Share

Zahir, Zafar dan Anna

Penulis: Asda Witah busrin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Astaghfirullahaladziim! Mas Zahir!” Riri berteriak kencang karena terkejut. Wanita itu langsung menghentikan aktivitasnya yang sedang merapikan sesuatu. Dia berkali-kali mengembuskan napas dan mengurut dada.

Zahir menutup pintu dengan membantingnya kencang hingga menimbulkan suara yang memekakkan telinga. Anak lelaki itu berjalan sambil menghentakkan kaki hingga sepatu yang dia gunakan terpental kemana-mana.

Riri menarik napas panjang melihat kelakuan Zahir. Pasti ada hal yang membuatnya sangat marah hingga seperti itu. Zahir biasanya lebih memilih diam kalau sedang ada yang membuatnya kesal. Kalau sampai dia lampiaskan, itu artinya sudah tidak bisa ditahan.

Riri memperhatikan dengan ekor mata saat Zahir naik ke atas menuju kamarnya. Gadis itu bergegas mengambil sepatu Zahir yang terlempar kemana-mana. Sebelum dia sempat meletakkan sepatu pada tempatnya, Zafar dan Anna membuka pintu.

“Mas Zahir kenapa, Mas?” Riri menyambut Zafar dengan pertanyaan. Dia bisa melihat ada ketegangan anta
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
anak anak itu juga bikin esmosi Zahir dan zafran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Menyentuh Hati Tibra

    “Jangan hina ibuku!” Tangan Zahir terkepal kencang. Dia tidak akan pernah rela malaikat tak bersayapnya itu direndahkan. Wanita hebat yang sangat dia kagumi, tak akan pernah dia biarkan seorang pun menghakimi.“Ada yang salah? Kata ibuku ….”“Ibumu pengangguran?” Zahir bertanya cepat.Riko menautkan alis mendengar pertanyaan Zahir yang tiba-tiba dan di luar konteks pembicaraan mereka.“Kalau pengangguran, wajarlah punya waktu mengurusi hidup orang lain. Kau membuktikan ucapanmu barusan ada benarnya. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Seperti dirimu yang persis dengan ibumu. Nyinyir!” Zahir tersenyum puas menatap wajah Riko yang memerah.“Aduh!” Zahir memegang pipinya.Secara tiba-tiba Riko memukulnya dengan kencang. Anak itu tidak terima dengan perkataan Zahir. Zahir yang merasa Riko yang memulai semuanya membalas hingga terjadi perkelahian yang membuat ramai gerbang sekolah.Hari itu, untuk pertama kalinya Zahir dipanggil ke ruang BK. Sebenarnya hari ini merupakan akumulasi pera

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Pertemuan Tak Sengaja

    Sementara di sini, Andhira sedang sibuk membeli perlengkapan bayi untuk menyambut kelahiran buah hatinya. Wanita itu terlihat manis dengan dress baby pink yang dia gunakan. Andhira awalnya ingin ditemani Tibra. Namun, dia tahu suaminya sedang pusing dengan resto. Jadi, dia memutuskan ke mall sendiri dengan diantar supir.Walau usaha Tibra sedang menurun, namun mereka tidak pernah kekurangan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Usaha kos-kosan Tibra yang terletak di dekat dua kampus ternama lebih dari cukup untuk membiayai kehidupan mereka.Tambahan lagi, Aruna tidak pernah sedikitpun mengusik masalah bagian. Jadi, mereka aman. Menurut Andhira, wajar saja kalau mantan istri suaminya itu tidak pernah meributkan masalah pembagian uang. Toh, dua anak mereka yang kini dalam pengasuhan Tibra juga banyak kebutuhan.Andhira baru saja akan menentukan makan dimana saat dia tanpa sengaja melihat sosok Aruna di tempat makan. Wanita itu terlihat menyalami beberapa orang yang kemudian saling berp

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Andhira Selingkuh?

    “B*jingan!” Tibra memukul meja kerjanya dengan kencang. Napasnya memburu dengan kencang. Emosi Tibra sedang berada pada puncaknya. Hal itu terlihat jelas dari matanya yang memerah seolah menyimpan bara yang menyala.“Argh!” Lelaki itu berteriak dan melemparkan gelas minumannya ke arah dinding hingga membuat gelas itu hancur berkeping-keping. Dia tidak peduli kalau hal itu akan terdengar keluar. Saat ini, Tibra butuh pelampiasan.Beberapa karyawan Arapi yang mendengar suara berkelontangan seperti benda pecah dari dalam ruangan Tibra saling memandang. Setelah beberapa saat, mereka memutuskan melanjutkan pekerjaan masing-masing. Para karyawan itu hanya bisa berharap dan berdoa agar usaha Tibra baik-baik saja sehingga mereka tidak harus dirumahkan seperti karyawan cabang lain.Tibra menatap nanar pada beling yang berserakan di lantai. Di dinding ruangannya tercetak warna merah bekas minumannya yang tadi membentur dinding sebelum jatuh membasahi lantai.Lelaki itu menarik napas panjang. D

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Amukan Tibra

    “MAS! Jangan, Mas. Istighfar.” Andhira berusaha memeluk Tibra dari belakang. Dia sedikit kesusahan karena terhalang perutnya yang membuncit.Tibra mendengs kencang saat merasa gerakannya tertahan. Hampir saja Tibra mendorong kencang Andhira kalau dia tidak ingat wanita itu sedang hamil besar.Dendra memanfaatkan momen itu untuk berdiri dan memperkuat pertahanan. Setidaknya dia harus meminta penjelasan kenapa Tibra tiba-tiba menghajarnya.“Bela saja terus pasangan selingkuhmu itu!” Tibra melepaskan pelukan Andhira.“Hah?” Andhira dan Dendra saling bertatapan.“Apa maksudnya, Mas?” Dendra maju perlahan. Lelaki itu mengumpat dalam hati, masalah apa lagi ini pikirnya. Belum juga terang benderang masalah kemarin, sudah muncul masalah baru yang tidak kalah peliknya. Sepertinya dugaannya benar kalau ada yang berusaha mengadu domba dia dan Tibra.“Jelaskan apa ini!” Tibra melemparkan amplop coklat yang dari tadi dia bawa.Foto-foto dari dalam amplop berceceran keluar dari amplop saat dilempar

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Tabur Tuai

    Dendra akhirnya memilih bergegas pergi. Nanti-nanti dia bisa kembali lagi untuk menjelaskan saat emosi Tibra sudah stabil kembali. Kalau sidsh begini, mau diberikan penjelasan bagaimanapun Tibra tidak akan mendengarkan. Emosi sudah menguasai sepupunya itu Tibra mengikuti kepergian Dendra dengan ujung mata sampai sepupunya itu hilang dari pandangannya. Dia mengusap wajah kasar saat belakang tubuh Dendra sudah tidak terlihat lagi.“Mas ….” Andhira mendekati Tibra perlahan sambil memegang perut. Dari tadi janinnya terasa bergerak-gerak seperti gelisah. Dia benar-benar ketakutan tadi saat melihat Tibra begitu kasar. Bayangan saat dulu Devan menghajarnya langsung memenuhi ingatan. Susah payah dia menguasai diri agar tidak pingsan.“Dengar, Andhira. Aku tidak berlaku kasar padamu hanya karena memandang kau sedang hamil walau aku tidak yakin itu anakku.” Tibra menepis tangan Andhira yang berusaha menyentuhnya.“Satu lagi, jangan bermimpi aku akan melepaskanmu begitu saja. Dulu saat aku mas

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Devan di Rumah Tibra

    “Saya tidak berminat memperpanjang kerjasama kita, Pak Devan.” Tibra menatap lelaki di hadapannya dengan wajah datar. Sejujurnya dia terganggu dengan kedatangan lelaki itu ke rumahnya.“Terima kasih.” Devan mengangguk sopan pada asisten rumah tangga Tibra yang baru saja meletakkan air minum dan mempersilahkannya.Lelaki itu mengikuti langkah wanita setengah baya yang menggunakan seragam hijau hingga hilang dari pandangan. Devan memperhatikan sekeliling rumah yang bercat kuning gading. Di samping sofa tempat mereka duduk, terdapat tangga dengan konsep transparan. Material kaca pada pegangan tangga membuat tampilannya tampak modern dan elegan. Tangga yang melingkar itu dilapisi dengan karpet yang ditempatkan pada anak tangga hingga memberikan kesan glamour.Tepat di atas tempat mereka duduk, terdapat lampu gantung mewah dengan bentuk dekorasi mahkota. Dekorasi lampu mahkota tersebut sangat cocok dengan warna rumah yang senada dengan lampu berwarna kuning. Devan mengangguk-angguk. Tida

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Memengaruhi Andhira

    “Sepertinya pembicaraan kita sudah selesai, Pak Devan? Mohon maaf sebelumnya, saya harus menemani istri kontrol ke dokter kandungan.” Tibra berdiri dan mengulurkan tangan.Devan tersenyum dan menyambut uluran tangan Tibra. Dia tahu, Tibra mengusirnya secara halus. Lelaki itu ikut berdiri sambil menatap Aruna yang berdiri terpaku di samping suaminya.“Sebentar ya, Sayang. Aku ganti baju dulu.” Tibra mengelus bahu Andhira dan berjalan meninggalkan Devan begitu saja saat mereka selesai bersalaman. Dia tidak sedikitpun menoleh pada Devan.Devan berjalan mendekati Andhira saat Tibra sudah hilang dari pandangan. Dia bisa melihat Andhira menampakkan gerakan kurang nyaman. Lelaki itu tersenyum lebar. Dia beruntung karena Andhira tidak menceritakan masa lalu mereka pada Tibra sehingga dia bisa bergerak dengan leluasa.“Kembali padaku, Andhira. Atau, kau akan melihat Tibra semakin hancur.” Devan merangkul bahu Andhira. Aroma minyak wangi yang Aruna kenakan menyapa hidung Devan.“Lepas!” Andhira

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Sebuah Pukulan

    Devan menarik rambut Andhira kencang, membuat wanita itu meringis karena kesakitan di dua titik pada tubuhnya. Satu tangannya memegang perut, tangan yang lain memegang tangan Devan yang menarik rambutnya.Devan berbisik pelan pada Andhira. “Kau adalah mi-lik-ku!” Matanya menatap bengis pada wanita yang saat ini memandangnya dengan penuh ketakukan. Napas Devan menderu saat merasakan tubuh Andhira gemetar hebat dalam cengkramannya.“ARGH!” Devan berteriak sambil memegang pipi. Badan lelaki itu limbung hingga membuatnya kehilangan keseimbangan. Hampir saja badan Andhira terseret saat badan Devan terjatuh ke lantai, beruntung Tibra segera menahannya sehingga dia tidak ikut terjatuh. Wanita itu meringis sambil memegang kepalanya yang perih. Sepertinya beberapa helai rambutnya ikut tercabut saat Devan jatuh tadi.“APA YANG KAU LAKUKAN PADA ISTRIKU?!” Tibra menginjak perut Devan, membuat lelaki itu mengaduh kesakitan. Emosinya langsung naik saat melihat pemandangan Devan sedang menjambak ra

Bab terbaru

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   [TAMAT] Penyesalan Mendalam

    "Ampun! Ampun! Maaf, Mas." Andhira memeluk lutut dan menyembunyikan kepalanya di sana. Rambut wanita itu kusut masai. Di lantai, ceceran rambutnya terserak banyak karena sering dijambak."Tolong! Tolooong … tolooooong … bantu aku, bantu aku." Andhira kembali berteriak kencang sambil menangis histeris. Tubuhnya bergetar hebat. "Jangan bunuh aku, kumohon. Biarkan aku dan anakku hidup dengan tenang. Kumohon." Andhira menghiba dengan wajah basah.Sepuluh menit kemudian, dia tertidur di lantai dalam posisi bersujud. Seperti biasa, setelah mengamuk dan berteriak histeris, Amdhira akan tertidur begitu saja karena kelelahan. Napasnya terdengar teratur. Tidak lagi menderu seperti tadi.Disini, Tibra mengepalkan tangan kencang. Hatinya perih melihat keadaan Andhira. Sejak kejadian pagi itu sebulan yang lalu, Andhira menjadi lebih pendiam. Wanita itu tidak banyak bicara. Dia bahkan semakin menjaga jarak dengan Tibra dan tidak berani membalas tatapannya setiap kali berbicara.Tepat seminggu setela

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Kebenaran Tentang Masa Lalu

    Tibra meremas selembar foto di tangannya. Lelaki itu menatap nyalang pada foto-foto lain yang berserakan. Disana terlihat foto dua orang yang sangat dia kenal. Andhira dan Devan sedang akad nikah. Keduanya juga tampak tersenyum lebar di pelaminan. Di foto lain, terlihat Devan dan Andhira sedang berfoto di ranjang rumah sakit sambil memeluk bayi mungil dengan papan nama bertuliskan nama Anna. Bukan hanya foto, tapi fotokopi kartu keluarga dan Juga fotokopi buku nikah melengkapi isi amplop coklat yang sampai ke mejanya pagi ini. "Lelucon apa ini?" Tibra tertawa kencang. Kepalanya hampir pecah mengetahui istri dan orang yang telah menghancurkan usahanya ternyata pernah menikah. Lelaki itu benar-benar meraa dipermainkan oleh kehidupan. Tibra langsung membereskan semua foto dan memasukkannya kembali ke dalam amplop besar. Setelah itu dia langsung meninggalkan outlet. Berkali-kali dia memukul kemudi dan membunyikan klakson selama perjalanan. Andai bisa, ingin rasanya dia melajukan kendara

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Dari Balik Jeruji Besi

    “Devan!”Lelaki yang sedang tiduran di kasur tipis sambil menumpukan kaki kanan di atas lutut kirinya itu mengangkat kepala sedikit saat mendengar petugas menyebut namanya.“Ada tamu,” ucap petugas sambil membuka kunci. Bunyi gemerincing rantai dan kunci beradu dengan sel memenuhi pendengaran, membuat beberapa tahanan menoleh dari balik sel mereka.Devan tersenyum tipis pada wajah-wajah penasaran itu. Jangankan mereka, diapun tidak sabar ingin tahu siapa tamu yang datang ini. Hampir dua tahun dia menjalani hukuman, tidak ada yang datang berkunjung. Itulah sebabnya saat mendengar Devan ada tamu, yang lain langsung antusias.“Siapa ya tamunya?”“Bukannya dia psikopat? Ada juga yang mau mengunjungi ternyata.”“Masa sih?”“Iya, makanya itu dia sendirian di dalam sel!”“Oh jadi itu alasannya dia seperti diistimewakan dengan hanya sendiri saja?”“Iya, katanya dulu awal-awal menjadi tahanan, habis rekan satu selnya. Entah dibagaimanakan, hampir saja teman-teman satu selnya mati perlahan. Unt

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Berbanding Terbalik

    “Baiklah, terima kasih pada pembicara kita yang sangat luar biasa. Sesi selanjutnya adalah penyerahan bantuan kepada teman-teman yang usahanya sedang kurang baik. Kepada teman-teman yang namanya disebutkan, harap naik ke atas panggung."Tibra meletakkan gelas minumannya. Sambil merapikan dasi, dia bergegas melangkah ke arah panggung. Beberapa teman yang usahanya juga kurang baik menepuk punggungnya. Mereka berjalan bersama.Hanya Tibra yang tidak didampingi istri. Andhira memilih menemani putri mereka daripada ikut ke sini. Acara itu disiarkan secara live di salah satu televisi swasta. Sehingga, dia bisa ikut mengikuti jalannya acara."Untuk menyerahkan secara simbolis bantuan ini, kami minta dengan hormat kepada Ibu Aruna sebagai sosok yang menginspirasi hari ini untuk memberikan amplop sebagai tanda sahnya teman-teman menerima bantuan. Semoga dengan diberikannya bantuan ini oleh Ibu Aruna, teman-teman sekalian bisa termotivasi untuk berinovasi sehingga usahanya bisa bangkit kembali.

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Bagai Kerumunan Lalat

    “Ah … maaf!” Tibra yang pikirannya sedang melayang kemana-mana tanpa sengaja menabrak seseorang saat akan mengambil gelas minuman.“Tidak apa-apa, tidak apa-apa.”Tibra menautkan alis saat mendengar suara yang sepertinya dia kenal. Dengan cepat, lelaki itu mengangkat kepala dan menoleh ke sumber suara.“Tibra.” Wira menarik napas panjang saat menyadari yang menabraknya barusan adalah mantan menantunya. Ada yang tercubit di dalam sana saat berjumpa lagi setelah sekian lama. Terakhir mereka bertemu di ruang persidangan perceraian saat dia mendampingi Aruna.Tibra menegakkan badan, dagunya sedikit terangkat dengan sebelah tangan masuk ke dalam kantong celana. Sejak dulu, dia dan mantan mertuanya itu tidak pernah dekat. Penolakan Wira padanya saat ingin menjadikan Aruna istri dulu masih membekas jelas dalam ingatan Tibra.“Apa kabar, Nak?” Adya tersenyum sambil mengelus tangan Tibra yang memegang gelas minuman. Hubungannya dengan Tibra memang lebih baik dibandingkan suaminya. Sepuluh tahu

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Tempat yang Sama

    “Sesi Sharing di pertemuan tahun ini kita mulai dari yang wajahnya sedang sangat wara-wiri di seluruh media, baik media cetak, radio maupun televisi. Seorang wanita yang sangat menginspirasi baik dari segi bisnis maupun perjalanan cintanya.”Ruangan itu ramai oleh suara tawa. Beberapa bahkan menutup mulut agar tidak tertawa terlalu kencang.“Beliau membangun usaha dari nol, hingga sekarang sudah sangat maju di usia yang masih terbilang muda. Beliau ini juga baru saja menikah beberapa bulan yang lalu dengan kategori pernikahan termewah tahun ini. Mari kita doakan bersama-sama agar segera dikaruniai keturunan. Aamiin.”“AAMIIN ….” Kompak, hampir semua peserta mengaminkan ucapan pembawa acara. Beberapa bahkan bersuit-suit membuat yang lain tertawa geli.“Untuk menghemat waktu, saya akan segera memanggil seseorang ini. Seseorang yang sangat menginspirasi terutama bagi para wanita. Seseorang yang merupakan gambaran Kartini masa kini. Gigih, mandiri, pekerja keras dan tidak gampang menyera

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Kemelut Suami-Istri

    Sementara di sini, Tibra menghampiri Andhira yang tertidur di ranjang Zafina. Lelaki itu menyentuh rambut Andhira pelan. Wajah yang dulu selalu terlihat cerah dengan riasan tipis, kini nampak kuyu dan lelah.“Mas.” Andhira terbangun merasakan sentuhan suaminya. Dia langsung membenarkan kuncir rambutnya yang hampir terlepas.“Uangnya sudah kubayarkan. Semoga saja semua sesuai perkiraan dokter dan proses operasi minggu depan berjalan lancar.” Tibra bersimpuh di samping Andhira. Lelaki itu merebahkan kepalanya di pangkuan istrinya.“Aamiin.” Andhira mengaminkan pelan. Sejujurnya, dia ingin menanyakan terkait proses pembagian harta tadi. Namun, dia tidak siap mendengar kabar tentang Aruna.Isaknya kembali terdengar saat pandangannya tertuju pada Zafina. Mata itu terlihat sembab dan bawahnya sedikit menghitam. Hilang sudah cahaya mata Andhira yang dulu terlihat tajam dan seksi yang sangat menggoda. Mata itu diselimuti kabut yang sangat pekat."Setidaknya, uang dari penjualan villa di Punca

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Detail yang Dijabarkan

    “Mas.” Seperti biasa, Aruna dan Tyo memang selalu menyempatkan untuk mengobrol apapun sebelum tidur. Tentang pekerjaan, rencana masa depan, kadang juga hanya sekedar omong kosong belaka.“Hmm.” Tyo yang sedang berbaring dan memperhatikan wajah Aruna berdehem.Aruna menoleh pada Tyo, belum sempat dia berbicara lelaki itu sudah menghadiahinya sebuah kecupan yang hangat. Aruna menepuk bahu Tyo pelan saat lelaki itu melepaskannya. Berada di dekat Tyo memang seumpama candu. Lelaki itu selalu menghujaninya dengan madu, hingga Aruna sering mabuk karena manisnya.“Aku ada rencana membangun rumah untuk Zahir dan Zafar. Villa yang rencananya untuk mereka, sudah sah dijual tadi siang.”Tyo diam tak menanggapi omongan Aruna. Dia sengaja tak menyela sampai Aruna menyelesaikan maksud ucapannya.“Nanti di sana, aku mau mereka mulai belajar usaha kecil-kecilan. Ya biar mereka merasa ada tanggung jawab dan agar mereka tahu bagaimana manisnya uang yang didapat dari jerih payah sendiri.”“Apa tidak ter

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Yang Dikembalikan

    "Bahkan sampai sejauh ini, hatimu masih sekeras batu, Mas." Aruna mengembuskan napas pelan melihat punggung Tibra semakin menjauh. Mantan suaminya itu bahkan merasa tidak perlu mengucapkan maaf pada Aruna. Satu kata yang sangat ditunggu Aruna, sebagai bentuk penghormatan kalau lelaki itu menghargai hubungan mereka dulu saat pernah berjuang bersama.Aruna masuk ke dalam mobil dan menyandarkan kepala ke kursi. Bertahun tak berkomunikasi membuat mereka kaku saat berjumpa. Memang lebih baik seperti ini. Aruna sengaja menjaga jarak dari Tibra dan Andhira.Baginya, jauh dari mereka merupakan salah satu bentuk untuk healing dan memperbaiki hati. Bukan karena belum move on, toh dia sudah mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik menurut versi dirinya kini. Namun, luka itu tetap membekas. Bagaimanapun, pengkhianatan akan selalu terasa menyakitkan.Memaafkan tapi tidak melupakan agar bisa mengambil pelajaran untuk ke depan, itulah prinsip yang dipegang oleh Aruna. Dia bukan malaikat. Dia manus

DMCA.com Protection Status