Beranda / Thriller / MAFIA Behind The MASK / Romantis Sesaat (18+)

Share

Romantis Sesaat (18+)

Penulis: Radharmy RD
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-15 21:18:31

"Tok Tok tok." Seseorang mengetuk pintu rumah kami. Aku masih sibuk dengan riasan dan pakaianku.

"Stella, ada yang mengetuk pintu. Tolong dibukakan!" teriakku meminta pada Stella yang kamarnya berada di samping kamarku. 

Beberapa menit kemudian, Stella masuk ke kamarku tanpa izin. Tapi bagiku itu bukanlah suatu masalah.

"Siapa yang datang?" tanyaku pada Adikku.

"Om Kevin, Kak!" Jawabnya sambil ingin melangkah pergi. 

"Tunggu dek. Tolong buatkan dia air minum ya. Dan katakan padanya, kakak mau membereskan berkas dulu. Nanti kakak segera menyusul," pintaku pada Stella. Dia mengangguk dan pergi dari kamarku.

Ku keluarkan sebuah Map besar dari laci meja di samping tempat tidurku. Lalu kuambil beberapa berkas penting dari laci lainnya. Tidak lupa dengan undangan penting itu juga kumasukkan dalam Map yang akan ku bawa untuk perjalanan bisnis ini. Sebelum menemui Om Kevin, aku berdo'a terlebih dahulu.

"Lindungi aku dan yang lainnya Tuhan. Semoga rencana kali ini berjalan lancar," ucapku dalam hati. Lalu aku melangkah dari kamar untuk menemui Om Kevin.

                                  ***

"Pagi, Mama! Pagi, Om Kevin!" sapaku pada mereka berdua yang sedang berbincang santai di ruang tamu. 

"Pagi, Oliv sayang!" Mama membalas sapaan ku, dia berdiri dan mencium puncak kepalaku. "Berangkat sekarang?" tanya Mama sambil menatap aku dan Om Kevin bergantian.

"Iya Ma", "Iya Tante," jawab kami barengan. Mama tersenyum mendengar jawaban kami.

"Mr.Kevin! Tolong jaga anak saya di sana!" pinta Mama serius pada lelaki bertubuh tinggi yang berdiri dihadapannya. Om Kevin tersenyum lalu mengangguk mengiyakan.

Kami berempat berdiri di depan pintu rumah. Aku dan Om Kevin izin pamit pada Mama dan Stella. Kami berdua memasuki mobil, aku melambaikan tangan ku kepada dua orang yang selalu menanti kepulangan itu.

Mobil semakin menjauh dari rumah, kini kami sudah berada di muka gang yang menuju jalan utama. Selama perjalanan aku lebih banyak diam. Perasaanku mulai bekecamuk ketika meninggalkan rumah. 

"Kenapa lebih banyak diam? Biasanya kamu paling cerewet!" tanya Om Kevin dengan terus fokus pada jalan di depannya.

"Oliv takut, Om!" ucapku tanpa berpikir. Pandanganku tidak teralih dari jalanan yang terlihat lebih ramai daripada biasanya

"Takut? Mau pulang saja? Jangan terpaksa dengan sesuatu yang tidak membuat dirimu nyaman!" ujar Om Kevin. Dia ingin membelokkan mobilnya, tapi langsung ku cegah.

"Jangan, Om!" teriakku kaget. "Kita terus aja, Oliv cuma takut kalau dalam misi yang penting ini Oliv gagal dan mengecewakan kalian semua" ucapku sambil menundukkan pandanganku. 

"Oliv! Ini bukan misi penting pertama yang kamu coba. Misi kali ini sama, hanya saja partner kerjamu kali ini adalah para senior yang sudah terpercaya dalam misi mereka. So, tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Om Kevin mencoba menenangkan ku. Sekarang rasa percaya diriku mulai kembali sedikit demi sedikit.

"Oh iya Om, kita kan belum memesan tiket pesawat?" ujar ku sambil memandang Om Kevin yang sedang fokus menyetir.

"Kalau ada pesawat pribadi! Untuk apa tiket pesawat?" tanya Om Kevin sambil menaikkan salah satu ujung bibirnya dan tetap fokus menyetir. 

"Dari samping aja ganteng, apalagi dari depan," gumam ku dalam hati dengan senyum-senyum sendiri. Tampaknya Om Kevin menyadari kelakuan anehku.

"Kenapa senyum-senyum? Suka?" tanya Om Kevin blak-blakan dengan nada mengejek.

Aku refleks mengatakan iya tanpa disengaja. Sedangkan Om Kevin sudah tertawa terbahak-bahak mendengar pernyataan ku.

"Udah Om! Jangan diketawain, Oliv jadi malu!" ucapku sambil menutup wajah yang mulai terasa hangat. 

"Iya-iya tidak lagi," ujar Om Kevin masih tertawa. "Kamu tidur saja, nanti Om bangunin kalau sudah sampai di tempat tujuan. 

Ku ambil earpods yang ada di dalam tas kecil ku. Lalu kuputar musik dari ponsel dan mulai memejamkan mataku yang mulai mengantuk. Karena belum tertidur sepenuhnya, samar-samar kulihat Om Kevin memandangiku dengan tersenyum. Sekarang Om Kevin sudah mengambil posisi sebagai Ayah di dalam hatiku. Meski sikapnya dingin, tapi perhatian kecil darinya sudah lebih dari cukup untuk membuatku merasa terlindungi.

Tiga jam berlalu, akhirnya kami sampai di tempat pesawat pribadi Om Kevin terparkir.

"Olivia bangun!" pinta Om Kevin sambil mengguncang pelan tubuhku. Kesadara ku kembali dengan perlahan.

"Udah sampai, Om?" tanyaku sambil berjalan keluar mobil dengan keseimbangan yang belum sepenuhnya muncul. Aku hampir jatuh, tapi Om Kevin dengan sigap menangkap tubuhku yang dominan sangat kecil dibanding tubuhnya.

"Ya Ampun Oliv!" teriak Om Kevin kaget. "Kalau belum sepenuhnya sadar, jangan jalan dulu! Mau Om gendong?" seru Om Kevin sambil menawarkan bantuan padaku.

"Iya Om," ucapku tanpa sadar. Dengan senang hati Om Kevin menggendong tubuhku yang mungkin sangat ringan untuknya. Dia membawaku menaiki anak tangga pesawat, lalu meletakkan tubuhku di kasur empuk ada di pesawat itu. Om Kevin duduk disampingku dengan mengusap kepalaku lembut. 

"Olivia!" panggilnya lembut sambil menatap wajahku secara mendalam. Kali ini aku tidak bisa melihat Om Kevin yang biasanya. Yang terlihat hanyalah Om Kevin yang perhatian, tidak ada tatapan dingin atau aura ketus diwajahnya. Tatapan Om Kevin yang dalam membuat tubuhku membeku, otakku yang cerdas seakan berhenti bekerja.

"Om jangan menatap Oliv seperti itu," pintaku pada Om Kevin. Pipiku terasa menghangat, aku yakin sekarang kedua pipiku sangat merah sekarang.

"Kali ini saja!" ucap Om Kevin dengan suara yang mulai terdengar berat.

Aku paham tapi tidak ingin memahami. Seluruh tubuhku rasanya membeku tapi juga menghangat. Om Kevin mendekatkan wajahnya ke wajahku. Ingin rasanya aku menolak, tapi tubuhku benar-benar membeku kali ini. Bibir dan lidahku terasa kelu tidak bisa berkata apa-apa. Sekarang aku hanya bisa pasrah dan menerima perlakuan Om Kevin. Menolak pun rasanya percuma, hatiku juga menginginkannya.

Semakin dekat wajahnya semakin dalam juga tatapan matanya. Om Kevin mengelus leherku lembut sehingga membuat tubuhku bergidik ngeri. Tanpa aba-aba Om Kevin langsung mencium bibirku dan melahapnya secara perlahan. Tubuhku menegang saat Om Kevin melakukannya tanpa izin dariku. Semakin lama semakin dalam dan panas ciuman Om Kevin. Tapi tidak ada sedikitpun bagiku niat membalas ciuman darinya yang menghangatkan itu. Permainan saat ini mulai liar, tangan Om Kevin sudah menjalar kesana-kemari. Tidak ada penolakan dariku, malah tubuhku semakin lama semakin menikmati permainan dari Om Kevin. Tapi tetap saja diriku tidak ingin membalas ciuman dari Om Kevin.

"Hmm...." desahku pelan. Saat itu juga Om Kevin semakin liar dan membuka pengait bra yang menutupi aset berharga milikku. Tapi aku tidak ingin Om Kevin berbuat lebih seenaknya. Kuhentikan permainan tangannya yang mulai tidak terkendali. Kulepas ciuman dari bibirnya yang tidak terbalas. Om Kevin menatapku dengan tatapan kecewa. Dia bergegas pergi ke kamar mandi dan menyelesaikan kegiatan panasnya disana sendirian. 

Aku paham apa yang dirasakan Om Kevin saat ini. 5 tahun tidak melakukannya, membuat Om Kevin menjadi gila seperti sekarang ini.

Beberapa menit berlalu, akhirnya Om Kevin keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang lebih segar. Dia mendekat kearah ku lalu duduk ditempat yang sama seperti saat dia melakukan kegiatan panas tadi. Lelaki duda di hadapanku ini memegang kepalaku dengan lembut lalu mengecup singkat dahiku.

"Terima kasih! Rasanya manis! First Kiss?" tanya Om Kevin dengan suara yang kembali normal dan senyum yang tidak memudar sejak saat dia keluar dari kamar mandi tadi. Aku mengangguk dan memalingkan wajahku agar tidak terlihat oleh Om Kevin.

"Terima kasih untuk apa?" tanyaku dalam hati sambil mengerutkan dahiku. Aku tidak lagi peduli dengan keadaan saat itu. Aku lelah dan ingin istirahat, Om Kevin juga sdh kembali ke kursi yang masih 1 ruangan denganku. Kupejamkan mataku yang mulai terasa berat, lalu beberapa dektik berlalu aku terlelap tanpa peduli orang disekitar ku.

Bab terkait

  • MAFIA Behind The MASK   Secret Scarlett #1

    Suara deburan ombak terdengar di luar ruangan. Aku terbangun di sebuah kamar besar yang lampunya lumayan redup. Sekilas ku ingat apa yang terjadi sebelum aku bangun. Aku tertidur di pesawat lalu bangun dikamar besar ini? Aku yakin pasti ini ulah Om Kevin. Aku pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamar itu. Rasanya segar ketika tubuhku mulai terguyur oleh air yang mengalir dengan deras dari sebuah shower. "Olivia! Ayo siap-siap, sebentar lagi kita berangkat!" panggil seseorang wanita dari luar kamar. Aku sangat mengenal suara wanita itu, dia adalah Gehna Febrilio adik kandungnya Om Kevin. Kedudukanya di Secret Scarlett hampir sama dengan kakaknya. "Iya, Kak!" jawabku sambil menyudahi mandiku yang lumayan menyegarkan. Beberapa menit berpakaian, aku keluar kamar dengan memakai jumpsuit berwarna hitam, jaket dengan bahan jeans, sepatu hitam dengan hak 2cm, dan tas tidak terlalu besar untuk membawa dokumen-dokumen penting. Kutemui Om Kevin dan Kak Gehna yang sedang duduk di ruang tamu

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-20
  • MAFIA Behind The MASK   Secret Scarlett #2

    "Semua tamu yang berhadir diminta berdiri! Pemimpin Secret Scarlett akan memasuki ruangan!" beritahu seorang MC dari balik mimbar. Aku dan yang lain berdiri untuk menghormati pemimpin kami. Om Kevin berjalan dengan gagahnya menuju kursi kekuasaan. Om Kevin mengangkat tangannya, meminta kami untuk duduk. "Selamat datang para pencuri-pencuriku yang hebat! Kuucapkan Selamat kepada kalian karena telah terpilih untuk menghadiri rapat yang penting ini! Kalian pasti sudah tahu, bahwa untuk masuk ke markas ini harus memiliki akses berupa kode...." Saat Om Kevin asik berbicara, seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik memotong ucapnya tanpa merasa takut "Permisi, Mr.Kevin! Maaf karena saya telah dengan berani memotong pidato anda yang berharga itu! Tapi bisakah kita langsung saja ke intinya? Saya punya 2 anak bayi yang harus diurus!" ucapnya dengan berani. Para pengawal mengacungkan pistol ke arah wanita itu. Tapi tidak ada ketakutan sedikitpun di wajahnya. "Turunkan!" tegas Om

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-07
  • MAFIA Behind The MASK   Secret Scarlett #3

    "Sekarang hanya tersisa satu orang yang belum mengeluarkan idenya. Saya persilahkan kepada Mrs. Olivia untuk menjelaskan rencana apa yang ada di otak jenius milik anda!" ucap Om Kevin tanpa memudarkan senyumannya. Semua orang yag ada di ruangan itu menatap pemimpin mereka dengan ekspresi heran dan bingung. Aku berjalan sambil membawa Tab yang tadi sudah ku otak-atik menuju LED Proyektor yang masih menyala. Kusambungkan kabel yang ada di alat itu ke Tab yang tadi kubawa. sebuah gambar pesta bertema Disney muncul dan menarik perhatian semua orang yang ada diruangan itu. "Tanpa bertele-tele,saya akan langung mejelaskan apa yang akan menjadi rencana saya. Seperti yang kalian lihat! Ini adalah gambar pesta bertema Disney yang selalu dirayakan setahun sekali di Kerajaan Inggris," jelasku pada mereka, aku terus menampilkan info-info yang tadi kucari. "Tapi, jika dilihat dari berita yang rilis dua minggu yang lalu. Perayaan akan dilaksanakan bulan depan dengan tema y

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-07
  • MAFIA Behind The MASK   Secret Scarlett #4

    Setelah rapat berjalan dengan lancar, Om Kevin, Kak Gehna, dan aku pergi ke Restoran yang ada di seberang gedung untuk mengisi perut kami yang mulai bernyanyi. Begitu berat langkahku untuk meninggalkan gedung mewah ini. "Kenapa?" tanya Om Kevin datar. "Tidak apa-apa,Om! hanya saja Oliv begitu menyukai tempat ini," ucapku sambil menggandeng tangan. Ia menatapnya sebentar lalu kembali berjalan. Kakiku yang pendek membuatku kesulitan mengikuti langkah kaki pria tinggi ini. "Tidak adiknya! Tidak kakaknya! Sama saja, mereka tidak akan pernah mengerti betapa pendeknya kakiku!" gumamku pelan. Tapi hal itu kedengaran oleh Om Kevin. Sehingga Ia membungkukkan badannya dan memintaku naik ke punggungnya. "Naik!" perintahnya padaku dengan tegas. "Tidak perlu, kakiku masih bisa berjalan." Aku terus berjalan tanpa mempedulikan perintahnya. "Ayo! Ini perintah!" tegasnya sekali lagi. "Ish, aku bukan anak kecil!" Dengan terpaksa aku menaiki punggungnya dan berpegangan erat pada batang lehernya

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-26
  • MAFIA Behind The MASK   Travel With You

    Sebuah suara membangunkan mimpi yang sedang berlayar. Alarm di atas nakas itu sangat mengganggu waktu tidurku yang singkat. "Nyonya Olivia!" panggil seseorang dari balik pintu kamar tidurku. "Iya, siapa?" tanyaku pada suara tersebut. "Ini saya, Helly! Apakan Nyonya membutuhkan sesuatu? Atau mau saya bawakan makanan?" sambil bertanya balik kepadaku. Aku Berpikir Mendekatkan sebelum meminta sesuatu kepadanya. "Tolong bawakan air lemon yang ditambah dengan sedikit madu dan gula. Dan juga bawakan dua roti bakar yang diberi selai nanas dan coklat di tengahnya" pintaku kepada kepala ART itu. "Siap, Bu Mohon ditunggu!" sambil melangkahkan kaki pergi dari kamarku. Aku menunggu sambil memainkan ponselku dengan bermain game yang sering direkomendasikan adikku. Beberapa menit kemudian, aku melihat gagang pintu bergerak tanpa ada seseorang yang memanggilku. "Helly! Kenapa tidak ketuk pintu dulu?" teriakku kesal. "Kamu mau marah sama aku?" tanya seseorang dengan suara yang familiar memasuk

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-26
  • MAFIA Behind The MASK   Badai di tengah Pelangi

    Waktu menunjukkan pukul setengah delapan malam. Akhirnya kami berdua tiba di tujuan terakhir, yaitu Pasar Malam terbesar di Pusat Kota New York. Aku sebenarnya sudah cukup lelah karena jalan-jalan seharian. Tapi karena langkanya moment hari ini yang bisa membuatku melihat tawa Om Kevin. Aku menyingkirkan rasa lelahku agar tetap bisa membuat manusia salju ini mencair. "Ayo!" ucapnya sambil menarik tanganku. "Kita bagaikan Ayah dan Anak ya, Om!" kataku sambil terkekeh. Meski tinggi badanku dan Om Kevin tidak terlalu jauh, tapi jika dilihat oleh orang lain, kami seperti sepasang Ayah dan Anak. "Anggap saja begitu," sahutnya sambil terus memegang tanganku dengan erat agar tidak hilang di tengah kerumunan yang sedang ramai. Kami mampir kesemua penjual dan mencoba semua makanan yang ada di sana. Terdapat berbagai macam makanan di tempat itu, dari Korean food, Japanese food, Indonesian food, dan masih banyak lagi. "Dari tadi makan-makanan pedas terus, besok kita cek ke rumah sakit! Kala

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-28
  • MAFIA Behind The MASK   Pergi Untuk Sang Buah Hati

    Aku terbangun dengan sebuah kehangatan. Pelukan dari orang yang sama belum terlepas sejak kemaren malam. Kulepas pelan-pelan tangannya yang memelukku, lalu aku pergi ke balkon untuk menyegarkan otakku. "Pagi yang mendung mewakili hatiku yang remuk," gumamku sambil menikmati pendangan kota New York dari balkon di lantai 20. Di balkon itu sudah terdapat tempat penyeduhan kopi panas dan beberapa camilan. Tujuannya untuk mempermudahkan tamunya agar tidak perlu lagi berjalan ke dapur hanya untuk membuat kopi atau teh. "Aku merindukan Julius dan Angelina!" ucapku sambil menyantap beberapa camilan sambil duduk di kursi yang sudah disediakan. Tiba-tiba sebuah panggilan video terlihat di layar ponselku. Panggilan itu adalah dari mereka berdua yang baru saja aku rindukan. Setelah menarik nafas panjang karena senang, aku langsung mengangkat panggilan video itu. "Hai!" sapaku terlebih dahulu sebelum mereka menyapa. "Oh, Hai Oliv!" sapa mereka bali

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-31
  • MAFIA Behind The MASK   Tamu Tak di Undang

    Setelah di tinggal oleh Om Kevin, aku menghabiskan kesendirianku hanya dengan main game, menonton film, makan-makan dan masih banyak lagi. "Sekarang apa yang harus aku lakukan?" Bertanya pada diriku sendiri. Aku kembali duduk di balkon sambil menikmati angin dan matahari sore. Pemandangan yang indah jika dinikmati bersama orang yang menyayangimu. "Sekarang aku benar-benar kesepian," ucapku dengan kembali membuka game buatan Stella. Sebelum login game, seseorang tanpa nama mengirim pesan private kepadaku. "Aku akan balas dendam padamu!" "Tak akan kubiarkan kamu hidup tenang!" "Kamu akan mati di tanganku!" Tulisnya dalam pesan terkunci itu. Aku yang lebih mementingkan kesepianku hanya tersenyum tipis melihat pesan itu. "Mau aku mati di tanganmu atau di tangan orang lain, siapa yang akan peduli tentang kematianku!" gumamku dalam hati sambil meneruskan permainan yang sejak tadi menunggu dimainkan. ***Dua hari kemudian*** *Ting, ting, ting* bel pintu terus berbunyi. Aku yang s

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-07

Bab terbaru

  • MAFIA Behind The MASK   Hak Asuh Jessi

    *POV Kevin Pranata Agraha* Empat hari setelah pergi meninggalkan Oliv. Pagi itu bertepatan di kediaman Kevin, sebuah keributan besar terjadi di rumah itu. "Tak akan kubiarkan hak asuh Jessi jatuh ke tanganmu!" teriak seorang Pria yang terkenal dengan sifat dinginnya. Ia memeluk erat anak perempuan semata wayangnya itu. "Aku mohon, Kevin! Tolong berikan hak asuk Jessi padaku. Aku berjanji padamu akan merawat Jessi dengan sebaik mungkin," ucap wanita yang sudah tidak punya urat malu itu. "Plak." Satu pukulan melayang ke pipi yang sudah mengkhianati laki-laki itu. "Sadar dengan ucapan mu Grace! Atas dengan alasan apa aku harus memberikan hak asuh Jessi kepadamu? Selama lima tahun aku merawat Jessi sendirian tanpa ada sedikitpun kontribusi dari Ibunya! Sekarang, kamu datang dengan muka busukmu itu untuk meminta hak asuk Jessi? Dimana rasa malumu Grace?" cercah Kevin habis-habisan menghantam Grace dengan kata-kata tajamnya. "Aku mohon padamu Kevin, berikan aku satu kali kesempatan unt

  • MAFIA Behind The MASK   Suka Duka Bersama

    "Prankkk!" sebuah barang jatuh dari dapur. "Juliuss!" teriak Angelina bersamaan dengan barang jatuh itu. Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Dua orang tamu yang baru datang tadi malam sedang membuat keributan di dapur. Aku yang masih menikmati waktu tidurku ikut terganggu mendengar keributan itu. "Mereka kenapa sih?" tanyaku sambil berusaha membuka mata yang kini terasa berat. Setelah mengumpulkan nyawa, aku berjalan ke arah cermin untuk melihat wajahku terutama di area mata. "Benar-benar sembab, apa mereka melihatnya?" gumamku dengan perasaan takut. Aku segera ke kamar mandi untuk membersihkan badan dan merelaksasikan tubuhku yang mulai kelelahan. Selesai mandi aku memakai beberapa rangkaian perawatan kulit untuk menutrisi kulit dan juga mengurangi sembab yang ada di mataku. Kamar hotel yang aku tempati lumayan luas, aku tinggal di lantai 20 yang bertema VVIP yang hanya berisi enam kamar. Satu kamar sudah memiliki fasilitas lengkap, seperti ruang tamu dengan kursi yang bisa

  • MAFIA Behind The MASK   Tamu Tak di Undang

    Setelah di tinggal oleh Om Kevin, aku menghabiskan kesendirianku hanya dengan main game, menonton film, makan-makan dan masih banyak lagi. "Sekarang apa yang harus aku lakukan?" Bertanya pada diriku sendiri. Aku kembali duduk di balkon sambil menikmati angin dan matahari sore. Pemandangan yang indah jika dinikmati bersama orang yang menyayangimu. "Sekarang aku benar-benar kesepian," ucapku dengan kembali membuka game buatan Stella. Sebelum login game, seseorang tanpa nama mengirim pesan private kepadaku. "Aku akan balas dendam padamu!" "Tak akan kubiarkan kamu hidup tenang!" "Kamu akan mati di tanganku!" Tulisnya dalam pesan terkunci itu. Aku yang lebih mementingkan kesepianku hanya tersenyum tipis melihat pesan itu. "Mau aku mati di tanganmu atau di tangan orang lain, siapa yang akan peduli tentang kematianku!" gumamku dalam hati sambil meneruskan permainan yang sejak tadi menunggu dimainkan. ***Dua hari kemudian*** *Ting, ting, ting* bel pintu terus berbunyi. Aku yang s

  • MAFIA Behind The MASK   Pergi Untuk Sang Buah Hati

    Aku terbangun dengan sebuah kehangatan. Pelukan dari orang yang sama belum terlepas sejak kemaren malam. Kulepas pelan-pelan tangannya yang memelukku, lalu aku pergi ke balkon untuk menyegarkan otakku. "Pagi yang mendung mewakili hatiku yang remuk," gumamku sambil menikmati pendangan kota New York dari balkon di lantai 20. Di balkon itu sudah terdapat tempat penyeduhan kopi panas dan beberapa camilan. Tujuannya untuk mempermudahkan tamunya agar tidak perlu lagi berjalan ke dapur hanya untuk membuat kopi atau teh. "Aku merindukan Julius dan Angelina!" ucapku sambil menyantap beberapa camilan sambil duduk di kursi yang sudah disediakan. Tiba-tiba sebuah panggilan video terlihat di layar ponselku. Panggilan itu adalah dari mereka berdua yang baru saja aku rindukan. Setelah menarik nafas panjang karena senang, aku langsung mengangkat panggilan video itu. "Hai!" sapaku terlebih dahulu sebelum mereka menyapa. "Oh, Hai Oliv!" sapa mereka bali

  • MAFIA Behind The MASK   Badai di tengah Pelangi

    Waktu menunjukkan pukul setengah delapan malam. Akhirnya kami berdua tiba di tujuan terakhir, yaitu Pasar Malam terbesar di Pusat Kota New York. Aku sebenarnya sudah cukup lelah karena jalan-jalan seharian. Tapi karena langkanya moment hari ini yang bisa membuatku melihat tawa Om Kevin. Aku menyingkirkan rasa lelahku agar tetap bisa membuat manusia salju ini mencair. "Ayo!" ucapnya sambil menarik tanganku. "Kita bagaikan Ayah dan Anak ya, Om!" kataku sambil terkekeh. Meski tinggi badanku dan Om Kevin tidak terlalu jauh, tapi jika dilihat oleh orang lain, kami seperti sepasang Ayah dan Anak. "Anggap saja begitu," sahutnya sambil terus memegang tanganku dengan erat agar tidak hilang di tengah kerumunan yang sedang ramai. Kami mampir kesemua penjual dan mencoba semua makanan yang ada di sana. Terdapat berbagai macam makanan di tempat itu, dari Korean food, Japanese food, Indonesian food, dan masih banyak lagi. "Dari tadi makan-makanan pedas terus, besok kita cek ke rumah sakit! Kala

  • MAFIA Behind The MASK   Travel With You

    Sebuah suara membangunkan mimpi yang sedang berlayar. Alarm di atas nakas itu sangat mengganggu waktu tidurku yang singkat. "Nyonya Olivia!" panggil seseorang dari balik pintu kamar tidurku. "Iya, siapa?" tanyaku pada suara tersebut. "Ini saya, Helly! Apakan Nyonya membutuhkan sesuatu? Atau mau saya bawakan makanan?" sambil bertanya balik kepadaku. Aku Berpikir Mendekatkan sebelum meminta sesuatu kepadanya. "Tolong bawakan air lemon yang ditambah dengan sedikit madu dan gula. Dan juga bawakan dua roti bakar yang diberi selai nanas dan coklat di tengahnya" pintaku kepada kepala ART itu. "Siap, Bu Mohon ditunggu!" sambil melangkahkan kaki pergi dari kamarku. Aku menunggu sambil memainkan ponselku dengan bermain game yang sering direkomendasikan adikku. Beberapa menit kemudian, aku melihat gagang pintu bergerak tanpa ada seseorang yang memanggilku. "Helly! Kenapa tidak ketuk pintu dulu?" teriakku kesal. "Kamu mau marah sama aku?" tanya seseorang dengan suara yang familiar memasuk

  • MAFIA Behind The MASK   Secret Scarlett #4

    Setelah rapat berjalan dengan lancar, Om Kevin, Kak Gehna, dan aku pergi ke Restoran yang ada di seberang gedung untuk mengisi perut kami yang mulai bernyanyi. Begitu berat langkahku untuk meninggalkan gedung mewah ini. "Kenapa?" tanya Om Kevin datar. "Tidak apa-apa,Om! hanya saja Oliv begitu menyukai tempat ini," ucapku sambil menggandeng tangan. Ia menatapnya sebentar lalu kembali berjalan. Kakiku yang pendek membuatku kesulitan mengikuti langkah kaki pria tinggi ini. "Tidak adiknya! Tidak kakaknya! Sama saja, mereka tidak akan pernah mengerti betapa pendeknya kakiku!" gumamku pelan. Tapi hal itu kedengaran oleh Om Kevin. Sehingga Ia membungkukkan badannya dan memintaku naik ke punggungnya. "Naik!" perintahnya padaku dengan tegas. "Tidak perlu, kakiku masih bisa berjalan." Aku terus berjalan tanpa mempedulikan perintahnya. "Ayo! Ini perintah!" tegasnya sekali lagi. "Ish, aku bukan anak kecil!" Dengan terpaksa aku menaiki punggungnya dan berpegangan erat pada batang lehernya

  • MAFIA Behind The MASK   Secret Scarlett #3

    "Sekarang hanya tersisa satu orang yang belum mengeluarkan idenya. Saya persilahkan kepada Mrs. Olivia untuk menjelaskan rencana apa yang ada di otak jenius milik anda!" ucap Om Kevin tanpa memudarkan senyumannya. Semua orang yag ada di ruangan itu menatap pemimpin mereka dengan ekspresi heran dan bingung. Aku berjalan sambil membawa Tab yang tadi sudah ku otak-atik menuju LED Proyektor yang masih menyala. Kusambungkan kabel yang ada di alat itu ke Tab yang tadi kubawa. sebuah gambar pesta bertema Disney muncul dan menarik perhatian semua orang yang ada diruangan itu. "Tanpa bertele-tele,saya akan langung mejelaskan apa yang akan menjadi rencana saya. Seperti yang kalian lihat! Ini adalah gambar pesta bertema Disney yang selalu dirayakan setahun sekali di Kerajaan Inggris," jelasku pada mereka, aku terus menampilkan info-info yang tadi kucari. "Tapi, jika dilihat dari berita yang rilis dua minggu yang lalu. Perayaan akan dilaksanakan bulan depan dengan tema y

  • MAFIA Behind The MASK   Secret Scarlett #2

    "Semua tamu yang berhadir diminta berdiri! Pemimpin Secret Scarlett akan memasuki ruangan!" beritahu seorang MC dari balik mimbar. Aku dan yang lain berdiri untuk menghormati pemimpin kami. Om Kevin berjalan dengan gagahnya menuju kursi kekuasaan. Om Kevin mengangkat tangannya, meminta kami untuk duduk. "Selamat datang para pencuri-pencuriku yang hebat! Kuucapkan Selamat kepada kalian karena telah terpilih untuk menghadiri rapat yang penting ini! Kalian pasti sudah tahu, bahwa untuk masuk ke markas ini harus memiliki akses berupa kode...." Saat Om Kevin asik berbicara, seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik memotong ucapnya tanpa merasa takut "Permisi, Mr.Kevin! Maaf karena saya telah dengan berani memotong pidato anda yang berharga itu! Tapi bisakah kita langsung saja ke intinya? Saya punya 2 anak bayi yang harus diurus!" ucapnya dengan berani. Para pengawal mengacungkan pistol ke arah wanita itu. Tapi tidak ada ketakutan sedikitpun di wajahnya. "Turunkan!" tegas Om

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status