Share

Bab 31

Author: Evie Yuzuma
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Astagaaa!” Aku yang sadar kalau hanya mengenakan lilitan handuk, hendak masuk kembali ke kamar mandi. Namun, suaranya menghentikkan langkahku.

“Jingga … s--saya ….” Suaranya menggantung, membuatku menoleh kembali dan menatap wajahnya. Dia berjalan mendekat dengan tatapan mata yang membuatku berdebar hebat.

“Nanti saja bicaranya, Pak. Saya dingin, belum pake baju.” Aku hendak menarik pintu kamar mandi ketika dia menahanku.

“Jingga, bolehkah?” Suaranya kudengar sedikit parau. Kulihat dia tak berkedip menatapku dengan napas yang sedikit memburu.

Glek!

Aku menelan saliva. Aku bukan orang yang begitu polos sehingga tak paham arti tatapannya saat ini. Namun, logikaku menolak. Jangan-jangan dia hanya menginginkannya karena tak kesampaian dengan mantannya itu. Mereka kan habis pergi bareng tadi. Hanya saja, belum sempat aku mengatakan apa-apa. Jarak sudah terpangkas habis. Bibir itu terasa lembut menyentuh kulit polosku.

“P--Pak, t--tolong, jangan sekarang.” Aku berusaha memberontak. Namu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
siti fauziah
salah paham yg bikin runyam
goodnovel comment avatar
Hasna Amzary
Aduuhhhh baper aku tuh jadinya thor...️...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 32

    Oh, jadi deru mobil yang sore itu, bukan Pak Banyu yang pergi nganter lagi? Tapi Bu Misye dijemput? Pantesan dia sudah ada di kamar dan nungguin aku mandi. Mana lama sekali. Kok aku jadi malu sendiri. Aku menunduk dalam. Rasanya wajahku memanas. Malu sudah salah paham. Apalagi tadi sempat bicara soal perceraian. Duh, Pak Banyu ngerti gak ya kalau tadi itu aku cemburu?Diam-diam kucuri-curi pandang. Namun dia tampak asik mengunyah dan terlihat biasa saja. “Dasar es batu!” gumamku seraya ikut menyendokkan makanan ke mulut. Setelah mendengar semuanya dari Bu Fera, rasanya beban yang tadi berkelindan, kini lebih ringan. Ah, sudah sebucin itukah aku padanya? Usai makan malam aku tak langsung ke kamar. Rasanya aku masih tak punya muka untuk bertatap langsung dengan Pak Banyu. Kemarahanku sore tadi, jelas-jelas menunjukkan kalau aku cemburu. Gimana kalau dia tahu? Malu, benar-benar malu. “Bu, biar Bibi saja.” Bi Sesa tampak sungkan ketika aku sibuk membereskan piring bekas makan malam.

    Last Updated : 2024-10-29
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 33

    Pov BanyuDi kantor sedang sibuk-sibuknya. Hari ini ada persiapan kunjungan dari kemenaker. Alhir-akhir ini tengah ada kendala ketika mengajukan perijinan dokumen lartas untuk import. Beberapa persyaratan memang cukup complicated. Entah kenapa, pemerintah begitu membatasi import bahan untuk tekstil. Bahkan sudah dua bulan lebih, Alea---staff bagian ekspor import bolak-balik ke kemenaker dan juga disperindag untuk mengurusi kelengkapan dokumen. “Kemarin saya sudah submit untuk dokumen VKI (Verifikasi Kemampuan Industri), hanya saja seperti biasa, approvalnya kan memang lama, Pak. Dulu saja sudah nunggu satu bulan, eh ditolak pula.” “Berapa lama kita menunggu? Permintaan naik banyak untuk model ini bulan depan! Dibantu dipercepat untuk import bahannya, ya!” “Baik, Pak! Selalu saya pantau dan follow up!” “Terima kasih.” Alea mengangguk, lalu bangun dan meninggalkan ruang meeting. Aku pun gegas beranjak menuju ruanganku. Di sinilah setumpuk pekerjaan lain sudah sedang menanti. Dulu,

    Last Updated : 2024-10-29
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 34

    Beberapa hari berlalu sudah dari pertemuanku dengan Bu Misye. Meskipun kalimat itu masih terngiang, tapi sudah tak terlalu kupikirkan. Masalah dia yang minta ketemuan dengan Aluna, aku pun tak bisa melarang. Mereka ibu anak, meski sebetulnya aku merasa sedikit keberatan karena seringnya itu. Hanya saja masalah Pak Banyu dan tukar pasangan, aku tak setuju. Kenapa semudah itu dia bicara. Apa dia pikir pernikahan ini hanya sebuah permainan? Lalu setelah bosan boleh semaunya bertukar pasangan?Tidakkah dia berpikir, jika janji yang terucap saad akad itu suci? Apa memang demikian pemikiran manusia modern seperti dia. Entahlah … yang jelas ketika aku sudah melangkah dan mengambil keputusan, maka kecuali takdir benar-benar berkata lepaskan, aku tak akan melepaskan. “Pak, hari sabtu dan minggu, Imelda minta dibantu untuk pengurusan pensi untuk kenaikan kelas dan perpisahan. Apa boleh?” Aku tengah menyematkan jarum pentol sambil berdiri di depan cermin. Sementara itu, Pak Banyu baru keluar

    Last Updated : 2024-10-29
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 35

    “Buket Mawar? Dari siapa?” selidiknya. Ekspresinya terlihat datar.“Ahm, gak ada nama pengirimnya, Pak.” Aku membolak-balikkan buket bunga mawar ini. “Kok bisa? Dari mantan?” Dia mendekat sambil memicingkan mata. “Sepertinya bukan?” Aku menggeleng kepala sambil memikirkan siapa kira-kira orang yang sudah mengirimiku bunga. “Kenapa bisa berpikir begitu?” Pak Banyu menatap mataku. “Bara tahu, saya tak suka mawar, apalagi buket seperti ini. Saya sukanya anggrek itu pun sama pot-potnya.” Aku menjelaskan padanya agar dia tak salah paham. Mungkin ini ulah orang iseng yang hendak menggangguku. Yang jelas, seribu persen yakin jika buket bunga ini bukan dari Bara.Dia tertegun, lalu ngeloyor pergi. Wajahnya malah terlihat tak suka ketika aku menjelaskan. Padahal kan kubilang mungkin bukan dari mantan seperti yang dia tuduhkan, kenapa dia malah kayak gak suka gitu. Keesokan harinya, aku pulang agak siang. Baru saja selesai mandi, ketika pintu diketuk.“Bu, Bu Jingga!” Suara Bi Sesa. Lekas

    Last Updated : 2024-10-29
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 36

    Pov Banyu“Pak, kita mau ke mana?” tanya Jingga lagi ketika aku menariknya ke dalam mobil. Kulempar buket bunga itu ke jok belakang degan kesal, lalu menoleh padanya, “Masuk!” titahku. Masih saja dia memanggilku Bapak. Setelah dia masuk. Lekas aku mengemudikan mobil dengan kecepatan agak kencang. Satu kali, dua kali, rasanya masih wajar. Mungkin ada orang yang ingin mengucapkan terima kasih padanya dengan mengirimi buket bunga mawar. Namun, apa tadi? Bahkan ada tulisan menyebalkan. [To : My Lovely Jingga. From : Your Secret Admirer.] Siapa sebetulnya yang mengirimkan buket bunga itu? Tiba-tiba dia mengatakan kalau dia pemuja rahasia. Lalu berani-beraninya dia memuja istri orang? Jingga terus menerus bertanya kemana akan pergi. Namun, aku enggan menjawab. Kuinjak gas saja. Tujuanku kali ini ke florist di mana tadi kurir itu menyebutkan alamatnya. Kurir itu memang tak akan tahu pasti siapa pengirimnya? Namun, toko bunganya harusnya tahu.Florist tersebut tak terlalu jauh dari temp

    Last Updated : 2024-10-29
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 37

    Pov Bara“Saya gak butuh bukti apapun! Hanya ingin kau tahu diri, Jingga sudah bersuami. Jauhi dia!” Lelaki itu yang konon suaminya Jingga bicara dengan penuh penekanan. “Lantas, apa yang Abang takutkan? Saya juga tak mungkin menikahi istri orang ‘kan? Kecuali jika Abang tak bisa membuatnya bahagia … saya sekarang sudah duda … sudah bebas memilih siapa saja untuk dijadikan istri saya.” Aku menyeringai. Hanya ingin tahu, sebesar apa cinta lelaki di depanku untuk Jinggaku. Kulihat wajahnya tampak gusar. “Bahagiakan dia, Bang! Jangan sampai aku memiliki kesempatan untuk benar-benar mendekatinya!” Kucium buket mawar yang entah siapa yang mengirimkannya itu. Lalu kulempar. Gegas aku melangkah masuk dan menghampiri Mama yang masih menangis meraung-raung.“Sudahlah, Ma! Mungkin hanya ada sedikit salah paham.” Aku berjongkok dan membantunya berdiri. Khawatir sangat dengan kondisinya. Entah apa yang sudah Papa lakukan sampai bisa-bisanya menjual asset-asset milik keluarga tanpa bicara pada M

    Last Updated : 2024-10-29
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 38

    Kumandang adzan maghrib terdengar ketika Pak Banyu masih bersitegang dengan Bara. Malas aku melihat mereka. Apalagi pandangan Bara, hanya mengingatkan aku tentang luka. Lekas aku keluar dan berjalan cepat menuju masjid di komplek ini. Biar saja Pak Banyu mencariku. Sesekali buat shock terapi agar tak semena-mena. Masjid itu masih sama … saksi penggalan kisah masa lalu. Kisah kasih yang berakhir pedih. Dulu, ketika beberapa kali aku ke rumah Bara, selalu menyempatkan diri shalat di masjid ini. Walaupun imanku masih setipis tissue, tapi untuk urusan shalat bagiku itu nomor satu. Ah, kadang … ketika kisah cinta ini berakhir aku menganggapnya sebagai teguran. Bukankah dalam Islam tak diperbolehkan berpacaran? Hanya saja, gejolak jiwa mudaku menentang. Aku dan Bara tetap menjalin kasih, meskipun pada akhirnya kandas juga.Pelataran masjid ini cukup luas. Di tepian pagarnya yang berdiri kokoh, banyak penjual jajanan yang mengais rejeki. Dulu, kerap Bara membelikanku jajanan di sini. Berbau

    Last Updated : 2024-10-29
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 39

    Suara gemericik air shower masih terdengar ketika aku baru saja bangun. Rasa lelah terasa di sekujur tubuh. Pakaian masih berserakan tak karuan. Aku menarik selimut untuk membungkus tubuh polosku dan berjalan ke arah lemari. Derit pintu kamar mandi terbuka. Wajah segar suamiku muncul dengan rambut basahnya. Senyum terulas sekilas ketika dia melihatku masih bergulung dengan selimut. “Pak, hair dryernya rusak, loh!” tukasku seraya mengambil beberapa helai pakaian untuk hari ini ngajar. Ingat kemarin, pengering rambut gak fungsi. “Oh, ya?” “Hmmm … iya. Gimana, ya, Pak?” “Bingung banget, emang kenapa?” “Gak apa. Lupakan saja.” Aku memutar bola mata ke atas, lalu mencebik sendirian. Masa iya aku harus bilang malu kalau Bu Fera lihat rambutku yang basah? Namun tak lama kudengar kekehan dan sosok yang mendekat. Cup!Tanpa permisi, satu kecupan dihadiahkan pada pipiku. Wangi sabun dan shampoo yang menguar serta sentuhan tangannya pada pipi yang dingin membuatku gugup.“Nanti saya pinje

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 120

    “Oke, satu kali lagi bersiap! Tiga, dia, sat-”“Mbak!” pekikkan Cakra membuat semua terkaget. Tubuh Aluna akhirnya ambruk juga karena kelelahan. Untung Cakra dan Adrian yang berada di sisi kanan kirinya sigap menangkap sang pengantin. Suasana sedikit kacau. Untung saja, Aluna tak sampai kehilangan kesadaran. Hanya pusing dan berkunang-kunang saja. Adrian yang cemas, meminta Aluna untuk istirahat sebentar. Meskipun demikian beberapa tamu undangan yang kebetulan baru datang bertanya-tanya tentang keberadaan pengantin perempuan. Salah satunya Jenny---sahabat lama Unda Jingga. Seorang psikolog yang dulu menjadi tempat konsultasi saat penyembuhan trauma Aluna.“Loh pengantinnya mana?” Jenny bersama suami dan anaknya menyalami Unda Jingga.“Kecapekan, Jen. Makasih ya sudah datang!” Unda Jingga menerima uluran tangan Jenny. “Oalah, kok bisa? Jangan-jangan diajak lembur terus tiap malam,” kekeh Jennya sambil melirik Adrian. Dalam hatinya mengakui jika Adrian memang lebih tampan dari pada ad

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 119

    Aluna keluar dari kamar mandi dengan ekspresi datar. Oma Fera yang menunggu tak sabar langsung memburunya dan bertanya, “Gimana hasilnya, Una?” Aluna tersenyum masam, sambil menggeleng, membuat harapan Oma Fera yang sudah meninggi tadi perlahan meredup dengan sendiri. “Ya sudah, gak apa. Masih baru juga. Semangat pokoknya!” Oma Fera mengedipkan mata dan menepuk bahu cucunya dengan senyuman lembut. “Iya, Oma.” Aluna tersenyum. Dia pun kembali meneruskan kegiatannya yang tadi yaitu rebahan.Oma Fera pun mulai mengeluarkan wejangan-wejangan khas orang tua, mulai dari makanan apa saja yang harus dimakan, suplemen, bahkan sampai posisi yang katanya agar bisa hamil. Aluna tak menggubrisnya, tubuh yang lemas membuatnya tak banyak merespon ucapan Oma Fera. Hanya iya-iya dan mengangguk saja.Hari-hari berlalu, semua kesibukkan menjelang resepsi semakin membuat jadwal mereka kian padat. Meskipun dibantu EO, tapi tetap mereka harus terlibat untuk memutuskan ini dan itu. Tak ada hal yang lebih

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 118

    “Ini rumah siapa, Bang?” Aluna menatap heran. Tiba-tiba Adrian mengajak ke tempat ini. Hanya berbeda beberapa rumah dari tempat Oma Fera.“Kita bulan madu lagi, Dek!” bisik Adrian diselingi kekehan yang membuat Aluna semakin tak paham. Reflek Aluna mencubit pinggang Adrian, tapi tangan Adrian sigap menangkap sang pengganggu dan menggenggamnya. Jemari kokoh Adrian hampir menenggelamkan jari-jari lentik milik Aluna. Keduanya berjalan melewati pekarangan yang masih terhampar pasir dan sisa-sisa paving blok di mana-mana. Setelah berdiri di depan pintu yang dicat pernis itu Adrian mengeluarkan kunci dari dalam saku. Perlahan dia memasukkan anak kunci itu dan membaca basmallah. Daun pintu yang bebentuk model kupu-kupu itu dibuka lebar. Aluna tertegun ketika melihat funiture lengkap sudah memenuhi ruangan yang ada di depannya. Bagian dalam rumah dicat putih membuat kesan yang semakin luas pada ruangan. Tirai-tirai yang terkesan mahal dan elegan menjuntai di sepanjang jendela kaca yang tin

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 117

    MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD! (117)Adzan ashar berkumandang ketika keduanya baru saja selesai berpetualang. Aluna memberengut di tepi tempat tidur, malu mau keluar. Siang-siang rambutnya basah pula. “Ayo, Dek! Kita jalan-jalan sore!” Adrian tampak cuek dan tak merasa bersalah. Dia bicara sambil menyeka rambutnya yang sama-sama masih basah. “Ck, malu lah, Bang!” Aluna mengisyaratkan pada rambutnya yang masih basah. Adrian terkekeh, wajahnya mendekat. Jiwa jahilnya yang dulu seringkali keluar ketika berdebat dengan Alisha, kini mulai terlihat. Belum semua, Aluna belum tahu semua aslinya Adrian seperti apa. Baru sehari mereka menuai madu manis pernikahan dan sedang manis-manisnya. Semua terpampang masih yang baik-baik saja. “Jadi mau di sini saja? Kita ulangi sampai Isya?” godanya seraya mengangkat alisnya ke atas. Wajahnya tampak cerah seperti langit setelah hujan. Cubitan dari Aluna membuat Adrian terkekeh, lalu dia menarik lengan sang istri perlahan. “Ayolah, bisa jalan ‘kan?” ke

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 116

    Aluna melingkarkan tangan ke pinggang Adrian. Kepalanya bersandar pada dada bidang yang membuanya nyaman. Mobil yang dikemudikan Mang Parmin mengantar mereka hendak kembali ke kediaman Oma Fera. Satu tangan Adrian merangkul sang istri yang sejak tadi bergelayut tak mau melepasnya. Sesekali satu tangan lainnya mengusap pucuk kepala Aluna.Senyum pada dua sejoli itu terkembang sempurna. Seperti dua orang musafir gurun yang menemukan oase. Seolah mendapat siraman rasa sejuk yang memadamkan gundah yang berkepanjangan. “Mau beli makan gak?” bisik Adrian. Hembusan napasnya bahkan terasa hangat di dahi Aluna. Sesekali kecupan singkat dilabuhkan pada pucuk kepala gadis yang bersandar di dadanya. “Oma gak masak?” tanya Aluna tanpa mengubah posisinya. “Hmmm … masak.” Adrian menjawab singkat. Otaknya sudah tak bisa konsen karena jarak tubuh yang nyaris tanpa celah.“Aku kangen masakan di rumah Oma.” Aluna bicara lagi.“Oh, ya sudah. Kita makan di sana, ya!” Adrian berbicara setenang mungkin.

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 115

    Sepeninggalnya Vina, Misye sudah terhanyut dalam halusinasinya. Moodnya akan membaik dengan cepat ketika dia bertemu dengan obat-obatan terlarang tersebut. Dia keluar dari kamar apartemen dan membuka pintu. “Vin! Vina!” Tok Tok Tok!Bersamaan dengan itu, pintu diketuk dari arah luar. Otaknya yang sudah setengah tak sadar, tak bisa berpikir kalau itu bukan Vina. “Ngapain kamu ketuk-ketuk pintu, Vin!” omel Misye sambil membuka daun pintu. Namun seketika netranya melihat beberapa orang yang mengarahkan kamera kepadanya. “Bu Misye, ada waktu sebentar!” “Siapa kamu, ya!” “Maaf, saya selebgram lambe-lambean, Bu! Ini kita lagi di acara ngegap aktris! Boleh kami wawancara sebentar terkait kasus yang lagi viral sekarang! Bagaimana tentang menantu Ibu, kok bisa, Ibu gak tahu kalau putri Ibu nikah dengan anak pengusaha?” Pemburu berita itu seperti tebal muka. Dia langsung saja mencecar Misya dengan pertanyaan. Semua itu tak lain dan tak bukan karena gagalnya para wartwan televisi yang men

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 114

    Misye pontang-panting mencari cara untuk bertemu dengan Pak Dirga. Hanya saja, laki-laki itu sudah menutup semua aksesnya. Bahkan laporan pada kepolisian sudah dilayangkan dengan tuduhan pencemaran nama baik. Karena sejauh ini, pergerakan Misye yang diminta untuk memberikan klarifikasi dan permohonan maaf, tak ada pergerakan. “Mbak Misye, sepertinya lebih aman kalau bikin klarifikasi lagi ke wartawan!” “Vina, kamu gila. Itu sama saja menghancurkan reputasiku. Aku yakin, semua yang awalnya masih ragu, jadinya mereka nanti malah membullyku nanti. Image aku sebagai super mama bisa langsung anjlok!"Keduanya lalu terdiam lagi. Kepala Misye berdenyut nyeri memikirkan semua itu. Vina sudah berulang kali membujuk Misye untuk membuat klarifikasi, tapi tak berhasil. “Minta barangnya, Vin!” “Jangan, Mbak! Kita lagi disorot sekarang!” “Ck, mereka menyorot hal yang beda! Penakut kamu!” tukas Misye seraya merebut tas selempang yang tergeletak di meja kecil, lalu mengambil sebuah kunci dari sa

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 113

    Usai memberi pernyataan pada media. Misye tersenyum senang. Dia sangat yakin, kalau menantu miskin yang sakit-sakitan itu akan segera hengkang. Misye yakin laki-laki itu akan minder dan kena mental lalu mundur dengan sendirinya. “Ah, Misye memang hebat! Tak percuma punya otak cemerlang,” kekehnya memuji diri sendiri. Dia pun segera pulang ke apartemen yang masa sewanya sudah hampir habis itu. Pastinya setelah menyapa beberapa rekan wartawan yang sengaja dihubunginya tadi. Bagaimanapun dia harus berusaha mendapatkan pekerjaan lagi. Uang untuk kehidupan mewahnya sudah hampir habis.Setibanya di apartemen dia langsung merebahkan diri di atas kasur empuknya. Dia pun segera memantau sosial media, berharap para wartawan itu langsung bergerak cepat sesuai rencananya. Sudah ada postingan yang muncul, meskipun belum ada gambar penyerta. “Start yang bagus.” Misye bicara sendirian. Lalu dia menghubungi managernya yang sama-sama sepi job juga. Misye minta managernya segera memberikan alamat ru

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 112

    “Abang gak usah dengerin!” tukas Aluna seolah paham. “Tidak, Dek! Kali ini Abang minta izin untuk melawan! Hanya saja Abang minta satu hal. Jangan pernah terpikir untuk mengorbankan rumah tangga kita apapun yang terjadi setelah ini, janji?” Adrian menatap tajam sepasang mata Aluna yang menatapnya penuh rasa bersalah. “Ngomongnyo gitu mulu, sih?” gerutu Aluna samar. “Apa?!” Adrian yang tak mendengar jelas karena volume televisi yang cukup keras menoleh.“Iya,” tukas Aluna malas menjelaskan. “Iya apa?” Adrian menatap Aluna. Satu bulan ini hubungannya sudah lumayan membaik. Hanya saja, Adrian tetap khawatir jika Aluna tiba-tiba pergi karena merasa dibohongi. “Iya, janji!” tukas Aluna sambil mengerucutkan bibirnya dan bicara dalam hati, “Dia itu kenapa, sih? Bahas-bahas ginian melulu. Dia kira aku ini main-main sama pernikahan?” Adrian yang melihat raut wajah Aluna merengutpun menjadi sangsi, “Wajahnya kayak kesal, apa sebenarnya dia merasa tersiksa dengan pernikahan ini, ya?”“Semo

DMCA.com Protection Status