu sibuk dengan dunianya sampai dia melupakan fakta kalau di masa lalu Adam dan Sarah mempunyai kisah asmara yang sangat mengharu biru. Semua masa remaja mereka, Dara sudah tahu semuanya, bahkan ada satu potret dimana saat Adam dan Sarah saling menatap dengan tatapan penuh kasih, dia mungkin bisa kalah di hati suaminya, tapi kenapa dia tidak mau tahu bagaimana Adam dulu begitu memuja Sarah? Apa benar masa lalu suaminya itu mengalahkan masa depan Adam bersamanya?Dara menghela napas panjang, air matanya pun turun. Dia memang selalu menan
***Dara tidak mungkin bisa tidur kembali. Hatinya sangat kacau, dia langsung mengangkat tubuhnya dengan hati-hati agar Kai dan Suri tidak terbangun. Wanita itu dengan langkah yang sangat pelan langsung keluar dari kamar. Dia langsung mengambil ponselnya dan melihat waktu sudah menunjukkan jam 4 dini hari.Dara langsung mengecek pesan di ponselnya, dia berharap ada balasan dari Adam. Namun, mendadak hatinya tenggelam saat chat WhatsApp yang dia kirim pada suaminya terlihat dua centang biru. Adam hanya membaca pesannya, tidak membalasnya.Dara langsung mengecek panggilan tak terjawab, dan masih berharap kalau Adam mungkin langsung menghubunginya saat tadi dia berada di kamar, namun lagi-lagi Dara harus menelan kekecewaannya saat tahu tidak ada 1 panggilan dari Adam.Tubuh Dara terasa lemas, dia langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas lantai. Dadanya terasa sesak mengingat bagaimana Adam memperlakukannya dengan dingin tadi. Suaminya itu pasti percaya dengan k
***Sarah terkejut karena mamanya mengatakan nama pria yang tidak asing itu. Pria yang bernama KEVIN LIU adalah salah satu pengusaha asal Singapura yang juga memiliki darah Indonesia. Sarah juga tahu kalau pria itu adalah salah satu pria terkaya di negaranya dan kenapa Zea mengatakan kalau Kevin akan membantunya dan juga apa hubungannya dengan masalah ini?“Ada apa?” tanya Zea menatap putrinya yang kebingungan.“Kevin Liu itu adalah pemilik dari Tanchen Group, kan?”Zea mengangguk. “Siapa lagi kalau bukan dia. Dengan adanya dia berada di pihak kita, kita tentu akan mudah membuat Dara dan Adam bercerai.”“Kenapa bisa?” tanya Sarah mengernyit.Zea tertawa penuh arti, dia melihat ke ujung pintu karena takut suaminya tiba-tiba masuk. Sambil setengah berbisik, dia berbicara di telinga Sarah. “Ternyata Kevin Liu tadinya sedang mengejar Dara. Dia terlambat datang ke Jakarta kare
***[Tuan Liu, saya sudah menjawab jawaban dari Anna dan mengatakan kalau lusa yang akan datang ke pertemuan adalah Dara. Dan selanjutnya, apa yang harus saya lakukan?]Kevin tersenyum menatap chat dari salah satu anak buahnya yang ada di Jakarta. Mood dia jadi lebih baik saat tahu kalau lusa dia akan bertemu dengan wanita itu. Sudah sangat lama dia tidak bicara dengan Dara dan juga wanita itu selalu bersikap acuh padanya dan juga selalu menghindarinya.“Kita akan bertemu lagi, Dara,” gumam Kevin tersenyum penuh kemenangan.Kevin memang menyukai Dara sejak lama. Saat itu 10 tahun yang lalu, dia tak sengaja bertemu dengan Dara saat dia berada di Paris. Dia dan Dara bertemu di salah satu pesta yang diadakan oleh sahabatnya. Kecantikan Dara menarik perhatiannya, dan dia dulu berpikir hanya dengan satu kali pendekatan dia bisa mengajak wanita itu dalam pelukannya, ternyata wanita itu berbeda. Dara bahkan tak segan-segan menamparnya saat d
***“Kamu memang wanita cantik ya, Tante! Wanita yang bisa menghalalkan semua cara agar tujuanmu berhasil, termasuk membujuk Om Mark agar aku bisa datang ke sini untuk bicara denganmu,” ucap Nabila dengan sarkas.“Tante?” tanya Dara terkejut dan dia pun tertawa pelan. “Sudah lama aku tidak mendengar panggilan itu, ah... malah tidak pernah! Dan kamulah yang memanggilnya, Nabila. Aku sangat tersentuh.”Nabila menatap wanita di depannya dengan ekspresi yang kesal. Dia sudah tahu cerita dari orang-orang kalau Dara Kahiyang adalah wanita yang berhati iblis, wajahnya yang seperti malaikat hanyalah tipuan. Nabila bahkan mendengar langsung dari kakak kandung wanita itu bahwa Dara selalu menyakiti hati keluarganya karena sangat sombong gara-gara menikah dengan pria kaya raya dan bisnisnya sukses, dan yang membuat Nabila muak karena tahu kalau Dara adalah wanita murahan yang merebut pria yang hampir jadi suami dari kakaknya sendiri. Bag
*** Matahari terbenam di ufuk barat saat Dara, Adam, dan Kana tiba di rumah Riky. Suasana tenang, tetapi tegang, seolah-olah mendahului pertemuan yang penuh kenangan dan penyesalan. Riky membuka pintu dengan senyuman kecil. "Selamat datang." Mereka masuk ke rumah yang penuh kenangan, di mana setiap sudutnya menciptakan jejak-jejak waktu. Riky mempersilakan mereka duduk di ruang tamu yang hangat. Dara memandang sekeliling, mengenang momen-momen pahit yang pernah ada di sini. "Bagaimana keadaan Mama Zea?" tanya Adam dengan nada khawatir. Riky menarik nafas dalam-dalam sebelum menjawab, "Dia tidak ingin bertemu siapa-siapa. Menutup diri sepenuhnya. Kepergian Sarah telah menghancurkannya." Kana menaruh tangannya di pundak Dara, memberikan dukungan yang dibutuhkan. Riky melanjutkan, "Aku menyesal, sangat menyesal. Tidak hanya karena Sarah, tapi juga karena semua yang terjadi pada kalian, Dara, dan kamu, Kana. Aku kehilangan begitu banyak, dan aku menyadari betapa bodohnya aku dulu.
***Rumah sakit itu terasa sunyi, langit yang mendung di luar jendela, dan bau antiseptik yang khas mengisi udara. Adam duduk di kursi seberang tempat tidur Dara, tangannya bergetar ketika ia memegang tangan istrinya yang lemah. Kondisi Dara melemah lagi, ia tahu karena penawar itu tidak sepenuhnya menghilangkan racun di tubuh sang istri."Maafkan suamimu ini, Dara," ucap Adam dengan mata berkaca-kaca. "Mas tidak bisa melindungimu dengan baik."Dara tersenyum lemah, mencoba memberikan kekuatan pada suaminya. "Mas Adam tidak salah. Ini bukan salahmu, Mas."Adam menarik napas dalam-dalam. "Tapi Mas harusnya bisa mencegah semua ini. Mas tidak boleh mengizinkan orang-orang itu menyakitimu.""Sudahlah, sayang," jawab Dara. "Aku tahu Mas mencintai aku, dan itu sudah cukup. Kita akan melalui ini bersama."Adam mengangguk, tetapi tatapannya terus melayang ke wajah pucat Dara. "Mas selalu merindukanmu, Sayang. Setiap detik tanpamu adalah siksaan bagi Mas."Dara tersenyum tipis, "Dan aku merind
***Di tengah gemerlap lampu malam, Sarah dan Shinta duduk di sebuah restoran mewah yang penuh dengan aroma harum masakan lezat. Mereka bersulang, gelas anggur mereka saling bersentuhan sebagai tanda keberhasilan mereka. Sarah tersenyum lebar, dan matanya berkilat ketika dia menceritakan rencananya yang licik kepada Shinta."Shinta, kamu tak akan percaya apa yang terjadi hari ini. Akhirnya, aku berhasil membuat Adam tunduk pada keinginanku," kata Sarah sambil tertawa penuh kepuasan.Shinta memandang Sarah dengan kagum. "Benarkah? Ceritakan semuanya padaku!"Sarah menceritakan dengan penuh detail bagaimana dia meracuni Dara dan membuat Adam tunduk pada permintaannya. Shinta tak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap kecerdasan sahabatnya."Dia tak akan pernah menyangka bahwa penawar itu hanya aku berikan seperempat. Dan dalam tiga hari, Dara akan lemas lagi," ujar Sarah sambil tersenyum misterius.Shinta terkejut namun tak bisa menahan tawanya. "Kamu benar-benar genius, Sarah! Aku t
***Pengumuman Adam tentang perceraiannya dengan Adam telah mengejutkan banyak pihak. Kabar ini membahana di media, membuatnya menjadi sorotan utama. Namun, tidak semua orang bisa memahami kedalaman perasaan dan keputusan sulit yang harus diambil oleh Adam.Ketika Adam tiba di rumahnya, dia disambut dengan tatapan tajam dan hening yang mengancam dari Tiara dan Wijaya, orang tua yang mencintainya. Kedua orang tua itu segera mendatangi Adam dengan langkah yang penuh kekecewaan.“Adam, apa yang kamu lakukan? Bagaimana bisa kamu mengumumkan perceraianmu seperti itu?” tanya Tiara dengan tatapan penuh kecewa.Wijaya Menggeleng. “Kami tidak mendidikmu menjadi orang seperti ini, Adam. Apa yang kamu pikirkan”Adam menarik nafas dalam-dalam. “Maafkan aku, Ma, Pa. Aku tahu ini sulit dipahami, tetapi aku tidak punya pilihan lain.”“Tidak punya pilihan? Apa yang membuatmu sampai pada keputusan ini?” tanya Tiara dengan suara meninggi.“Ini semua untuk Dara, Ma. Sarah, dia... dia memiliki penawar ra
***Di dalam kamar rumah sakit yang hening, Dara terbaring tanpa gerakan, tubuhnya terhubung dengan berbagai alat medis. Suasana kritis yang menyelimuti ruangan membuat Adam merasa semakin tenggelam dalam keputusasaan. Dara tampak semakin rapuh, dan perlahan kehidupannya menggeliat tipis.Adam duduk di samping tempat tidur istrinya, tatapannya kosong, dan napasnya tersengal. Dia tak tega melihat Dara menderita, dan perasaan frustrasinya semakin memuncak. Dokter keluar dari ruangan perawatan dengan wajah sedih, mencoba memberi penjelasan kepada Adam."Bu Dara memerlukan penawar yang sangat langka, Pak Adam. Kita berusaha semaksimal mungkin, tapi sampai saat ini, belum ada perkembangan yang signifikan," ucap dokter dengan suara pelan.Adam menundukkan kepalanya, memejamkan mata sejenak untuk menahan emosinya. "Istriku harus sembuh, dok. Aku tidak bisa kehilangannya."Di tengah keputusasaan, pikiran Adam tertuju pada Sarah, orang yang diketahuinya sebagai dalang di balik segala penderita
***Hari itu, keheningan di rumah sakit dipecah oleh telepon yang tak terduga. Adam mengangkat teleponnya dan mendengarkan berita yang membuat hatinya berdegup kencang. Informasi itu mengguncangnya seperti gempa bumi, menghancurkan kedamaian yang selama ini dia bangun bersama istrinya, Dara."Dara diracun oleh Sarah? Bagaimana ini bisa terjadi?" gumam Adam dengan nada gemuruh, penuh amarah. Apalagi saat tadi a dokter rumah sakit memberitahu keadaan Dara yang masih koma karena keracunan.Adam merasa darahnya mendidih ketika dia menyadari bahwa Dara menjadi korban ulah dua orang yang tidak punya hati dan tega melakukan hal yang keji seperti itu. Dia segera mengambil ponselnya dan memanggil asistennya, David."David, ini Adam. Segera blokir bandara. Ada seseorang yang harus kita tangkap. Namanya Nichole Choi. Lakukan ini secepat mungkin," perintah Adam dengan suara yang penuh urgensi.David yang merasakan seriusnya situasi ini, langsung menjawab, "Baik, Pak Adam. Saya akan segera melakuk
***Suri duduk sendirian di pojok kamar, matanya yang kecil dan cemerlang kini dipenuhi oleh air mata. Rambut hitam kecilnya berantakan, dan wajahnya terlihat lesu. Di tangan kecilnya, dia memeluk erat boneka kelinci kesayangannya, seolah-olah mencari kenyamanan dari objek kecil itu.Di sudut ruangan, Tiara dan Wijaya saling pandang, keprihatinan tergambar di wajah mereka. Mereka menyadari betapa sulitnya bagi Suri menghadapi kenyataan bahwa ibunya, Dara, harus dirawat di rumah sakit.Tiara mendekati Suri dengan langkah lembut, duduk di sampingnya, dan memeluknya erat. "Sayangku, apa yang membuat Suri begitu sedih?" tanya wanita paruh baya itu dengan lembut.Suri menoleh ke arah Tiara, air mata masih terus mengalir. "Suri sangat merindukan bunda, Nenek. Kapan bunda pulang? Suri mau lihat bunda."Tiara memahami perasaan cucunya dan mencoba menenangkan hatinya. "Bunda sedang sakit, sayang. Dokter harus merawatnya agar segera sembuh. Tapi jangan khawa
***Riky duduk gelisah di ruang tunggu rumah sakit, tatapannya kosong menuju pintu kamar tempat istrinya, Zea, dirawat. Pikirannya bergejolak di tengah ketidakpastian tentang nasib Zea yang masih belum sadarkan diri. Seiring waktu berlalu, kekhawatiran Riky semakin membesar, terutama setelah tadi ke rumah sakit mengantar Kana untuk melihat Dara yang juga dirawat di ruang gawat darurat karena keracunan. Keduanya dirawat di rumah sakit yang sama.Dokter langsung keluar dari kamar Zea dan menghampiri pria itu yang sedang melamun. “Pak Riky, kondisi istri anda masih belum stabil. Kami masih mencoba mencari penyebab luka yang parah ini. Mohon bersabar."Riky tambah gelisah. “Terima kasih, Dokter. Bagaimana dengan putri saya, Dara? Bagaimana keadaannya?""Bu Dara sedang dalam perawatan intensif. Kami berusaha semaksimal mungkin untuk mendeteksi dan mengatasi dampak keracunan,” balas dokter itu.Riky mengangguk dengan tatapan kosong. Pikirannya melayang ke masa lalu, mencari tahu bagaimana k
***Ruangan CEO PT. Shinee Serein tampak begitu elegan dengan sentuhan modern dan nuansa yang memberikan kesan kekuatan dan keberhasilan. Dara duduk di meja kerjanya yang besar, fokus pada pekerjaannya yang menumpuk. Suasana ruangan diisi dengan keheningan, hanya terdengar bisikan ringan dari mesin pencetak dokumen dan suara langkah kaki di lantai marmer.Pintu ruangan terbuka perlahan, mengungkapkan seorang asisten dengan senyum misterius di wajahnya. Dara menoleh dan terkejut melihat seorang kurir membawa sebuah paket yang cantik terbungkus rapi."Maaf mengganggu, Bu Dara. Paket ini baru saja datang untuk Anda," kata asisten sambil menyerahkan paket itu pada Dara.Dara tersenyum dan meraih paket itu dengan tanda tanya di wajahnya. Dia membaca nama pengirim di label: Adam Tanaka, suaminya. Hatinya berdebar-debar saat dia membuka paket itu dengan hati penuh harap.Di dalamnya, dia menemukan sekotak cokelat coklat gelap yang menggoda dan sebuket bun